Selamat datang!!

Selamat Datang digubuk Rahmeen yang sederhana ini, Selamat membaca ^_^

Pilih Kategori

Rabu, 29 Juli 2015

Melis *

--

Hari selanjutnya ku beranikan diri untuk mengajaknya kencan. Sore hari kami agendakan untuk berdua, pertama kali sejak awal pacaran.

Ketika menuju rumahnya, jantung berdetak tak seperti biasanya. Selain takut canggung, aku juga masih belum siap ketemu ayahnya, seorang intel tentara.

Sesampai dirumahnya, tak keliatan ayahnya, ibu melis pun terlihat sangat sibuk jadi kami putuskan untuk langsung saja.

--

Sesampai di alun-alun kota, kami duduk sambil melihat orang yang sedang asik bermain bola. Sesekali kami mencoba untuk mengobrol. Tak ada kesulitan yang terjadi, kami selalu punya sesuatu untuk dibahas bersama.

Indah, sungguh indah, kau cantik hari ini dan seterusnya.

SenyumNya, ketawaNya, dan sopanNya dia setelah menjadi pacar sungguh membuat ku hanya bisa slalu bersyukur.

--

Besok adalah hari rabu. Hari rabu adalah hari terkahir untuk bisa bertemu sebelum kami berpisah.

Sudah tiba waktuKu untuk kembali menjadi anak perantauan. Hari kamis aku putuskan untuk ke Malang, meninggalkan orang yang ku sayang.

Siang hari aku memintaNya untuk datang kerumahku. Tapi dia sedang sibuk. Sore hari gentian dia yang mengajak untuk jalan, tapi aku sibuk. Disini kami mulai cemas, takut tak bisa bertemu, melepas kangen yang sudah menjadi-jadi.

Akhirnya malam hari kami bisa meluangkan waktu untuk menikmati kebersamaan. Sebenarnya sudah sering kami jalan berdua tapi dengan status pacar, sungguh dia sangat berbeda. Dia selalu menonjolkan kasih sayangNya yang belum pernah diperlihatkan ketika masih berteman.

Malam hari sekali kami mengelilingi kota Barabai. Melewati jalan perkotaan, lanjut ke alun-alun, dan lewat depan SMA kami dulu yang penuh dengan kenangan.

Jam 10.00 pm dia mengantarku sampai depan rumah. Dia sedikit malu ketemu orangrua. Aku paham itu, aku juga mengalaminya. Ku persilakan dia langsung pulang tanpa mampir. Dia mencium tanganku layak isteri ke suami. Ku suka. Dikeheningan malam, jalan depan rumahku sudah sepi, ingin sekali memelukNya malam itu. Tapi tak mungkin ku paksakan

Senin, 27 Juli 2015

Melis

Hari kedua pacaran masih berlalu dengan rasa sedikit canggung. Dia sudah memanggilku sayang, dan menggunakan bahasa sopan ketika sms-an. Asik dan romantis, hanya itu yang kurasakan saat berstatus pacaran dengan dia meski aku merasa canggung dengan sebutan sayang.

Belum ada pertemuan antara kami berdua sejak hari special itu. Aku atau dia masih mencari-cari alasan untuk bertemu. Hasrat kami untuk bertemu memang sudah tak tertahan lagi.

Rasa sayang mulai tumbuh dari dalam hatiku. Ingin sekali menyalurkannya. Ingin sekali mengobrol mesra. Ku ingin dia, saat ini juga hadir di depanku.

Tapi ada rasa ketakutan yang masih membayangi-ku. Apa yang harus ku lakukan ketika bertemu dengan dia?

Canggung? Mungkin saja.

Saling tatap doang? Hmm…

Diam-diaman? -_-

Saling balas senyum? Indah juga.

Ketawa-ketiwi? Ya, kurasa ini.

Apapun yang terjadi nanti semua masih menjadi tanda tanya. Ingin segera ku bertemu denganNya. Semoga saja.

Minggu, 26 Juli 2015

#Edisi Khusus

jangan terjebak dengan nama rasa nyaman. Berevousi-lah. Meski belum tau itu akan berdampak positif atau negatif, jalani saja dengan penuh harapan.” - #traveliya

Sebuah edisi khusus tentang penulis yang akan bercerita tentang seseorang wanita. Namanya Melis, usianya kurang lebih denganku. Tanggal 27 juli 2015 aku memproklamasikan kisah asmara denganNya. Dia hanya merespon dengan senyum sambil mengangguk tanda setuju dengan hari yang bersejarah ini.

Kisah kami lumayan panjang. Pertemanan kami sudah memasuki tahun keenam sejak pertama kali kenal.

Kali pertama kenal ketika masa putih abu-abu, kelas 2 SMA. Dua tahun kami menempati kelas yang sama untuk mengejar cita-cita. Pertemanan kami pun semakin akrab, dan lebih akrab lagi.

Dulu jalan cinta kami berbeda, sejak kelas dua dia tahu aku pacaran dengan cewek yang juga sekelas dengan kami. Dia juga tahu kalau akhirnya aku juga putus.

Melis, setahu-ku juga diantar pacarnya tiap mau sekolah, bahkan dijemput juga. Wajarlah, anak muda. Kisah cintaNya, romantic.

Kelas 3, aku punya pacar lagi. Melis juga kenal dengan pacarku ini meski ga sekelas saat kelas 3 tapi sekelas saat kelas 2.

Melis, sudah putus dengan pacar yang sering mengantar-jemputnya. Dia jadian lagi dengan cowok, temanku, sekelas lagi. Tapi hanya berumur tiga bulan.

Saat awal perkuliahan, aku putus dengan pacarku. Dan kami dipertemukan lagi dengan sebutan yang lebih dewasa, mahasiswa.

Melis, melanjutkan studi disurabaya, bertetanggaan dengan tempat studi-ku, Malang. kalau ada waktu luang, kami sempatkan untuk saling menengok. Melis yang paling sering main ke Malang, 3x dia main ketempat kos-ku. Sedangkan aku hanya 1x main ketempat dia. Padahal aku beberapa kali disurabaya, tapi karena aku berdua sama cewek, jadi gak enak hati untuk mampir.

Jarang ada kontak antara kami karena kami memang hanya teman biasa. Tapi ya tetap, gak pernah kami lost contact. Kalau ganti nomer, pasti ngasih tahu. Kenapa ya? Mungkin sama-sama perlu.

Kalau liburan pun kami sempatkan untuk ngumpul, saat kami balik ke kempung halaman masing-masing. Rumah kami satu kabupaten, meski lumayan jauh. Butuh waktu 15 menit untuk sampai di depan rumahnya.

Selama melanjutkan studi di jawa timur, kami (mungkin) saling tahu satu sama lain kalau sering gonta-ganti pasangan. Berhubung kami berteman di media social yang dijadikan tempat untuk berbagi kemesraan dengan pasangan dalam bentuk foto.

Meski begitu, pertemanan kami selalu berjalan seperti yang dulu. Tapi perlu digarisbawahi bahwa taka da suatu pertemanan yang mulus begitu saja. pertemanan kami pun naik turun, marah-marahan, saling menjauh, dan banyak hal lagi.

Akhir-akhiri ini, aku sering menghabiskan waktu bersamanya. Selang hari, ketemu. Selang beberapa hari, bertemu lagi. (mungkin) karena kebiasaan berdua terus menerus membuat hati kami menginginkan status yang lebih. Sebuah hubungan yang dapat menyalurkan kemesraan dan kasih sayang. Yaitu pacaran.

Melis memang sudah dikenal sama orangtua-ku. Begitu seringnya Dia main kerumahku, tak terhitung sudah. Kadang membantu saat ada hajatan.

Aku, baru akhir-akhir ini main kerumahnya. Meski dulu pernah sekali untuk menemani-ku kesebuah acara maulid-an temanku, yang ternyata teman melis juga. Cuma dengan bapaknya yang belum ku kenal. Akhir-akhir ini, Melis sering bercerita tentang-ku. Hal itu menyadarkan-ku terlalu sering ngajak jalan dia. Ternyata melis gak pernah dijemput cowok untuk diajak jalan-jalan sebelumnya. Dari situ mungkin orangtuaNya penasaran, lalu melis jadi banyak dicerca pertanyaan. Ku rasa melis dapat menjelaskan semuanya.

Hubungan kami semakin dekat, apalagi baru putus sama pasangan masing-masing. Awalnya, baik aku mapupun melis ragu menuju jenjang pacaran. Yup, kami sudah terbiasa berteman, dan ngomong seadanya saat lagi bersama.

Akhirnya, kami pun setuju untuk berpacaran. Semoga saja tidak terjadi kecanggungan, tetap nggak ja’im, dan apa adanya dalam menjalin hubungan ini.

Sungguh, aku mencintainya, sangat mencintainya. Sekarang ku hanya berharap dia juga begitu.

Kamis, 23 Juli 2015

#2.5

rindu adalah semangat untuk tetap memiliki sebuah harapan.” – traveliya

Kami bergerak menuju Genteng, sebuah kota yang berdiri tegak di atas gunung. Tak perlu mendaki untuk ke sana. Cukup dengan menaiki kereta gantung yang tak semahal di Singapore.

Tujuan kami adalah sebuah bangunan mirip istana kerajaan yang berdiri tegap di atas gunung. Dalam perjalanan, pemandangan hutan yang dipenuhi monyet-monyet akan terlihat sangat dekat. Kami habiskan waktu perjalanan untuk berfoto di dalam kereta gantung. Untuk keselamatannya sudah sagat standart. Jadi, santai dan nikmati perjalanan anda.

Kulit kami merinding menyesuaikan dengan suhu dingin Genteng tatkala baru menginjakkan kaki disana. Ketika menengok ke atas, terlihat separuh bangunan tertutup awan.

Yang terkenal ditempat ini adalah judi legal disamping permainan yang sangat lengkap. Tak terhitung berapa jauh sudah kami berjalan kaki mengelilingi bangunan ini. Seperti tak berujung, sangat luas sekali.

Tak lupa untuk mengabadikan momen selama di genteng. Meski sangat dingin, tempatnya tak pernah sepi pengunjung.

Kami tertarik dengan aroma gorengan tadi sebuah tempat yang baru kami lewati. Kami sempatkan untunk singgah dan membeli beberapa gorengan. Yang paling ku suka kala itu adalah gorengan duren, yang lumayan cukup untuk memanaskan badan.

Setelah puas menikmati wisata meski kami hanya melihat-lhat saja. perjalanan pulang dimulai, tujuan selanjutnya adalah KL, tween tower.

Malaysia juga tak mau kalah soal transportasi. Mereka juga memiliki MRT, yang menghubungkan tempat-tempat yang ramai dikunjungi, seperti merjid, mall, hotel, pusat oleh-oleh, pusat tempat makan, dan lain-lain.

Beda dengan Jakarta, meski belum pernah kesana, sering ku dengar berita tantang kemacetan. Di Negara tetangga, kita tak perlu lagi bermacet-macetan. Cukup dengan naik MRT, tak perlu ada kontak kaki dengan aspal. Kita seperti punya kota sendiri di atas. Its very amazing!

Langkah kami sudah tak sabar untuk memasui tween tower. Tiba-tiba kami menghentikan langkah untuk berfoto ria sebentar di depan bangunan pencakar langit tersebut.

Setiba di dalam tween tower, kami dibuat takjub. Ternyata di dalamnya persis seperti mall. Berbagai macam merk jam tangan dan clothing terkenal berjejer rapi.

Setiap langkah kami terlihat sangat gagah dengan memikul tas carier yang beratnya 20 kg lebih. Mungkin sedikit terlihat aneh, tapi kami layak disebut backpacker tersesat di mall.

Seharian penuh kami habiskan mengelilingi Malaysia dengan biaya yang lumayan murah. Tak ada tujuan wisata lagi, kami hanya menghabiskan uang sembari menunggu keberangkatan pesawat.

Mulai dari kuliner, oleh-oleh, berfoto, berjejelan di MRT, dan sampai ketemu seorang penjual nasi kuning asal sumatera. Beliau terlihat sudah cukup tua, kulitnya keriput. Hanya di warung ibu ini kami selalu membeli makanan. Disamping murah, rasanya juga mirip dengan masakan Indonesia.

Matahari mulai bergerak tinggi menandakan untuk segera menuju bandara dan meniggalkan Malaysia. Dalam perjalanan menuju bandara, kami melewati sepang, sebuah sirkuit yang terkenal di Moto GP. Hasratku pengen mampir tapi apa daya bus yang kami tumpangi tidak berhenti di sepang melainkan di depan terminal udara.

Perjalanan panjang kami berakhir ketika kami kembali menginjakkan kaki di bandara juanda, Surabaya. Lalu kembali ke malang berbantuan travel. Dan sampai di kos. Lalu semua tertidur lelap. Minggu yang indah, seperti mimpi. Gnite.

Rabu, 22 Juli 2015

#2.4

aku sadar satu hal, aku tak bisa terus-terusan bergantung pada seseorang.” #traveliya

Pagi hari, tgl 26 januari 2012 kami menuju Singapore menggunakan bus. Setibanya di sana, kami disambut bangunan khas ala Eropa. Sebenarnya di Indonesia juga banyak bangunan seperti ini bekas peninggalan belanda. Namun di Singapore semua tersusun rapi, dengan tata kelola kota yang baik. Selama di Singapore kami banyak menghabiskan tempat wisata dengan berjalan kaki. Karena taksi sangat mahal. Pernah kami mencoba nego dengan salah satu taksi yang kami temui di jalan, tapi sang supir menjelaskan mereka akan disanki karena telah melanggar peraturan.

Sangat disiplin, itulah rakyat Singapore bahkan para wisatawan harus mengikuti peraturan mereka. Orang yang tidak teratur akan menjadi atau terpaksa disiplin selama di sini.

Kami berempat tak begitu menemui kesulitan untuk mengikuti peraturan mereka terkecuali merokok. Kasian sekali teman-temanku ketika mau merokok harus menengok kanan kiri terlebih dahulu untuk mencari label tempat merokok. Bahkan pernah mengelilingi kota hanya untuk mencari tempat yang ada labelnya.

Menikmati kota ala eropa dengan berjalanan kaki membuat perut lapar. Yes, kami menemukan rumah makan padang. Sudah sangat kangen dengan masakan Indonesia yang khas rempah-rempahnya.

Kami keluar dari rumah makan dengan wajah kurang puas. Sungguh, rasanya tidak enak. Bisa dibilang itu bukan rending. Gak pedas samasekali, ga ada paduan rempah-rempah dikuahnya. Sebenarnya tak masalah dengan rasanya karena di Indonesia juga banyak menjual rendang murah dengan rasa dibawah standart. Tapi rasanya tidak sesuai dengan harga yang satu porsi 5 dollar Singapore atau 40ribu.

Kami melanjutkan perjalanan dengan tujuan marina bay atau lebih dikenal patung singa. Disana kita juga dapat melihat kapal nabi nuh yang menyangkut tinggi di atas bangunan pencakar langit.

Kami berubah selama disingapore. Yang biasa menyeberang sembarangan, sekarang kami harus mencari zebra cross terlebih dahulu. Yang dulu buang sampah sembarangan, sekarang masukin saku, yang dulu jomblo, sekarang ya tetap, ha ha.

Singapore juga lebih maju dari Indonesia dalam hal transportasi. Kemana-mana kami dimanjakan dengan MRT, tidak berbeda jauh seperti di tailand. Tapi Singapore menggunakan MRT lebih tanah, lebih keren. Tapi aku mengeartikannya, karena lahan di Singapore sangat terbatas, kemudian dengan kepintaran orang-orang yang ada disana maka dibangunglah MRT bawah tanah. Mall, pasar, atau apa pun itu, semua menggunakan tata kota bawah tanah. Its very amazing!

Dengan berjalan kaki, kami melanjutkan perjalanan dari station. Indah sekali Singapore. Dalam hati aku sempat berkata “ indahnya Singapore karena dibuat-buat, beda dengan Indonesia yang indah karena alamnya” aku melanjutkan dengan senyuman.

Sesampai di marina bay, kami sempatkan untuk foto-foto lalu dilanjutkan menikmati bay atau teluk yang dikelilingi bangunan pencakar langit. Tidak lupa untuk menikmati kapal nabi nuh, dan keindahan lainnya.

Setelah puas, kami memutuskan untuk makan siang. Sekarang dengan sedikit hari-hari. Sudah diputuskan untuk pergi ke KFC sebuah gedung bertingkat yang kami lihat dari kejauhan.

Sesampai disana, agak sedikit minder sih, rata-rata yang makan disana orang-orang berdasi. Ya biarin lah, kan sama-sama bayar. Kami pun makan denga lahap. Yummy….

Sehabis makan aku memandang takjut tata kota disini. Tiap gedung dihubungkan dan pasti terhubung dengan rumah makan. Ketika mau makan tak perlu panas-panasan untuk keluar membeli makan. Cukup melintasi jalan berupa terowongan untuk pergi ke rumah makan. Its very amazing.m

Setelah itu kami istirahat disebuah masjid setelah mengitari rusunawa dengan puluhan lantai. Dimesjid aku sedikit teringat dengan debat kami untuk berangkat ke universal studio. Aku dan zay setuju bernagkat, sedangkan sebaliknya dengan dua lainnya. Memang lumayan mahal hanya untuk menuju pulau sentosa, menyeberang dengan kereta gantung dengan biaya 50 dollar atau 400ribu.

Memang kehidupan di Singapore sangat beda jauh. Sore hari kami putuskan untuk pulang karena tak mungkin kami bertahan lebih lama lagi dengan kehidupan sngat glamour.

Kami pulang menggunakan bus. Dan jelas, harganya jauh sekali lebih mahal dari bus yang kami tumpangi di Malaysia. Sebelum pulang, kami sudah menghabiskan uang dollar untuk membeli cindera mata khas Singapore yang menurutku biasa sekali.

Sudah bulat tekat kami untuk menghabiskan sisa liburan di Malaysia.

*next, kami akan liburan di tempat selatan Malaysia. Sebuah tempat yang di desain sebagai parawisata Malaysia. :)

Senin, 20 Juli 2015

#2.3

Perjalanan malam di mulai. Kota Bangkok juga sangat bersahabat dengan pelancong dengan uang pas-pasan. Hanya bermodal MRT dan jalan kaki, tak begitu banyak menghabiskan uang untuk keluyuran. Bebas macet pula, sungguh memanjakan.

Hal yang kurang mengenakkan dari Bangkok adalah susahnya mencari makanan halalan toyibah. Bagi seorang muslim seperti kami berempat, pasti sangat menghindari makanan paling populer diBangkok yaitu daging babi. Kami selalu makan di McD atau KFC. Bukan sombong tapi hanya main aman karena kami tak tau makanan itu terkandug daging babi atau nggak.

Kami berempat semua cewek-cewek Bangkok itu cantik, putih, tapi hati-hati terjebak dengan jenis kelamin mereka yang tak menentu, hi hi hi. Jangan menyangka yang cantik itu berjenis kelamin cewek, ada cowoknya juga lho.

Mengitari Bangkok di malam hari lumayan mengasikan dan melelahkan. Mencicipi makanan tradisional yang dijajakan pedagang kaki lima. Melangkahkan kaki dijalan yang nggak pernah dilewati. Menguji ingatan ketika balik ke hotel, meski kadang tersesat dulu. Memotret keindahan gedung pencakar langit dengan cewek cantik yang mondar-mandir.

Sudah hampir tengah malam, kami pun pulang, istirahat, tidur, dan terlelap sampai pagi.

Jam 8 pagi dengan wajah yang masih capek, kami keluar menikmati pagi Bangkok dipagi hari. Jalanan masih terlihat sepi. Hanya beberapa pedagag kaki lima yang menghiasi trotoar. Meski kota metropolitan, udaranya cukup sejuk saat tahun 2012.

Kaki kami semakin berat untuk dilangkahkan. Kami pun mencoba mencari sesuatu yang dapat dibeli untuk mengisi tenaga yang mulai kehabisan bensin. Rasa takut masih menghantui, kami tetap berhati-hati dalam membeli makanan.

Keluar dari komplek hotel, lanjut mengitari jalan raya yang hampir mirip dengan kota di Indonesia, yakni banyak pedagang kaki lima. Tiba-tiba Iki bertanya kepada salah satu penjual. Dia memberi kode kalau untuk membeli makanan disitu.kami pun membeli beberapa daging dan tak lupa beberapak bungkus nasi.

Diperjalanan Iki menceritakan bahwa sebelum membeli sudah bertanya itu daging apa, dan mendapat penjelasan halal dari penjual. Kami pun melahap makanan tanpa rasa takut.

Matahari mulai menjelang akhir. Kami pun memutuskan untuk kembali ke hotel. Capek, keren, dan banyak hal yang tak bisa tergambarkan. Mulai naik kapal mengitari wisata sungai dengan pemandangan rumah-rumah warga pinggir sungai. Ketemu pelancong asal Jakarta, cewek Bangkok yang cantik jelita, dan ikut ritual ketika masuk patung budha tidur, semoga aja kami tidak murtad, hehe. Dan tak ketinggalan tersesat, tatkala gak tau memilih kapal yang mana untuk kembali pulang.

----

Besok pagi-pagi kamu harus kembali ke station. Selesai sudah perjalanan di Bangkok, selamat tinggal Bangkok, terima kasih Hatyai, kami akan kembali lagi, Thailand.

Kereta api menjadi pilihan kami untuk kembali ke Malaysia. Tentu dengan alasan murah, dompet kami lumayan terkuras selama di Bangkok. Perjalanan ditempuh selama duabelas jam. Kami memilih tempat yang bisa untuk tidur, wow, fasilitas keretanya lumayan mengagumkan.

Pulang pun kami tak mudah dengan hanya bermodal duduk manis saja. diperjalanan kami bersebalahan dengan bencong. Idih, dia menggoda-goda kami terus. Kalau aku mengingat ini, jijik sekali. Apalagi temanku cerita, bencong itu selalu mengikutinya ketika buang air kecil ke toilet.

Menunggu duabelas jam juga sangat membosankan. Untung kami sudah mempersiapkan kartu remi, selama perjalanan banyak kami habis kan bermain kartu remi. Sampai akhirnya ngantuk menghampiri, dan kami bubar untuk kembali ketempat masing-masing. Tempatnya pun bukan tempat duduk biasa, 90% sama persin seperti ranjang tempat tidur, dilengkapi kasur, dengan tirai penutupnya.

Pukul 3 pagi waktu Malaysia kami tiba di station, itu bukan station utama yang kami temui beberapa hari yang lalu. Hanya sebuah station kecil yang terlihat sepi dan tak menyediakan transportasi.

Sulitnya mencari transportasi membuat kami tidur dipinggir jalan beberapa saat. Takut kena razia, kami pun menyewa taksi untuk mengantarkan kami ke warung makan terdekat.

Di dalam mobil taksi kami hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala, karena hampir saja kami nyasar ke Utara Malaysia. Ceritanya gini, ketika kami di station kereta api Bangkok, kami menaiki kereta yang keliru dengna tujuan yang berbeda jauh. Kami sudah duduk dengna barang tersusun rapi di dalam kereta yang kami rasa menuju Kuala Lumpur. Tiba-tiba Iki dan Yandra minta ijin keluar sebentar. Sebagai ahli hisap, selalu terasa kurang kalau tidak merokok. Mereka keluar untuk menghabiskan sebatang rokok. Terlihat dari dalam kereta, mereka pun mulai mnegobrol dengan khas canda tawa. Tiba-tiba mereka berlari menuju kami dan memberitahukan agar segera keluar dari kerete tersebut. aku pun keluar dengan beberapa pertanyaan yang mau diungkapkan di kepala. Sesampai diluar Iku bercerita, kalau dia sempat iseng nanya ke petugas gerbong kereta tentang tujuan mereka. Ternyata kereta yang kami naiki keliru. Piuuuh,, hampir saja. kami pun hanya tertawa setelah memasuki kereta yang ditunjukan petugar gerbong.

Dan kami sudah melupakan itu, biarlah mencari cerita masa lalu untuk dibagikan. Sekarang kami berada di Malaysia. Tujuan kami lebih dulu ke Singapore, baru balik lagi ke Malaysia. Menurutku itu merupakan rencana cerdas karya Iki agar meminimalkan pengeluaran. Perlu diketahui, Iki merupakan sarjana akuntansi.

*sudah ah, mau makan dulu. To be cont…

Minggu, 19 Juli 2015

#2.2

Sesampai di sana, hanya ada sisa jejak ban dari bus. Tatapan kami kosong sambil tengok kiri-kanan.

“pak, bus yang tadi kami tumpangi tadi kemana?” tanya iki sambil sesaat menghela nafas kecapekan.

“oh, lagi di cuci.” Jawabnya dengan santai.

“kamera kami ketinggalan pak, tolong ditelponin.”

Bapak penjaga travel menjawab dengan anggukan sambil mulai menelpon seseorang. Terjadi perbincangan panjang yang tak kami pahami karena menggunakan bahasa Thailand.

“ada kameranya, tunggu selesai di cuci dulu ya bus-nya.” Kata pak travel beberapa saat setelah mengakhiri telpon.

Kami hanya menunggu tapi masih deg-degan. Rasa tak karuan campur aduk menjadi satu.

Satu jam kemudian, bus tadi kembali. Tiba-tiba supir bus keluar membawa sesuatu yang mengeluarkan cahaya emas, iya, sebuah kamera yang sedang ditunggu oleh empat sahabat.

Kami kembali ke station untuk melanjutkan pembelian tiket yang tertunda. Langkah kaki dibarengi tawa lepas yang dari tadi belum bisa dikeluarkan, pecah. Canda-tawa menemani sampai kembli di station.

Ini merupakan kali pertama aku naik kereta. Diluar negeri lagi. Perjalanan kami lanjut ke Bangkok dibarengi updatei status di BBM.

Jam 5 pagi waktu Bangkok kami tiba di-station Bangkok. Iki menunjukkan kepemimpinannya, kami hanya bisa mengikuti dari belakang. Dia memesan taxi menuju hotel yang belum kami ketahui tempatnya. Bermodal selembar kertas hasil prin-prinan yang diberikan hotel tersebut.

Kami langsung menuju meja resepsionis ketika baru-baru aja menginjakkan kaki dhotel. Badan kami sudah tak sabar untuk dibaringkan dikasur empuk ala khas hotel.

Masalah hobi sekali menghampiri kami. Penjaga resepsionis menjelaskan kepada kami kalau kamar yang kami pesan sudah ditempati tamu lain. Iki, sekali lagi orang yang paling depan menjelaskan bahwa kami sudah memesan via online. Iki memang lebih unggul dalam hal komunikasi dan negoisasi disbanding lainnya, termasuk aku.

Iki menghampiri kami sambil menjelaskan apa yang sedang terjadi. Pihak hotel sudah meminta maaf dan berjanji menganti dengan level satu tinggat di atas yang kami pesan sebelumnya.

Dan benar, baru memasuki kamar, fasilitasnya sangat lengkap. Ada AC, TV, dan kamar mandi bath up.

“kita besok aja jalannya. Sekarang istirahat dulu. Kayaknya ada kolam renang di lantai dua.” Kata iki sambil membongkar pakaiannya.

“kemana besok ki? Mending ntra malam kita jalan-jalan aja”

“besok kita naik kapal, melihat indahnya kota Bangkok dari sungai. Trus ke patung budha tidur, ke candi. Rame lah pokoknya.”

Setelah mendengar rencana perjalanan panjang untuk besok, semuanya langsung mengistirahatkan badan. Karena ini juga mengiyakan untuk jalan-jalan menikmati suasana malam kota Bangkok. Tujuan kami ke hard rock cafei, dank e mall tongkrongan anak muda yang dilengkapi museum lilin yang hanya ada beberapa di dunia.

*bersambung

Jumat, 17 Juli 2015

#2.1

1

-menelusuri tiga Negara tetangga-

Sebuah hal yang mustahil. Perjalanan yang tidak pernah terpikirkan. Keanehkan yang tak terbayangkan. Menginjakkan kaki diluar negeri. Kencing ditanah jiran. Mencicipi kuliner khas orang. Its very amazing!

Perkuliahan telah selesai. Para mahasiswa beranjak meninggalkan kelas untuk pulang ke kos masing-masing.

Kring kring

Sebuah nada telepon masuk terdengar dari saku celana-ku.

“hallo, assalamualaikum.”

“Au, kamu mau ikut liburan keluar negeri nggak?”

“hah, maksudnya apa ki?” aku masih bingung dengan ajakan temanku ini.

“gini Au, aku tadi iseng ngecek tiket sby-malaysia. Trus, aku nemu tiket promo, 570rb PP. gimana, ikut gak?”

“hmmm…gimana ya ki. Aku bingung dengan persiapannya. Belum siap.”

“gak usah dipikirin kalau soal itu, nanti aku bantu. Ikut kan? Jarang-jarang ada promo kayak gini.”

“ii..iy..iya deh ki. Aku ikut. Tapi bantuin ya nanti.” Kataku sambil menganngguk.

Tanpa sadar aku takluk dengan ajakan teman-ku. Mungkin adrenalin-ku yang merespon ajakan temanku tadi.

Memang, banyak hal yang harus dipersiapkan. Paspor, uang, ijin orangtua, dan mental. Tapi adrenalin membuat melupakan itu semua. Keren.

enam bulan kemudian

Sebelumnya perlu diketahui tiket promo yang dibeli berjarak enam bulan lebih sejak temanku,iki, menelponku ketika itu. Dalam enam bulan, aku mempersiapkan semuanya. Dari membuat paspor di Malang dengan bantuan calo. Dengan harga awal 225rb menjadi 350rb.

Kemudian, menabung untuk sangu selama disana. Ternyata menabung cukup sulit. Uang selalu memiliki alasan untuk dihabiskan. Selama enam buan, uangku hanya terkumpul 3 juta. Itupun aku sering berpuasa untuk berhemat.

Lalu ijin orangtua. Ijin orangtua menurutku sangat penting. Untuk mendapatkan restu atau ijin orangtua harus dapat membaca keadaan. Saat mood orangtua tidak baik, jangan sekali-kali meminta ijin. Bersabarlah, tunggu saat yang tapet. Untung, dengan dijinkannya aku untuk ikut dibarengi dengan pemberian tunjangan 500rb dari Ayah, dan 500rb dari mama.

Dan terakhir mental. Mental ku semakin mantap ketika semua persiapan kurasa sudah matang. Uang saku yang cukup tebal sebanyak 4juta. Tak ada yang kurang, aku siap untuk berangkat.

22 januari 2012

Kami berangkat dengan personil yang tidak lengkap. Hanya 4 dari 5 orang yang berangkat. Aku, Iki, Zae, dan Yandra menginjakkan kaki untuk pertama kali (kecuali Iki) di Negara Malaysia. Perjalanan ditempuh selama 3 jam dari Surabaya. Sesampai disana, hujan menyambut kedatangan kami.

Saat tiba dibandara jam 22.00 waktu Malaysia, membuat kami bingung mau kemana jam segini. Apa ada taksi jam segini, pasti sudah sepi.

Ternyata tidak, negeri jiran memiliki menajemen transportasi yang baik. Tiap jam selalu ada bus yang akan mengantarkan ke station pusat. Keren.

Kepanikan kami seketika memudar. Kami tinggal membayar 10 RM untuk menuju station. Kata Iki, dari sana kita akan menggunakan kereta atau bus menuju Bangkok.

Hah, Bangkok?

Iya, tujuan wisata pertama kami sebenarnya Bangkok. Karena kami sudah booking salah satu hotel tanggal 24 januari 2015 di Bangkok. Sebuah hotel yang sampai saat itu belum kami ketahui dimana tempatnya.

Pukul 01.00 lebih kami tiba di station pusat. Tempatnya sangat besar, sangat pantas disebut sebagai pusat. Namun setiba disana, tampatnya sepi. Berapa kali sudah kami mengelilingi station , bisa dihitung berapa kepala orang yang dijumpai.

Seorang satpam memberitahukan kami kalau station sudah tutup, dan baru buka jam 7 pagi waktu Malaysia. What?? Ku kira semua 24 jam non-stop di Malaysia, ternyta tidak. Sampai sekarang aku masih belum mendapatkan penjelasan mengenai hal ini.

Wajah kami semakin berat tak kuat menahan kantuk. Mata sudah mulai menuju ambang batasnya. Tibalah kami disebuah tempat makan yang membiarkan meja dan kursi bergelatakkan. Dengan pelan semua badan tergeletak ditempat makan itu. Tak butuh lama, mata kami sudah terlelap beberapa saat setelah menemukan kasur besi dari susunan kursi.

Jam 8 pagi kami sudah ikut mengantri di loket pembelian tiket.

“tiket ke Bangkok sudah tak tersisa.” Kata penjaga loket dengan logat melayu

Disusul wajah lemas dari ke empat sahabat sambil membalikkan wajah dari loket tadi. Sebenarnya tak masalah tak ke Bangkok dulu. Kami bisa langsung berlibur di Malaysia. Namun kami sudah terlanjur booking hotel dengan arti sudah membayar sewa untuk dua kamar.

Tak mau rugi, Iki terus mengusahakan agar tetap berangkat ke Bangkok hari ini. Sampai akhirnya kami menemukan jawaban. Kami disarankan oleh penjaga loket untuk menuju Hatyai (salah satu kota di Negara Thailand). Setelah itu baru menuju Bangkok. Agak sedikit membuat perjalanan kami semakin jauh sih, tapi karena kami backpacker, hal seperti ini tak akan memberi pengaruh apapun terhadap kami.

Sesampai di Hatyai menggunakan bus memakan waktu 12 jam lebih. Kemudian kami lanjutkan dengan berjalan kami menuju station karena hanya berjarak 2 km saja.

Kami selalu mengandalkan Iki. Dia pinter berkomunikasi menggunakan bahasa inggris. Meski kami punya Zai, yagn seorang dosen mata kuliah bahasa inggris. Tapi tak terlalu pinter dalam hal komunikasi.

Iki langsung menuju loket tiket. Dari kejauhan terlihat dia melakukan beberapa pembicaraan dengan penjaga loket yang kadang ada tawa diantara mereka.

Iki kembali ke kami yang menunggu agak sedikit jauh dari antrian loket. Dia tiba dengan wajah keherenan.

“kamera siapa yang bawa?”

Semua tercengang, melihat kanan-kiri tangan teman. Dan tak ada satu pun yang memegang kamera DSLR.

“aduuuhh…”

Berbarengan semua menepuk jidak dilanjutkan dengan berlari keluar. Semuanya terdasar kalau karema tertinggal di bus yang kami tumpangi tadi.

“ampun dah, itu kamera punya orang lagi.”

“semoga aja masih ada.”

“ayok, cepat. Lebih cepat lagi larinya.”

Semua berlari menuju tempat perbentian terakhir bus tadi.

*udah dulu, udah ngantuk. Nanti disambung.

#2

Ada 3 hal yang dapat membuatku melupakan tekanan hidup. Pertama, ketika punya uang dan rajin maka travelling-lah. Kedua, ketika tidak punya uang tapi masih rajin maka menulislah. Dan yang terakhir, ketika tidak punya uang dan malas maka tidurlah. My sleep my Adventure. – #Traveliya

Beranjak ke episode kedua, aku ingin bercerita mengenai perjalanan yang mengesankan. Sebagian orang pasti menyukai jalan-jalan. Karena di dalam sebuah perjalan, tersimpan sebuah petualangan. Petualangan setidaknya dapat memberikan kejutan tiap episode-nya. Entah itu kemana, yang jelas keluar dari titik nyamannya.

Tidak semua orang menyukai petualangan. Ada sebagian kecil manusia yang tidak suka jalan-jalan, ku rasa mereka sedang terjebak atau tidak mau beranjak dari titik nyaman-nya.

Sebenarnya banyak hal yang hanya ditemui saat travelling. Pertama, Sikap manusia yang biasa kita lihat dikehidupan sehari-hari dapat berubah atau bisa dibilang kelihatan sifat aslinya saat traveling. Jangan terkejut tatkala menemui hal tersebut.

Kedua, adrenalin akan bangun dari tidur panjangnya. Adrenalin tidak akan bangun kalau posisi kita tidak sedang tertekan. Adrenalin akan melakukan sesuatu hal diluar alam bawah sadar. Atau bisa disebut gerak refleks sebagai respon terhadap suatu hal yang datang pada diri dan membutuhkan penanganan yang cepat.

Ketiga, mempertajam insting. Hal ini didapatkan ketika nyasar dalam perjalanan. Bisa dihadapkan disebuah persimpangan. Bisa juga ketika sedang menulusuri sebuah jalan, ada suatu hal aneh yang mengganjal pikiran. Insting akan mencium keanehan tersebut dan memberitahukan kalau jalan yang sedang ditelusuri keliru.

Dan banyak hal lagi yang tidak mungkin kamu dapatkan hanya dengan berdiam diri dikamar sambil memainkan Smartphone.

Berikut diantaranya perjalanan yang masih melekat diingatanku

*berlanjut ke posting #2.1

Senin, 13 Juli 2015

#1.1

3

Mundur 4 tahun ke belakang daritahun aku pacaran dengan Anis. Setelah bercerita tentang percintaan waktu SMA, tiba-tiba pikiranku tertuju oleh kejadian waktu SMP dulu.

Wah, itulah pacar pertamaku. Cewek yang pertama mengisi hati ini secara formal. Hari pertama aku menyatakan cinta kepada seorang cewek, meski hanya lewat SMS. Kau boleh panggil dia Ami, Amelia.

Memasuki hari pertama kelas 2 SMP, aku dipertemukan dengan seorang cewek disebuah kelas 2A. Tatkala itu kami belum saling mengenal satu sama lain. Hanya beberapa yang ku kenal, terutama yang berasal dari kelas 1E.

Setelah pembagian tempat duduk, aku duduk paling depan bersama teman sekelasku dulu, namanya dayat. Meski duduk di depan, aku selalu sekolah dengan penuh semangat. Apalagi kalau saat pelajaran aku butuh sesuatu yang tak ku punya. Aku tinggal menengok ke belakang untuk bilang “boleh aku minjam sesuatu?”.

Kebetulan ada dua orang cewek yang berada di belakangku. Mungkin nasib mereka berdua sedang apes, karena selalu dan selalu perlengkapan tulis dipinjam olehku. Tapi, tak tau mengapa, peralatan tulis cewek itu ribet dan perfeksionis. Semuanya pasti ada, paling gak 90%-an lah mereka punya. Beda sama cowok, yang hanya punya satu bulpen, itu doang.

Rutinitas itu selalu terulang tiap harinya. Sampai akhirnya kami saling kenal, yang satu bernama Vidya, disebelahnya biasa dipanggil Ami. Disinilah perasaan suka itu muncul, tapi bukan ke Ami, tapi malah ke Vidya.

Kala itu, Vidya terlihat lebih cantik dan putih ketimbang Ami. He he.

Aku memutuskan untuk pedekate ala anak SMP ke Vidya. Mengingat kejadian itu, aku hanya bisa tersenyum ditempatku menulis sekarang.

Ujung-ujungnya aku lebih dekat sama Ami ketimbang Vidya. Aku lebih sering SMS-an sama Ami karena Vidya tidak punya HP waktu itu.

Namun Ami orangnya pengertian, dia tau kalau aku sedang naksir ke Vidya. Mungkin dia menyadarinya dari tingkah laku aku sewaktu dikelas.

Ami menawariku agar menjadi mak comblang ke Vidya. Gila, kalau ku ingat, aku tau arti mak comblang gara-gara suka liat FTV remaja, yang kala itu bertema lemon tea, asam manis cinta. Untung waktu itu aku bisa dibilang, kekinian.

Dari situlah aku sering SMS-an sama Ami. Nanyain kabar Vidya, makanan kesukaan Vidya, dan tak lupa Kriteria cowok idaman Vidya. Hehe. Aku yakin, dulu pas kalian masih SMP juga seperti itu, ada yang namanya kriteria pacar idaman. Aahhhh…. Indahnya waktu kecil dulu.

Hari demi hari, Vidya tetap tak merespon, dan cenderung memberikan kode untuk tidak lagi mendekatinya. Hal itu membuat aku putus asa. Disisi lain, Ami selalu menyemangatiku. Sejak awal aku bilang pengen ke Vidya, Ami orang pertama yang mendukung dan menyemangati-ku.

Aku semakin terpuruk ketika ku paksakan untuk menembak Vidya, iya nembaknya lewat Ami, trus disampaikan ke Vidya. Saat itulah Vidya benar-benar membuat perasaan seorang bocah kelas 2 SMP hancur. Aku ditolak, tak mengerti juga apa itu cinta ditolak, tapi yang jelas aku merasa sudah ditolak.

Ami hadir seperti biasa, selalu memotivasiku. Semua tak ada yang berubah, Aku masih SMS-an sama Ami, kecuali tak menanyakan Vidya lagi.

Keseringan SMS-an, hal itu membuat kami berdua salah paham, mungkin yang salah paham itu Aku, bisa juga Ami. Sampai sekarang, aku tak tau siapa yang salah paham lebih dulu.

Salah paham menjadi cinta, cinta berujung pacaran. Pacaran dengan Ami membuat aku tersadar. Ternyata yang ku cari itu cewek yang seperti Ami. Bicaranya berbalut lembut nan sopan, pakaiannya muslimah, senyumnya manis ( kusadari setelah resmi menjadi pacar Ami.)

Kelas menjadi gempor gara-gara berita jadian Aku dengan Ami menjadi headline kala itu. Tak tau mengapa, tapi ku rasa, perempuan emang suka curhat.

Aku jadi malu, sangat malu. Aku belum siap dengan konferensi pers dari Ami itu. Seharusnya Ami jangan menceritakan itu lebih dahulu. Ini merupakan pacaran pertamaku. Bagaimana caranya pacaran pun aku tak tau. Pengalaman pacaran pun tak punya, meski punya pengalaman sering nonton ftv yang ada adegan pacarannya.

Aku tak bisa mengimbangi Ami. Dia begitu sudah mengerti seperti apa pacaran itu. Dia memperlakukanku begitu istimewa. Sedangkan aku? Biasa saja.

Meski baru kelas 2 SMP, hubungan kami sering diterpa berita miring tentang perselingkuhan diantara kami berdua. Namun kami bisa melewati badai besar yang selalu berusaha untuk membuat kami berpisah.

Hubungan kami berlanjut ke kelas 3. Status pacaran kami masih aktif meski tidak sekelas lagi. Tapi kelas kami cukup dekat, Ami kelas 3H sedangkan aku kelas 3G.

Masih ingat dimemori kepalaku, ketika Ami memberikan hadiah ulang tahun, sebuah jam weeker. Hadiah itu dia berikan agar aku tidak telat bangun dan bersekolah pagi-pagi biar bisa cepat ketemu disekolah.

Bertambahnya usia membuat aku sedikit beranjak dari satu titik menuju titik selanjutnya. Aku sudah mulai berani mengajak Ami ngobrol disekolah. Mengantarkan Ami pulang sekolah, meski tak aku bonceng. Tapi itu merupakan kemajuan yang sangat pesat dari tahun sebelumnya.

Aku pernah bertanya-tanya, kenapa gak dari kelas 2 aku seperti ini. Kan enak sekelas, gampang kalau mau ketemu.

Tak apalah, terpenting aku sudah bisa mengimbangi Ami. Momen itu sering ku sebut momen emas ketika pacaran sama Ami.

Momen emas berlalu sangat cepat. Hal itu dikarenakan Ami mulai tergoda dengan seorang cowok, namanya Beni. Yang katanya hanya teman biasa.

Kami putus. Awalnya kami putus baik-baik. Tak ada dendam. Alasan Ami bisa ku terima.

Namun, seiring berjalan waktu semuanya terbongkar. Dia jadian dengan Beni. Aku kecewa setelah mengetahui fakta sebenarnya.

Sampai hari ini, aku belum tahu alasan sebenarnya kenapa Ami memohon-mohon putus di tahun 2007?

Sampai hari ini, aku masih bertanya-tanya, apakah Ami selingkuh di tahun 2007?

Sampai hari ini, apakah benar mi, kamu terpengaruh dengan teman-temanmu untuk mengakhiri hubungan yang terjalin sejak tahun 2006?

Sampai hari ini, apakah Ami tahu kalau aku sulit menerima kenyataan ditahun 2007?

Kau curang Mi. Setelah putus sudah mendapat pengganti.

#1

Episode pertama aku akan bercerita tentang masa-masa pacaran. Tak sulit untuk mengingat-ingat hal tersebut. Apalagi aku sedang berada disebuah tempat favorit-ku untuk menulis. Baiklah.

1

Pacar?

Hal pertama kali yang terbesit dari kata itu adalah pacar pertama-ku jaman putih abu-abu. Dia punya nama Yanti. Kami jadian ketika tak lama mengenakan pakaian putih abu-abu, kiranya 2 bulan pertama masuk SMA. Dulu aku sekolah di SMA yang terletak di jl.Merdeka dan menjadi SMA unggulan di Kota Barabai, Kalimantan Selatan.

Yanti? cewek yang satu ini biasa-biasa aja disekolah. Berkerudung dan berkacamata. Tingginya standart, tidak lebih tinggi dari aku waktu SMA dulu. Kurus, tapi ya sama, aku juga kurus dulu.

Kelas ku dengan kelas Yanti bersebalahan. Yanti kelas X5 dan disebelahnya kelasku X6. Meski kelas kami sangat dekat tapi bertolak belakang dengan kedekatan kami saat disekolah. Alias malu-malu kucing.

Tak begitu banyak yang mengetahui hubungan kami kecuali teman-teman dekat dan teman sekelas. Disekolah kami jarang ngobrol, jangan makan bareng, dan jarang jalan berdua. Meski begitu, kami bisa dibilang romantis saat diluar atau sepulang sekolah.

Quallity Time, mungkin bisa disebut begitu jaman sekarang. Pulang selalu aku antar sampai depan rumah. Meski mengharuskan Yanti untuk melangkahkan kakinya 200 meter lagi.

jangan nganter sampai rumah, nanti ibu-ku liat. Apalagi ada kakak-ku. Mending sampai sini aja deh.” Ungkap Yanti dengan nada yang begitu menakutkan.

Seumur pacaran, tak pernah aku masuk rumah Yanti dan berkenalan dengan orangtuanya berserta kakak-kakaknya.

Sehabis pulang, aku sering jemput dia untuk jalan-jalan. Sekedar mengelilingi jalan-jalan yang ada di Barabai. Namun dia sedikit berbeda ketika sepulang sekolah. Kacamata dilepas, menggunakan baju kaos, dengan rambut terurai. Sungguh elok sekali nak kau pandang.

Sekarang, Yanti sudah menikah. Dia menikah tatkala aku meneruskan studi di Kota Malang. Aku mendapat kabar baik itu ketika baru tahun pertama kuliah. Sekarang dia sudah mempunyai seorang anak. Sering aku melihatnya, karena kami masih berteman di facebook. Yanti sangat hobi meng-upload foto bayi cantiknya itu.

2

Pacar begitu penting ketika waktu SMA. Hal itu mengharuskan aku mencari pacar lagi setelah putus dengan Yanti. Kulabuhkan hati ini ke seorang cewek kelas XII IPS 5. Namanya Anis. Dia bukan kakak kelasku. Waktu itu aku sudah kelas XII IPS 3. Tapi kelas kami luamayan jauh, karena susunan kelas begitu acak kala itu.

Cewek yang satu ini sedikit tempramen, pencemburu, pengatur, dan baik sekali. Dia selalu protes jika sewaktu istirahat aku tak datang menemui ke kelasnya. Hal itu membuat aku jarang jajan dan ngumpul bareng teman-teman ketika jam istirahat. Apa pun itu, cinta memang dapat membuatku kenyang.

Masuk ke kelasnya pun, tak semudah masuk kamar mandi. Di kelas XII IPS 5 ada satu cowok yang pengen ke Anis. Dan cowok itu selalu memasang wajah yang gak enak sekali dilihat ketika aku menghampiri pacarku ini. Aku tau hal itu dari Anis, dia cerita begitu kepada-ku.

Aku selalu mencoba mengajaknya keluar dari kelas, tapi kata Anis gak papa, cowok itu ga punya hak untuk mengusir kita pacaran dikelas ini.

Mantan anis juga sering mengajak ketemuan, karena cowok itu juga alumni SMA sini. Aku selalu mencoba melarangnya meski itu tak bisa menahannya. Aku tau, Anis masih begitu mencintai mantan-nya itu. Aku juga tau, Anis mulai mencintai-ku. Dia hanya masih belum bisa melepas rasa cinta-nya kepada mantan. Itulah tugasku, yang harus menghapus perasaan anis kepada mantan-nya.

Lalu Anis pernah bilang, dia sama sekali ga suka liat aku dekat cewek mana pun disekolah. Arti dekat disini juga sangat aneh. Aku dilarang ngobrol atau duduk disamping cewek, meski itu teman akrab-ku atau teman sekelas-ku.

Terlebih aku sekelas dengan mantanku, Yanti. Hal itu membuat aku dan Yanti terlihat saling mengyombongkan diri. Tak ada saling sapa walau kadang ingin sekali untuk menyapa-nya. Namun selalu ku urungkan niatan itu. Karena ku tau, di kelas-ku XII IPS 3, ada seorang cowok yang sedang pedekate dengan Yanti. Rasa gak enak juga sama cowok ini, temanku sendiri.

Tapi hal tersebut malah memunculkan sebuah ide. Ketika dia ulang tahun yang ke-18, aku sengaja lupa dengan hari special itu. Hanya sekedar pura-pura.

Disekolah pun, aku tak menemuinya. tak mengucapkan apapun ke anis. Semua itu sesuai dengan rencana yang sudah kususun semalam sebelumnya.

Bukan sampai disitu, rencana puncak atau rencana sebenarnya masih belum tersentuh hari itu.

Aku meminta teman sekelas-ku, cewek, untuk menemani-ku beli jajan. Benar, ku sengaja lewat kelas XII IPS 5, dengan harapan Anis mempergoki aku yang sedang jalan berdua dengan cewek, teman sekelasku.

Rencana berjalan sesuai harapan, selepas lewat kelas Anis, teman-temannya langsung memberitahukan bahwa pacar kamu sedang jalan dengan cewek, berani-beraninya dia kata  teman-teman Anis.

Sepulang sekolah, aku jemput anis ke kelas. Kau tau, wajahnya sangat cemberut. Sepeti sedang menahan-nahan untuk mencakar-cakar wajah-ku. Namun aku tetap ga peduli dengan tak menghiraukan hal itu. Aku tetap tenang, seolah aku tak melakukan kesalahan sekecil apa pun hari ini.

Aku antar dia sampai rumah, sepanjang perjalanan aku hanya melihat wajah cemberutnya. Sesampai dirumah, aku hanya tersenyum tatkala rencana-ku berhasil. Anis begitu terkejut dengan rencana surprise-ku. Apalagi pas dijalan Dia selalu bertanya-tanya dengan ekspresi yang sampai sekarang kalau ku ingat, sangat lucu. Haha. Sebuah ekspresi sebel namun tak berani dia ungkapkan. teringat, anis seperti seorang polwan yang hobi bertanya terus sepanjang perjalanan pulang.

“Au, kamu tau hari ini hari apa?”

“iya, hari rabu. Tau lah.”

”kamu beneran lupa hari ini hari apa?”

“gak mungkin lupa, hari rabu kan?”

Aku menjawab semua pertanyaan Anis dengan menahan tawa yang kadang tak bisa ku tahan lagi.

“iiihhhhhhhhhhhhhhhhhhh…..bukan itu maksudku aaaaaaauu!”

Anis begitu sebel, hampir marah, tapi semua itu sirna. Tatkala kami berdua hampir sampai di depan rumah Anis. Inilah saatnya, kata hatiku.

Aku mengambil sesuatu didalam tas-ku. Sebuah hadiah yang sudah dibelut kertas kado. Aku kasihkan ke Anis sambil berkata.

“selamat ulang tahun sayang, aku gak bakal lupa koq dengan hari special kamu ini.”

Aku pergi selepas berkata dan memberikan hadiah. Wuih, kalau ku ingat, itu seperti kayak di film aja.

Sesampai dirumah, anis mengucapkan terima kasih. Lalu aku ceritakan semuanya, bahwa semua hal yang membuat kamu menyebalkan jangan disimpan dihati. Itu hanya serangkaian rencana yang ku buat untuk-mu.

Anis mengerti, namun semenjak hari itu, teman-teman Anis menganggap aku cowok gak baik, karena sudah lupa dengan ulang tahun pacarnya sendiri, dan jalan sama cewek lain. Ini kudengar dari Anis, yang bercerita beberapa hari berikutnya.

Setelah mendengar cerita itu dari Anis, aku langsung ingin bertemu mereka untuk menjelaskan hal tersebut. kata Anis, biar dia aja yang menjelaskan. Namun, aku tak sependapat, mereka harus mendengar penjelasan dari mulutku sendiri.

Ketika aku main kekelas Anis, ku sempatkan bertemu teman-temannya. Kujelaskan duduk persoallan yang sebenarnya. Mereka langsung mengerti, mungkin Anis sudah terlebih dahulu memberi penjelasan kepada teman-temannya.

Aku tak mau hubunganku rusak dengan teman-temannya Anis. Mereka sangat berjasa ketika aku sedang pedekate ke Anis sampai akhirnya jadian.

Sekarang Anis juga menikah. Temannya Anis, namanya Echie, mengirim foto pernikahan Anis dengan seorang cowok, yang katanya kerja di perusahaan Batu Bara. Kejadian itu ketika aku memasuki tahun kedua kuliah di Malang.

*to be cont…

Minggu, 12 Juli 2015

curahan hati penulis

sekarang jarang nulis ya? Hehe

mungkin bisa ditebak, aku sedang sibuk?

Sibuk dengan projek?

Projek juta-an rupiah?

Ha ha, ini projek masa depan, namanya skripsi. Tapi jangan dibaca krispi meski sedang berpuasa.

Nanti saja lah bercerita tentang skripsi-ku, sangat panjang perjuangannya. Banyak drama bertabur konflik yang menghadirkan banyak dampak dalam kehidupan sang skripsiter (orang yang sedang menulis skripsi). Tak akan selesai diceritakan dalam satu postingan.

Sebenarnya banyak ide-ide yang sudah mulai ku tulis. Namun semua ga ada yang selesai. Alias mandek. Mood-ku juga kadang naik-turun. Ini nih aku kasih liat cerita yang belum selesai. Mungkin hampir kadaluarsa.

new

Mulai hari ini, ku mencoba menghindari cerita yang cukup panjang. Cerita yang menghabiskan waktu berminggu-minggu untuk menyelesaikannya.

Hari ini muncul ide untuk membuat cerita yang pendek saja. mumpung lagi dirumah, kampong halaman. Tapi halaman berapa ya rumahku ini? He he

Cerita ini akan terlihat gampang untuk diselesaikan. Aku Cuma menentukan tema lalu mengingat-ingat cerita yang pernah dialami, dengan syarat berhubungan dengan tema tersebut. alhasil, sudah ku putuskan 1 syawal jatuh pada tanggal 17 juli 2015. Mohon maaf lahir dan batin.

Heh????

Maksudnya sudah kuputuskan, untuk mencoba hal baru ini. Karena bagi-ku yang terpenting sekarang adalah mengembangkan gaya menulis. Dan itu butuh jam terbang labih banyak. Semoga bermanfaat.