Selamat datang!!

Selamat Datang digubuk Rahmeen yang sederhana ini, Selamat membaca ^_^

Pilih Kategori

Sabtu, 13 Desember 2014

hikmah di balik kebosanan

 

Empat orang yang terdiri dari 2 mahasiswa dan 2 mahasiswi sedang asik nimbrung di pojok baris ketiga disuatu perkuliahan. Sudah menjadi kebiasaan kelas menjadi heboh dan tak focus kalau mata kuliah ini. Dosen-nya bak professor yang menjelaskan teorema tentang eksistensi angka dan symbol dalam kehidupan manusia. Untitled

Sedikit gambaran tentang dosen yang satu ini, orang-nya suka menulis dan minim bicara. Panggilannya Mr. Mar. Ketika menjelaskan, tak banyak yang memperhatikan Mr. Mar di depan kelas. Sungguh, kalian tak akan mengalami kesulitan menghitung mahasiswa yang sedang focus memperhatikan penyampaian dari beliau.

Tak terkecuali 4 orang tadi, mereka Adit, Amel, Almas, dan Iman tak sengaja duduk berdekatan hari ini (4/12). Almas, Iman dan amel berada dibaris ketiga, sedangkan adit ada dibelakang satu baris dari ketiga mahasiswa ini. Obrolan mereka terdengar ngeri, tentang skip-si. Wajarlah sudah sepatutnya mahasiswa seukuran mereka memperdebatkannya, walau tidak di waktu semestinya.

“eh, amel kata-nya sudah acc bab 1 kah?” iman menyerobot pertanyaan sambil berjalan menuju samping adit.

Sekarang posisi berubah. Baris ke-tiga tinggal Almas dan Amel. Iman berpindah ke baris 4 disebelah adit.

“oh, iyakah mel? Beneran kata iman?” suara respon ini datang dari sebelah Iman.

“oh iya dong. Kalian sudah nyampe mana?” Amel menjawab dengan nada sombong.

“masih berkutat dengan bab 1. Revisi lagi, lagi revisi.” Iman bergumam tak jelas.

“aku judul aja belum acc.” Sahut adit.

Terlihat almas yang sejak tadi menulis dan mencoba focus ke perkuliahan, merasa risih dengan obrolan ketiga teman-nya ini.

“kalian harus cepat ngerjain-nya. Harus punya target lah.”

“kamu rajin sekali mel sekarang, di luar dugaan.” Tutur Iman yang sedikit heran dengan Amel.

“ini demi masa depan, harus rajin.”

“eh dit, kamu balikan lagi ya sama endah itu?”

Iman mulai membahas hal lain. Di sisi lain, Almas mulai toleh-toleh, mengisyaratkan mau ikut nimbrung juga.

“iya man, kamu tau dari mana?”

“kamu ganti DP berdua dengan-nya kan di BBM? Selamat dit, mungkin itu jodoh kamu.”

“makasih man, ya semoga aja sampai nikah.”

“Apa sih kalian rame aja dari tadi.”

Almas mulai risih atau bisa juga ngasih isyarat mau ikut nimbrung.

“tau nih iman, malah bahas nikah-nikah aja.”

“bairin mel, kamu kapan nikah-nya mel? Pasti kamu pengen cepat-cepat lulus, gak kuat nahan lagi kan?”

“he he he, nanti man. Masih belum dibolehin nikah sama ibu.”

“kalau sudah waktu-nya, jangan ditunda-tunda lagi.” Sahut almas

Memang benar, nikah adalah salah satu tujuan hidup. Itulah alasan kenapa kita selama ini berjuang, berlari, menembus hujan, banting tulang dan belajar menerima kenyataan. Maka-nya wajar kalau kita pilih-pilih dalam pasangan yang akan dinikahi. Orang yang menjadi pilihan pantas disebut special.

“kamu gimana dit?”

Iman mencoba menarik kembali adit yang dari tadi terlihat mulai diam.

“ahh… aku sudah punya rencana man.”

“rencana gimana dit?”

Di depan, almas dan amel terlihat penasaran dengan pembicaran 2 cowok ini.

“rencana lulus bareng sama endah.”

Iya, endah merupakan mahasiswa seangkatan dengan mereka namun beda jurusan.

“gimana kalau gini dit, nanti pas kalian lulus bareng langsung nikahin dit.”

“Iman ini dari tadi omongannya nikah…nikah…nikah…” sahut almas

“iya, mbak al. padahal dia tuh yang nggak sabaran.” Amel ada dipihak mbak almas

“bener kata iman, kalau seumuran-ku sudah seharusnnya nikah. Aku 2 tahun lebih tua dari kalian.”

“kalau aku nggak dit, belum kepikiran nikah.”

“namanya juga belum punya kerjaan man, ya belum siap.”

Kepala amel masih saja ke arah belakang. seperti tak mau ketinggalan mendengarkan obrolan 2 cowok itu. Almas juga sesekali nengok ke belakang.

“bukan soal kerjaan dit, coba liat perjuangan hidup Habibi & Ainun. Mereka setelah menikah baru membangun rumah tangga, mencari pekerjaan, dan menata masa depan.”

“noh kan, nyambung ke pilem lagi iman ini.” Potong amel

“itu pelajaran mel, mereka menikah sebelum memiliki hidup yang mapan.”

“ahh… aku mesti kerja dulu man.” Sambung adit yang dari tadi emang kepikiran tentang nikah ini.

“kamu tadi kan punya rencana lulus bareng, gimana kalau lamarannya pas pak rector memindahkan tali toga dit, hihi.”

“di dome gitu ya man. Ha ha ha.” Amel mencoba menguatkan perkataan iman

“he he.” Mbak almas tersenyum dengan sedikit ketawa.

“iya tuh dit, jadi ribuan sarjana menjadi saksi kalian nanti.”

“terus kalau di tolak, mampuussssss!.” Tambah amel

Tak ada pikiran tentang perkuliahan, focus mereka sudah hanyut dalam obrolan. Terasa kelas milik mereka berempat.

“ ha ha. Bisa aja kalian. Tapi bagus tuh saran-mu man. Jadi nanti aku tunggu di samping rector endah-nya. Pas sudah nyampe, aku kasih cincin. Ha ha ha.”

“ ha ha ha.” Suara tawa menyatu dari 4 orang ini.

“pikirin dulu dit. Kalau ditolak taid gimana?” amel mengulang perteanyaannya lagi

Mereka jadi terdiam mendengar pertanyaan yang di ulang-ulang amel atau bisa juga mereka diam karena lagi memikirkan jawaban dari pertanyaan itu. Alasan pendukung lebih tepatnya.

“gini aja dit…”

Amel, almas, dan adit terperangah ke arah iman.

“gini, nanti kalian lulus barengya pas mulai Mei aja.”

“apa hubungannya man?” tanya amel.

“jadi nanti kalau di tolak, tinggal bilang aja, april moop…!! Surprise.

“ha ha ha.”

“Stttt…” tegur salah satu teman di depan.

Suara tawa mereka sampai kedengaran ke depan.

“stttt.” Almas memberikan kode kalau ketawa-nya kebesaran.

“bisa aja iman ini. Ha ha.” Amel tak bisa menahan tawa-nya untuk yang kedua kali.

“bisa tuh dicoba, april moop gitu ya man.” Adit mulai bisa tersenyum

“ha ha ha, gak salahnya kita berkhayal.”

Sekian. Terima kasih sudah mengiringi kisah dari Iman. Iman sekarang mau istirahat dulu. Kebetulan hari ini hari minggu. Capek habis jogging, eh, jajan doang tadi. Hihi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar