Selamat datang!!

Selamat Datang digubuk Rahmeen yang sederhana ini, Selamat membaca ^_^

Pilih Kategori

Jumat, 26 Desember 2014

Siapa nona-ku ditahun 2015?

Berakhir sudah cerita di tahun 2014. Apa yang penulis dapatkan selama satu tahun iIMG_14873607884186ni? Sangat banyak, banyak sekali. Terutama tentang cinta, iya, asem manis cinta. Cinta yang penulis rasakan, ah, cinta masa lalu yang penulis rasakan lebih tepatnya :). Semua kejadian ditahun 2014 tlah menjadi ingatan di otak, terekam dihati dan akan penulis kembalikan dipergantian tahun ini.

1 – salahkah aku jika bisa memiliki mu? –

Sebuah pertanyaan yang jawabannya sudah sangat jelas. Ya. Sangat, sangat salah jika aku bisa memiliki-mu. Cinta yang datang karena sebuah ketidaksengajaan atau ah.. dari sebuah keterpaksaan, mungkin. Aku tidak bisa menelaah mana yang lebih benar.

Jangan paksakan kita untuk tetap bersama di tahun 2015. Sudah berulang-ulang kali ku-coba ntuk dapatkan cinta-mu, tapi tak akan pernah bisa. kenapa? itu semua karena sikap-mu. Sudah cukup, cukup. Biarkan ini berakhir.

Aku kehilangan-mu. Sekarang atau nanti, ini hanya persoalan waktu.

2 -Kita baru akan merasakan jatuh cinta yang sesungguhnya ketika kehilangan orang yang dicintai.-

aku pernah merasakan kehilangan, dimasa lalu, jauh sebelum kamu hadir. Sakit? Nggak juga. Tapi terkadang ada yang terasa menyayat-nyayat hati.

Bukan memudar, cinta malah terus tumbuh ketika kehilangan orang yang kita cintai. Its true. Bagi orang yang tidak merasakannya, berarti kamu tidak sedang jatuh cinta. Kamu tidak merasakan hati berbunga-bunga ketika bersama-nya, bukan? Kamu tidak pernah melakukan hal gila hanya untuk dia. benar kan? jatuh cinta akan merubah segala-nya

Dan akan membuat kamu berkata “mencintaimu membuatku senang setiap hari.”

3. - Tapi, apakah kau tahu. Rasanya mencintai namun bertahan untuk tidak memiliki? Bertahan untuk tidak mengungkapkan? Percayalah, ini lebih buruk dari sekedar… patah hati.-

Kamu terlalu naif kalau bilang aku tidak serius akan perasaan ini. Sikap dingin kita selama ini tak membuat siapa pun bahagia, termasuk aku atau mungkin juga, kau.

Aku memang bukan tipe orang yang romantis, tentu kita punya selera yang tidak mempunyai titik temu. Percayalah. Sudah cukup memaksakan, seorang dalang pun akan merasa capek memaksakan dan terus memaksakan cerita kita ini. apalagi kita? yang sampai sekarang belum pantas disebut kita.

Akhirilah. Selesai, kan?

4 –pilih mana?-

Ada rasa tapi nggak ada status atau ada status tapi nggak ada rasa, kamu pilih mana? Kenapa lama jawabnya? Mau mikir-mikir dulu? Ha ha ha. Jalani aja semuanya semau-mu.

Kamu harus memilih.

5. -Ketika kamu memilih, berarti kamu ada.-

Jangan sekali-kali menggantungkan sesuatu, apalagi hati orang. Menunggu, menunggu, menunggu dia memberikan jawaban? Ha ha. Perasaan tidak bisa dibuat sebecanda itu. Kamu memang manusia yang paling sempurna untuk hal seperti ini, ya? :)

Tanpa berbuat sesuatu, keberadaan-mu tentu diragukan. Ada atau tidak, sih? Koq jarang keliatan? Masih hidup? Apa sudah pindah?

Pilihlah, pilihlah sesuka-mu. Karena aku yakin, kamu lebih tahu mana yang terbaik untuk-mu. Jangan mengada-ngada. Tentukan-lah biar tidak membuat orang lain menunggu. Bukan kah kamu juga tidak suka menunggu? Berarti benar, wanita lebih suka membiarkan orang lain menunggu, ya?

maaf, kamu tidak memilih-ku.

6 -Terus harus apa? Ketika tidak menjadi pilihan, bukankah kamu harus pergi.-

Apa yang bisa dilakukan ketika tidak menjadi pilihan. Tetap bertahan, tentu pilihan yang bodoh. Menunggu dengan keyakinan, dunia tidak sesempit itu kawan. Kau hanya akan membuat dia besar kepala. Secantik apa sih dia? sebaik apa sih? Kadar atau ukuran apa yang membuat kamu melakukan itu?

Kamu akan sadar ketika kamu mulai membuka hati untuk orang lain, yang dari dulu mungkin memikirkan-mu. Ya, tentu penyesalan menjadi akhir cerita itu.

Dipilih atau ditinggalkan, bukan-kah itu sebuah konsekuensi untuk seorang yang telah jatuh cinta?

Aku pergi.

7 –aku pergi, dan anggap saja perhatian aku kemarin adalah hadiah perkenalan kita…-

Aku bahagia, karena udah mampu membuat pacar orang khilaf mencintai-ku. Dan aku juga ikhlas, ketika aku meninggalkan seseoran, tanpa meminta apa pun atas yang telah aku lakukan selama ini. Itu hak mu, apa yang kamu dapatkan atau kamu diterima, simpan lah ^^ itu hadiah dari perkenalan kita.

Adil bukan?

Ini bukan tentang siapa yang kita kenal paling lama, yang datang pertama, atau yang paling perhatian. Tapi tentang siapa yang datang dan memberikan kepastian. Mari temukan itu dalam kehidupan kita nanti :)

8 – tentang kesalahan-ku-

kamu pasti merasa benar, dan aku salah, aku hanya bisa mengarang cerita saja. itu menurutmu :). No problem, tentu kau benar, dan aku tak mau mempermasalahkan hal itu.

Aku hanya bisa memulai, tapi tidak mempunyai keinginan untuk menyelesaikannya. Aku hanya bisa mengakhiri ini semua, tanpa mempunyai keberanian untuk menyelesaikannya, itu kesalahan-ku.  Ku sadari itu, tapi aku bahagia lepas dari jerat-mu.

---------------------------------------------------------------------------------------------

Itu lah cerita mengenai nona-ku ditahun 2014, dan di tahun 2015, siapa?

Minggu, 21 Desember 2014

-surat untuk mama-

Tidak sengaja hari ini penulis menemukan seracik kertas. Kertas yang cukup usang, sepertinya sudah lama ditinggalkan orang yang menulisnya.
“huu … huu…”
Penulis mengambil kertas itu lalu membersihkan kertas yang berselimut debu itu. Sedikit demi sedikit kertas itu sudah mulai terlihat jelas. “Iman sayang mama” sebuah tulisan yang tertera di kertas tersebut. Tulisan itu sudah mulai pudar, mungkin terkena air hujan atau mungkin juga terkikis hembusan angin.
“apa ya yang ada dibelakang kertas ini?.”
Penulis mulai penasaran, dan bukan bermaksud apa-apa, dengan terpaksa penulis membalik kertas tersebut. Lalu, sebuah tulisan tangan yang cukup panjang tertera tepat di balik kertas tersebut.
“sepertinya ini sebuah surat?”
penulis memvalidasi isi kertas pada diri sendiri.
“benar ini surat, tidak salah lagi.”
“tapi, apakah aku boleh membacanya?.”
“tidak.tidak. ini privasi orang. Aku tak pantas membacanya.”
Terjadi monolog dalam diri penulis, sebuah percakapan antara aku dengan aku lain-nya.
“lebih baik aku letakkan saja, dan tinggal kan tempat ini seperti tak pernah menumukan kertas itu.”
Dan penulis pun meninggalkan tempat itu. Dengan membawa kertas tadi. Dalam perjalanan penulis dengan lancang membaca isi kertas tersebut.

Semua manusia dilahirkan dari Rahim seorang ibu, begitu juga dengan-ku, Iman. Seorang anak pertama berjenis kelamin laki-laki dari dua bersaudara. Sekarang Iman sedang bergelut dalam dunia pendidikan untuk meraih gelar sarjana. Iman menuliskan sebuah surat untuk mama tercinta. surat yang lahir pada hari yang tersirat pada tanggal 22 Desember, ia hari ibu. Hari ini semua orang di dunia serentak memperingati hari ibu atau yang mau saja, yang tidak memperingati ya sudah.
Iman memiliki seorang ibu, namanya Jalipah. Tapi sering dipanggil mama-nya Iman dikampung. Dia lahir 2 April tahun 1966. Anak pertama dari satu bersaudara. Dan ditinggal ayah sejak umur 5 tahun menyebabkan hidup mama-nya Iman tidak seindah anak-anak seumuran-Nya. Sejak ditinggalkan ayah, mama-nya Iman sudah ikut bekerja membantu ibu untuk mencukupi kehidupan sehari-hari.
Begitu-lah hidup mama-ku, kuat seperti pegulat, pemimpin layak-nya laki-laki, dan penyayang yang menjadi identitas kalau dia berjenis kelamin perempuan.
Tapi, mama, di hari ibu yang sangat special ini, ada beberapa hal yang mau Iman sampaikan. Mama, anak-mu rindu. Mama, kapan bertengok ke Malang? Sudah-lah ma, tinggalkan saja pekerjaan. Kesinilah!
Mama, kamu sering menelpon
“Iman uang bulanan masih ada? Masih cukup?.”
Sudah-lah mama, sejak kapan manusia merasa cukup? Begitu juga Iman. Kalau ditanya seperti itu, jelas tidak cukup. Tinggal Iman saja yang me-manage-nya dengan semestinya.
Ketahuilah mama, tidak ada kata pasti dalam menentukan kecukupan, yang pasti hanya ketidakcukupan itu sendiri.
Mama, kamu juga sering menelpon
“Iman, liburan nanti pulang ya, mama tidak bisa ke Malang.”
Sudah-lah mama, sesekali tengok-lah anak-mu disini. Terakhir kali mama kesini 4 tahun yang lalu. Malang sudah beda, tidak seperti yang dulu. Nanti ku ajak mama keliling Malang dengan segala perubahan-nya.
Apalagi yang ini
“kalau kurang, nanti mama kirimin uang lagi.”
Terus orang-orang rumah mau makan apa mama? Kalau uang hasil jerih payah sebulan kalian di sana hanya untuk menghidupi satu orang disini. Belum tentu uang itu Iman gunakan untuk hal-hal yang baik juga kan? Cukupi-lah kebutuhan disana dulu, baru mama pikir-kan anak-mu di sini.
Dan ini
“harga-harga makanan disana sekarang naik ya disana, Iman? Uang bulanan perlu dinaikkin tidak?”
Mama… mama… setiap tahun atau setiap semester harga-harga makanan pasti naik. Jelas uang bulanan saja tidak akan cukup. Iman bisa koq me-manage-nya, kalau tetap masih kurang, Iman bisa koq mencari uang tambahan sendiri, mama tak perlu memikirkan ini. Nanti mama sakit kebanyakan pikiran.
Lalu
“Iman, nanti kalau pulang jangan banyak beli oleh-oleh kayak kemarin. Itu tak perlu.”
Arrggghhh… mama. Iman hanya mau menyenangkan mama. Iman sayang mama, Iman mau melihat mama tersenyum saat anak-mu tiba dirumah. Tapi, itu memang tak perlu, sepertinya mama tak perlu alasan untuk memberikan senyum kepada-ku.
Ini yang religius
“Iman, jangan lupa sholat dan membaca Al-Quran setiap malam. Punya Al-Quran kan disana?”
Iya mama, iya. Meski Iman kadang masih bolong sholatnya. Malu juga dengan diri sendiri tidak bisa full 5 waktu setiap hari-nya. Tapi akan Iman usaha-kan mama. Dan untuk membaca Al-Quran juga belum bisa istiqomah, kalau capek, Iman langsung tidur malam. Kalau gak capek, kemungkinan Iman juga jalan-jalan. Tapi sering koq ma Iman ngaji.
Ini yang menekan
“Iman, mama mau jujur sama kamu. Seharusnya dulu, mama tidak ijinkan kamu menjadi asisten di lab. Kamu akan kebanyakan kerjaan untuk orang lain dan melupakan kerjaan-mu sendiri, yang penting buat-mu sendiri.”
Mama tenang saja. Ini sebuah proses ma. Kalau Iman sering sibuk mengurusi urusan luar daripada urusan sendiri, itu memang pernah, sering malah ma. Iman pernah membaca, manusia terbaik adalah orang yang paling bermanfaat bagi sesame manusia. Kehadirannya menyenangkan bagi yang lain, dan ketidakhadirannya dirindukan. Semoga mama bisa mengerti, akan Iman usahakan semua urusan luar dan urusan diri sendiri berjalan berdamping. Meski Iman sadar itu sangat, sangatlah sulit. Namun, bismillah.
Ini yang memanjakan
“kalau uang bulanan kurang, tidak usah nyari kerjaan untuk menambahkannya. Tinggal bilang sama mama.”
Iya mama, Iman tau maksud mama. Mama sangat mengenal Iman, sangat hafal sifat Iman, dan Iman akui mama lebih tahu mana yang terbaik untuk Iman namun Iman lebih tahu dari mama apa yang dibutuhkan Iman saat ini.
Iman kerja part-time bukan semata-mata hanya karena uang, namun bukan berarti Iman tidak membutuhkan uang tersebut, sangat butuh. Satu hal yang menjadi alasan Iman, yang menjadi semangat Iman, Iman mau merasakan bagaimana capek-nya mencari uang. Iman mau merasakan tekanan yang sangat berat saat mencari uang. Dan tentu Iman mau merasakan kebahagiaan ketika mendapat uang.
Dan terus
“jangan jalan-jalan terus, nanti kewajiban dilupakan, terus lulus telat.”
Mama, tiap orang punya alasan sendiri kapan dia lulus atau lebih tepat-nya kapan dia merasa siap untuk lulus. Mama, ini bukan sekedar mencari lulus, tapi apa yang akan dilakukan setelah lulus? Kalau lulus cepat sangat-lah mudah, tapi sudah siap-kah lanjut ke fase selanjut-nya. Kalau belum punya mental kuat mending jangan lulus dulu. Iman akan tercabik-cabik dengan keras-nya kehidupan boneka ini.
Dan penutup
“Iman, kata teman-teman mama dikantor. Kalau jadi asisten lab itu pasti lulusnya telat. Segala urusan akan dipersulit dosen. Kamu jangan sampai lebih 4 tahun kuliah-nya.”
Aduuuh… ini kenapa juga teman-teman mama-ku memberikan berita, sebenarnya ada benarnya juga sih, tapi itu hanya dari segi sisi negatifnya saja. Coba ceritak-kan juga sis positif-nya, kalau kalian tidak tahu, sini Iman ceritakan kepada teman-teman mama itu.
Untuk skripsi, Iman tidak bisa janji kepada mama lulus 4 tahun. Iman juga tidak berani menargetkan lulus bulan apa. Namun, Iman hanya bisa menjanjikan sebuah semangat untuk menyusun dan menyelesaikan skripsi ini secepat-cepat-nya. Bukan untuk menyenangkan mama, bukan juga untuk membungkam mulut teman-teman-nya mama, atau alasan lain. Ini hanya untuk membuktikan kepada diri-ku sendiri, kalau Iman memang bisa.
Sekian surat ini Iman tulis untuk mama tercinta. Hari ini dalam sebuah kamar tertanggal 22 Desember, Iman menulis surat ini disela-sela Iman menggarap skripsi, revisi ke-3 bab 1 &kerangka BAB II.
-Iman sayang mama-

Seketika mata penulis mulai berkaca-kaca setelah membaca isi kertas yang ternyata surat itu.
“maaf, sudah dengan lancang membaca surat itu.” Penulis meminta maaf kepada Iman
Namun, sebuah kebetulan atau keanehan terjadi hari ini. Sebuah kesamaan tokoh, tempat atau waktu yang katanya hanya fiktif belaka seperti tidak berlaku untuk penulis dan Iman. Hari ini, penulis juga sedang menggarap skripsi seperti Iman. Hari ini, disini juga tanggal 22 Desember. Bahkan penulis juga sedang berada dalam sebuah kamar. Ah. Sudah-lah, mungkin ini hanya sebuah ketidaksengajaan ya Iman :)
 
Screenshot_2014-12-22-10-16-17

Sabtu, 13 Desember 2014

hikmah di balik kebosanan

 

Empat orang yang terdiri dari 2 mahasiswa dan 2 mahasiswi sedang asik nimbrung di pojok baris ketiga disuatu perkuliahan. Sudah menjadi kebiasaan kelas menjadi heboh dan tak focus kalau mata kuliah ini. Dosen-nya bak professor yang menjelaskan teorema tentang eksistensi angka dan symbol dalam kehidupan manusia. Untitled

Sedikit gambaran tentang dosen yang satu ini, orang-nya suka menulis dan minim bicara. Panggilannya Mr. Mar. Ketika menjelaskan, tak banyak yang memperhatikan Mr. Mar di depan kelas. Sungguh, kalian tak akan mengalami kesulitan menghitung mahasiswa yang sedang focus memperhatikan penyampaian dari beliau.

Tak terkecuali 4 orang tadi, mereka Adit, Amel, Almas, dan Iman tak sengaja duduk berdekatan hari ini (4/12). Almas, Iman dan amel berada dibaris ketiga, sedangkan adit ada dibelakang satu baris dari ketiga mahasiswa ini. Obrolan mereka terdengar ngeri, tentang skip-si. Wajarlah sudah sepatutnya mahasiswa seukuran mereka memperdebatkannya, walau tidak di waktu semestinya.

“eh, amel kata-nya sudah acc bab 1 kah?” iman menyerobot pertanyaan sambil berjalan menuju samping adit.

Sekarang posisi berubah. Baris ke-tiga tinggal Almas dan Amel. Iman berpindah ke baris 4 disebelah adit.

“oh, iyakah mel? Beneran kata iman?” suara respon ini datang dari sebelah Iman.

“oh iya dong. Kalian sudah nyampe mana?” Amel menjawab dengan nada sombong.

“masih berkutat dengan bab 1. Revisi lagi, lagi revisi.” Iman bergumam tak jelas.

“aku judul aja belum acc.” Sahut adit.

Terlihat almas yang sejak tadi menulis dan mencoba focus ke perkuliahan, merasa risih dengan obrolan ketiga teman-nya ini.

“kalian harus cepat ngerjain-nya. Harus punya target lah.”

“kamu rajin sekali mel sekarang, di luar dugaan.” Tutur Iman yang sedikit heran dengan Amel.

“ini demi masa depan, harus rajin.”

“eh dit, kamu balikan lagi ya sama endah itu?”

Iman mulai membahas hal lain. Di sisi lain, Almas mulai toleh-toleh, mengisyaratkan mau ikut nimbrung juga.

“iya man, kamu tau dari mana?”

“kamu ganti DP berdua dengan-nya kan di BBM? Selamat dit, mungkin itu jodoh kamu.”

“makasih man, ya semoga aja sampai nikah.”

“Apa sih kalian rame aja dari tadi.”

Almas mulai risih atau bisa juga ngasih isyarat mau ikut nimbrung.

“tau nih iman, malah bahas nikah-nikah aja.”

“bairin mel, kamu kapan nikah-nya mel? Pasti kamu pengen cepat-cepat lulus, gak kuat nahan lagi kan?”

“he he he, nanti man. Masih belum dibolehin nikah sama ibu.”

“kalau sudah waktu-nya, jangan ditunda-tunda lagi.” Sahut almas

Memang benar, nikah adalah salah satu tujuan hidup. Itulah alasan kenapa kita selama ini berjuang, berlari, menembus hujan, banting tulang dan belajar menerima kenyataan. Maka-nya wajar kalau kita pilih-pilih dalam pasangan yang akan dinikahi. Orang yang menjadi pilihan pantas disebut special.

“kamu gimana dit?”

Iman mencoba menarik kembali adit yang dari tadi terlihat mulai diam.

“ahh… aku sudah punya rencana man.”

“rencana gimana dit?”

Di depan, almas dan amel terlihat penasaran dengan pembicaran 2 cowok ini.

“rencana lulus bareng sama endah.”

Iya, endah merupakan mahasiswa seangkatan dengan mereka namun beda jurusan.

“gimana kalau gini dit, nanti pas kalian lulus bareng langsung nikahin dit.”

“Iman ini dari tadi omongannya nikah…nikah…nikah…” sahut almas

“iya, mbak al. padahal dia tuh yang nggak sabaran.” Amel ada dipihak mbak almas

“bener kata iman, kalau seumuran-ku sudah seharusnnya nikah. Aku 2 tahun lebih tua dari kalian.”

“kalau aku nggak dit, belum kepikiran nikah.”

“namanya juga belum punya kerjaan man, ya belum siap.”

Kepala amel masih saja ke arah belakang. seperti tak mau ketinggalan mendengarkan obrolan 2 cowok itu. Almas juga sesekali nengok ke belakang.

“bukan soal kerjaan dit, coba liat perjuangan hidup Habibi & Ainun. Mereka setelah menikah baru membangun rumah tangga, mencari pekerjaan, dan menata masa depan.”

“noh kan, nyambung ke pilem lagi iman ini.” Potong amel

“itu pelajaran mel, mereka menikah sebelum memiliki hidup yang mapan.”

“ahh… aku mesti kerja dulu man.” Sambung adit yang dari tadi emang kepikiran tentang nikah ini.

“kamu tadi kan punya rencana lulus bareng, gimana kalau lamarannya pas pak rector memindahkan tali toga dit, hihi.”

“di dome gitu ya man. Ha ha ha.” Amel mencoba menguatkan perkataan iman

“he he.” Mbak almas tersenyum dengan sedikit ketawa.

“iya tuh dit, jadi ribuan sarjana menjadi saksi kalian nanti.”

“terus kalau di tolak, mampuussssss!.” Tambah amel

Tak ada pikiran tentang perkuliahan, focus mereka sudah hanyut dalam obrolan. Terasa kelas milik mereka berempat.

“ ha ha. Bisa aja kalian. Tapi bagus tuh saran-mu man. Jadi nanti aku tunggu di samping rector endah-nya. Pas sudah nyampe, aku kasih cincin. Ha ha ha.”

“ ha ha ha.” Suara tawa menyatu dari 4 orang ini.

“pikirin dulu dit. Kalau ditolak taid gimana?” amel mengulang perteanyaannya lagi

Mereka jadi terdiam mendengar pertanyaan yang di ulang-ulang amel atau bisa juga mereka diam karena lagi memikirkan jawaban dari pertanyaan itu. Alasan pendukung lebih tepatnya.

“gini aja dit…”

Amel, almas, dan adit terperangah ke arah iman.

“gini, nanti kalian lulus barengya pas mulai Mei aja.”

“apa hubungannya man?” tanya amel.

“jadi nanti kalau di tolak, tinggal bilang aja, april moop…!! Surprise.

“ha ha ha.”

“Stttt…” tegur salah satu teman di depan.

Suara tawa mereka sampai kedengaran ke depan.

“stttt.” Almas memberikan kode kalau ketawa-nya kebesaran.

“bisa aja iman ini. Ha ha.” Amel tak bisa menahan tawa-nya untuk yang kedua kali.

“bisa tuh dicoba, april moop gitu ya man.” Adit mulai bisa tersenyum

“ha ha ha, gak salahnya kita berkhayal.”

Sekian. Terima kasih sudah mengiringi kisah dari Iman. Iman sekarang mau istirahat dulu. Kebetulan hari ini hari minggu. Capek habis jogging, eh, jajan doang tadi. Hihi.