Selamat datang!!

Selamat Datang digubuk Rahmeen yang sederhana ini, Selamat membaca ^_^

Pilih Kategori

Minggu, 21 Desember 2014

-surat untuk mama-

Tidak sengaja hari ini penulis menemukan seracik kertas. Kertas yang cukup usang, sepertinya sudah lama ditinggalkan orang yang menulisnya.
“huu … huu…”
Penulis mengambil kertas itu lalu membersihkan kertas yang berselimut debu itu. Sedikit demi sedikit kertas itu sudah mulai terlihat jelas. “Iman sayang mama” sebuah tulisan yang tertera di kertas tersebut. Tulisan itu sudah mulai pudar, mungkin terkena air hujan atau mungkin juga terkikis hembusan angin.
“apa ya yang ada dibelakang kertas ini?.”
Penulis mulai penasaran, dan bukan bermaksud apa-apa, dengan terpaksa penulis membalik kertas tersebut. Lalu, sebuah tulisan tangan yang cukup panjang tertera tepat di balik kertas tersebut.
“sepertinya ini sebuah surat?”
penulis memvalidasi isi kertas pada diri sendiri.
“benar ini surat, tidak salah lagi.”
“tapi, apakah aku boleh membacanya?.”
“tidak.tidak. ini privasi orang. Aku tak pantas membacanya.”
Terjadi monolog dalam diri penulis, sebuah percakapan antara aku dengan aku lain-nya.
“lebih baik aku letakkan saja, dan tinggal kan tempat ini seperti tak pernah menumukan kertas itu.”
Dan penulis pun meninggalkan tempat itu. Dengan membawa kertas tadi. Dalam perjalanan penulis dengan lancang membaca isi kertas tersebut.

Semua manusia dilahirkan dari Rahim seorang ibu, begitu juga dengan-ku, Iman. Seorang anak pertama berjenis kelamin laki-laki dari dua bersaudara. Sekarang Iman sedang bergelut dalam dunia pendidikan untuk meraih gelar sarjana. Iman menuliskan sebuah surat untuk mama tercinta. surat yang lahir pada hari yang tersirat pada tanggal 22 Desember, ia hari ibu. Hari ini semua orang di dunia serentak memperingati hari ibu atau yang mau saja, yang tidak memperingati ya sudah.
Iman memiliki seorang ibu, namanya Jalipah. Tapi sering dipanggil mama-nya Iman dikampung. Dia lahir 2 April tahun 1966. Anak pertama dari satu bersaudara. Dan ditinggal ayah sejak umur 5 tahun menyebabkan hidup mama-nya Iman tidak seindah anak-anak seumuran-Nya. Sejak ditinggalkan ayah, mama-nya Iman sudah ikut bekerja membantu ibu untuk mencukupi kehidupan sehari-hari.
Begitu-lah hidup mama-ku, kuat seperti pegulat, pemimpin layak-nya laki-laki, dan penyayang yang menjadi identitas kalau dia berjenis kelamin perempuan.
Tapi, mama, di hari ibu yang sangat special ini, ada beberapa hal yang mau Iman sampaikan. Mama, anak-mu rindu. Mama, kapan bertengok ke Malang? Sudah-lah ma, tinggalkan saja pekerjaan. Kesinilah!
Mama, kamu sering menelpon
“Iman uang bulanan masih ada? Masih cukup?.”
Sudah-lah mama, sejak kapan manusia merasa cukup? Begitu juga Iman. Kalau ditanya seperti itu, jelas tidak cukup. Tinggal Iman saja yang me-manage-nya dengan semestinya.
Ketahuilah mama, tidak ada kata pasti dalam menentukan kecukupan, yang pasti hanya ketidakcukupan itu sendiri.
Mama, kamu juga sering menelpon
“Iman, liburan nanti pulang ya, mama tidak bisa ke Malang.”
Sudah-lah mama, sesekali tengok-lah anak-mu disini. Terakhir kali mama kesini 4 tahun yang lalu. Malang sudah beda, tidak seperti yang dulu. Nanti ku ajak mama keliling Malang dengan segala perubahan-nya.
Apalagi yang ini
“kalau kurang, nanti mama kirimin uang lagi.”
Terus orang-orang rumah mau makan apa mama? Kalau uang hasil jerih payah sebulan kalian di sana hanya untuk menghidupi satu orang disini. Belum tentu uang itu Iman gunakan untuk hal-hal yang baik juga kan? Cukupi-lah kebutuhan disana dulu, baru mama pikir-kan anak-mu di sini.
Dan ini
“harga-harga makanan disana sekarang naik ya disana, Iman? Uang bulanan perlu dinaikkin tidak?”
Mama… mama… setiap tahun atau setiap semester harga-harga makanan pasti naik. Jelas uang bulanan saja tidak akan cukup. Iman bisa koq me-manage-nya, kalau tetap masih kurang, Iman bisa koq mencari uang tambahan sendiri, mama tak perlu memikirkan ini. Nanti mama sakit kebanyakan pikiran.
Lalu
“Iman, nanti kalau pulang jangan banyak beli oleh-oleh kayak kemarin. Itu tak perlu.”
Arrggghhh… mama. Iman hanya mau menyenangkan mama. Iman sayang mama, Iman mau melihat mama tersenyum saat anak-mu tiba dirumah. Tapi, itu memang tak perlu, sepertinya mama tak perlu alasan untuk memberikan senyum kepada-ku.
Ini yang religius
“Iman, jangan lupa sholat dan membaca Al-Quran setiap malam. Punya Al-Quran kan disana?”
Iya mama, iya. Meski Iman kadang masih bolong sholatnya. Malu juga dengan diri sendiri tidak bisa full 5 waktu setiap hari-nya. Tapi akan Iman usaha-kan mama. Dan untuk membaca Al-Quran juga belum bisa istiqomah, kalau capek, Iman langsung tidur malam. Kalau gak capek, kemungkinan Iman juga jalan-jalan. Tapi sering koq ma Iman ngaji.
Ini yang menekan
“Iman, mama mau jujur sama kamu. Seharusnya dulu, mama tidak ijinkan kamu menjadi asisten di lab. Kamu akan kebanyakan kerjaan untuk orang lain dan melupakan kerjaan-mu sendiri, yang penting buat-mu sendiri.”
Mama tenang saja. Ini sebuah proses ma. Kalau Iman sering sibuk mengurusi urusan luar daripada urusan sendiri, itu memang pernah, sering malah ma. Iman pernah membaca, manusia terbaik adalah orang yang paling bermanfaat bagi sesame manusia. Kehadirannya menyenangkan bagi yang lain, dan ketidakhadirannya dirindukan. Semoga mama bisa mengerti, akan Iman usahakan semua urusan luar dan urusan diri sendiri berjalan berdamping. Meski Iman sadar itu sangat, sangatlah sulit. Namun, bismillah.
Ini yang memanjakan
“kalau uang bulanan kurang, tidak usah nyari kerjaan untuk menambahkannya. Tinggal bilang sama mama.”
Iya mama, Iman tau maksud mama. Mama sangat mengenal Iman, sangat hafal sifat Iman, dan Iman akui mama lebih tahu mana yang terbaik untuk Iman namun Iman lebih tahu dari mama apa yang dibutuhkan Iman saat ini.
Iman kerja part-time bukan semata-mata hanya karena uang, namun bukan berarti Iman tidak membutuhkan uang tersebut, sangat butuh. Satu hal yang menjadi alasan Iman, yang menjadi semangat Iman, Iman mau merasakan bagaimana capek-nya mencari uang. Iman mau merasakan tekanan yang sangat berat saat mencari uang. Dan tentu Iman mau merasakan kebahagiaan ketika mendapat uang.
Dan terus
“jangan jalan-jalan terus, nanti kewajiban dilupakan, terus lulus telat.”
Mama, tiap orang punya alasan sendiri kapan dia lulus atau lebih tepat-nya kapan dia merasa siap untuk lulus. Mama, ini bukan sekedar mencari lulus, tapi apa yang akan dilakukan setelah lulus? Kalau lulus cepat sangat-lah mudah, tapi sudah siap-kah lanjut ke fase selanjut-nya. Kalau belum punya mental kuat mending jangan lulus dulu. Iman akan tercabik-cabik dengan keras-nya kehidupan boneka ini.
Dan penutup
“Iman, kata teman-teman mama dikantor. Kalau jadi asisten lab itu pasti lulusnya telat. Segala urusan akan dipersulit dosen. Kamu jangan sampai lebih 4 tahun kuliah-nya.”
Aduuuh… ini kenapa juga teman-teman mama-ku memberikan berita, sebenarnya ada benarnya juga sih, tapi itu hanya dari segi sisi negatifnya saja. Coba ceritak-kan juga sis positif-nya, kalau kalian tidak tahu, sini Iman ceritakan kepada teman-teman mama itu.
Untuk skripsi, Iman tidak bisa janji kepada mama lulus 4 tahun. Iman juga tidak berani menargetkan lulus bulan apa. Namun, Iman hanya bisa menjanjikan sebuah semangat untuk menyusun dan menyelesaikan skripsi ini secepat-cepat-nya. Bukan untuk menyenangkan mama, bukan juga untuk membungkam mulut teman-teman-nya mama, atau alasan lain. Ini hanya untuk membuktikan kepada diri-ku sendiri, kalau Iman memang bisa.
Sekian surat ini Iman tulis untuk mama tercinta. Hari ini dalam sebuah kamar tertanggal 22 Desember, Iman menulis surat ini disela-sela Iman menggarap skripsi, revisi ke-3 bab 1 &kerangka BAB II.
-Iman sayang mama-

Seketika mata penulis mulai berkaca-kaca setelah membaca isi kertas yang ternyata surat itu.
“maaf, sudah dengan lancang membaca surat itu.” Penulis meminta maaf kepada Iman
Namun, sebuah kebetulan atau keanehan terjadi hari ini. Sebuah kesamaan tokoh, tempat atau waktu yang katanya hanya fiktif belaka seperti tidak berlaku untuk penulis dan Iman. Hari ini, penulis juga sedang menggarap skripsi seperti Iman. Hari ini, disini juga tanggal 22 Desember. Bahkan penulis juga sedang berada dalam sebuah kamar. Ah. Sudah-lah, mungkin ini hanya sebuah ketidaksengajaan ya Iman :)
 
Screenshot_2014-12-22-10-16-17

Tidak ada komentar:

Posting Komentar