Selamat datang!!

Selamat Datang digubuk Rahmeen yang sederhana ini, Selamat membaca ^_^

Pilih Kategori

Kamis, 26 Februari 2015

metamorph

Ada cerita seru nih ketika Dirgahayu-ku tanggal 24 februari. Layaknya metamorphosis, usia 22 berarti lanjut ke tahap selanjutnya. Secara teori, bukan evolusi terakhir yang terjadi dalam diri-ku. Baik secara sikap, etika, maupun cara pandang. Ini baru tahap ketiga dalam metamorphosis sempurna. Bisa dikatakan baru menyerupai kepompong.

Telur merupakan tahap pertama dalam metamorphosis, dan itu terjadi sejak kecil sampai kelas 3 SMP. Lugu, culun, dan polos mudah ditemui pada tahap ini.

Setelah itu ber-metamorphosis tahap kedua menjadi ulat. Ini ku-rasakan saat SMA sampai memasuki perkuliahan bahkan sampai hari ini (27 februari 2015). Kehidupan menjadi berbeda dan tak semulus ketika masih berwujud telur. Aku memiliki cara pandang yang berbeda, pikiran liar tak terkendali, dan mulai menyukai lawan jenis. Kebebasan adalah mutlak bagi ulat dan aku pun merasa rawan pada tahap ini.

Dan di usia 22, aku merasakan dampak peralihan dari ulat menjadi kepompong. Wujud kepompong memberikan waktu luang yang lumayan banyak. Aku baru tau tujuannya untuk refleksi diri dan ternyata banyak dampak yang tetap melekat dan susah di ubah.

Hal yang wajar dilakukan ulat menjadi tak wajar bahkan memalukan kalau masih dilakukan kepompong. Tak mudah menghilangkan kebiasaan buruk, menguranginya pun masih belum sanggup. Namun, selama ini citra negatif sedikit tersamarkan oleh hal positif meski tak menyeluruh. Itu membuat-ku sedikit mudah menjadi kehidupan saat berwujud ulat karena sebagian tidak mengenal keburukan-ku. Atau mereka sudah bisa menerima keburukan-ku bahkan sudah terbiasa dengan semua hal itu.

Di usia 22 harapan untuk memperbaiki diri datang. Begitu peralihan dari ulat ke kepompong sudah di depan mata, inilah kesempatan.

Memang, aku tak pernah mengharapkan apa pun dari orang lain. Sebenarnya tak perlu perayaan, hadiah, ataupun sejenisnya. Tapi ini sudah menjadi budaya. So, hargai mereka dan ucapkan Thanks!.

Dan ini cerita serunya, ketika aku baru menginjakkan kaki dengan wujud kepompong secara tidak langsung dikenalkan dengan sebuah lagu. Belum tau liriknya, aku sudah tertarik sejak melihat judulnya, terlalu lama sendiri.

Kunto Aji - Terlalu lama sendiri

Sudah terlalu lama sendiri

Sudah terlalu lama aku asyik sendiri

Lama tak ada yang menemani rasanya

Tak harus memikirkan pasangan, tak ada cemburu ataupun dicemburui. Serius, lirik ini membuat aku berpikiran “setahun lagi, jomblo-ku perlu diwisuda”.

Pagi ke malam hari tak pernah terlintas di hati

Bahkan di saat sendiri aku tak pernah merasa sepi

Ruang kosong di hati membuat hari-hari berjalan cepat. Sering aku bertanya pada diri sendiri ”koq udah senin lagi”. Sebenarnya merasa sepi pasti ada tapi mayoritas tak pernah merasa sepi. Mungkin karena teman-teman kos-ku, teman kuliah, dan kesibukan ditempat kerja.

Sampai akhirnya kusadari aku tak bisa terus begini

Aku harus berusaha tapi mulai darimana

“Langkah 1000 selalu diawali oleh langkap pertama”. Pribahasa itu sangat pas, ketika sudah menyadari semua harus ada perbaikan dan saat mau memulai aku tak tahu harus dari mana?

Teman-temanku berkata yang kau cari seperti apa

Ku hanya bisa tertawa nanti pasti ada waktunya

Walau jauh dilubuk hati aku tak ingin terus begini

Aku harus berusaha tapi mulai dari mana

Orang-orang yang care pasti menanyakan kamu mau cewek yang seperti apa? Tinggal pilih. Aku tak akan berkata simple atau belum nemu yang cocok. Hanya bisa memberikan senyum saja kepada kalian, Thanks!