Selamat datang!!

Selamat Datang digubuk Rahmeen yang sederhana ini, Selamat membaca ^_^

Pilih Kategori

Jumat, 26 Desember 2014

Siapa nona-ku ditahun 2015?

Berakhir sudah cerita di tahun 2014. Apa yang penulis dapatkan selama satu tahun iIMG_14873607884186ni? Sangat banyak, banyak sekali. Terutama tentang cinta, iya, asem manis cinta. Cinta yang penulis rasakan, ah, cinta masa lalu yang penulis rasakan lebih tepatnya :). Semua kejadian ditahun 2014 tlah menjadi ingatan di otak, terekam dihati dan akan penulis kembalikan dipergantian tahun ini.

1 – salahkah aku jika bisa memiliki mu? –

Sebuah pertanyaan yang jawabannya sudah sangat jelas. Ya. Sangat, sangat salah jika aku bisa memiliki-mu. Cinta yang datang karena sebuah ketidaksengajaan atau ah.. dari sebuah keterpaksaan, mungkin. Aku tidak bisa menelaah mana yang lebih benar.

Jangan paksakan kita untuk tetap bersama di tahun 2015. Sudah berulang-ulang kali ku-coba ntuk dapatkan cinta-mu, tapi tak akan pernah bisa. kenapa? itu semua karena sikap-mu. Sudah cukup, cukup. Biarkan ini berakhir.

Aku kehilangan-mu. Sekarang atau nanti, ini hanya persoalan waktu.

2 -Kita baru akan merasakan jatuh cinta yang sesungguhnya ketika kehilangan orang yang dicintai.-

aku pernah merasakan kehilangan, dimasa lalu, jauh sebelum kamu hadir. Sakit? Nggak juga. Tapi terkadang ada yang terasa menyayat-nyayat hati.

Bukan memudar, cinta malah terus tumbuh ketika kehilangan orang yang kita cintai. Its true. Bagi orang yang tidak merasakannya, berarti kamu tidak sedang jatuh cinta. Kamu tidak merasakan hati berbunga-bunga ketika bersama-nya, bukan? Kamu tidak pernah melakukan hal gila hanya untuk dia. benar kan? jatuh cinta akan merubah segala-nya

Dan akan membuat kamu berkata “mencintaimu membuatku senang setiap hari.”

3. - Tapi, apakah kau tahu. Rasanya mencintai namun bertahan untuk tidak memiliki? Bertahan untuk tidak mengungkapkan? Percayalah, ini lebih buruk dari sekedar… patah hati.-

Kamu terlalu naif kalau bilang aku tidak serius akan perasaan ini. Sikap dingin kita selama ini tak membuat siapa pun bahagia, termasuk aku atau mungkin juga, kau.

Aku memang bukan tipe orang yang romantis, tentu kita punya selera yang tidak mempunyai titik temu. Percayalah. Sudah cukup memaksakan, seorang dalang pun akan merasa capek memaksakan dan terus memaksakan cerita kita ini. apalagi kita? yang sampai sekarang belum pantas disebut kita.

Akhirilah. Selesai, kan?

4 –pilih mana?-

Ada rasa tapi nggak ada status atau ada status tapi nggak ada rasa, kamu pilih mana? Kenapa lama jawabnya? Mau mikir-mikir dulu? Ha ha ha. Jalani aja semuanya semau-mu.

Kamu harus memilih.

5. -Ketika kamu memilih, berarti kamu ada.-

Jangan sekali-kali menggantungkan sesuatu, apalagi hati orang. Menunggu, menunggu, menunggu dia memberikan jawaban? Ha ha. Perasaan tidak bisa dibuat sebecanda itu. Kamu memang manusia yang paling sempurna untuk hal seperti ini, ya? :)

Tanpa berbuat sesuatu, keberadaan-mu tentu diragukan. Ada atau tidak, sih? Koq jarang keliatan? Masih hidup? Apa sudah pindah?

Pilihlah, pilihlah sesuka-mu. Karena aku yakin, kamu lebih tahu mana yang terbaik untuk-mu. Jangan mengada-ngada. Tentukan-lah biar tidak membuat orang lain menunggu. Bukan kah kamu juga tidak suka menunggu? Berarti benar, wanita lebih suka membiarkan orang lain menunggu, ya?

maaf, kamu tidak memilih-ku.

6 -Terus harus apa? Ketika tidak menjadi pilihan, bukankah kamu harus pergi.-

Apa yang bisa dilakukan ketika tidak menjadi pilihan. Tetap bertahan, tentu pilihan yang bodoh. Menunggu dengan keyakinan, dunia tidak sesempit itu kawan. Kau hanya akan membuat dia besar kepala. Secantik apa sih dia? sebaik apa sih? Kadar atau ukuran apa yang membuat kamu melakukan itu?

Kamu akan sadar ketika kamu mulai membuka hati untuk orang lain, yang dari dulu mungkin memikirkan-mu. Ya, tentu penyesalan menjadi akhir cerita itu.

Dipilih atau ditinggalkan, bukan-kah itu sebuah konsekuensi untuk seorang yang telah jatuh cinta?

Aku pergi.

7 –aku pergi, dan anggap saja perhatian aku kemarin adalah hadiah perkenalan kita…-

Aku bahagia, karena udah mampu membuat pacar orang khilaf mencintai-ku. Dan aku juga ikhlas, ketika aku meninggalkan seseoran, tanpa meminta apa pun atas yang telah aku lakukan selama ini. Itu hak mu, apa yang kamu dapatkan atau kamu diterima, simpan lah ^^ itu hadiah dari perkenalan kita.

Adil bukan?

Ini bukan tentang siapa yang kita kenal paling lama, yang datang pertama, atau yang paling perhatian. Tapi tentang siapa yang datang dan memberikan kepastian. Mari temukan itu dalam kehidupan kita nanti :)

8 – tentang kesalahan-ku-

kamu pasti merasa benar, dan aku salah, aku hanya bisa mengarang cerita saja. itu menurutmu :). No problem, tentu kau benar, dan aku tak mau mempermasalahkan hal itu.

Aku hanya bisa memulai, tapi tidak mempunyai keinginan untuk menyelesaikannya. Aku hanya bisa mengakhiri ini semua, tanpa mempunyai keberanian untuk menyelesaikannya, itu kesalahan-ku.  Ku sadari itu, tapi aku bahagia lepas dari jerat-mu.

---------------------------------------------------------------------------------------------

Itu lah cerita mengenai nona-ku ditahun 2014, dan di tahun 2015, siapa?

Minggu, 21 Desember 2014

-surat untuk mama-

Tidak sengaja hari ini penulis menemukan seracik kertas. Kertas yang cukup usang, sepertinya sudah lama ditinggalkan orang yang menulisnya.
“huu … huu…”
Penulis mengambil kertas itu lalu membersihkan kertas yang berselimut debu itu. Sedikit demi sedikit kertas itu sudah mulai terlihat jelas. “Iman sayang mama” sebuah tulisan yang tertera di kertas tersebut. Tulisan itu sudah mulai pudar, mungkin terkena air hujan atau mungkin juga terkikis hembusan angin.
“apa ya yang ada dibelakang kertas ini?.”
Penulis mulai penasaran, dan bukan bermaksud apa-apa, dengan terpaksa penulis membalik kertas tersebut. Lalu, sebuah tulisan tangan yang cukup panjang tertera tepat di balik kertas tersebut.
“sepertinya ini sebuah surat?”
penulis memvalidasi isi kertas pada diri sendiri.
“benar ini surat, tidak salah lagi.”
“tapi, apakah aku boleh membacanya?.”
“tidak.tidak. ini privasi orang. Aku tak pantas membacanya.”
Terjadi monolog dalam diri penulis, sebuah percakapan antara aku dengan aku lain-nya.
“lebih baik aku letakkan saja, dan tinggal kan tempat ini seperti tak pernah menumukan kertas itu.”
Dan penulis pun meninggalkan tempat itu. Dengan membawa kertas tadi. Dalam perjalanan penulis dengan lancang membaca isi kertas tersebut.

Semua manusia dilahirkan dari Rahim seorang ibu, begitu juga dengan-ku, Iman. Seorang anak pertama berjenis kelamin laki-laki dari dua bersaudara. Sekarang Iman sedang bergelut dalam dunia pendidikan untuk meraih gelar sarjana. Iman menuliskan sebuah surat untuk mama tercinta. surat yang lahir pada hari yang tersirat pada tanggal 22 Desember, ia hari ibu. Hari ini semua orang di dunia serentak memperingati hari ibu atau yang mau saja, yang tidak memperingati ya sudah.
Iman memiliki seorang ibu, namanya Jalipah. Tapi sering dipanggil mama-nya Iman dikampung. Dia lahir 2 April tahun 1966. Anak pertama dari satu bersaudara. Dan ditinggal ayah sejak umur 5 tahun menyebabkan hidup mama-nya Iman tidak seindah anak-anak seumuran-Nya. Sejak ditinggalkan ayah, mama-nya Iman sudah ikut bekerja membantu ibu untuk mencukupi kehidupan sehari-hari.
Begitu-lah hidup mama-ku, kuat seperti pegulat, pemimpin layak-nya laki-laki, dan penyayang yang menjadi identitas kalau dia berjenis kelamin perempuan.
Tapi, mama, di hari ibu yang sangat special ini, ada beberapa hal yang mau Iman sampaikan. Mama, anak-mu rindu. Mama, kapan bertengok ke Malang? Sudah-lah ma, tinggalkan saja pekerjaan. Kesinilah!
Mama, kamu sering menelpon
“Iman uang bulanan masih ada? Masih cukup?.”
Sudah-lah mama, sejak kapan manusia merasa cukup? Begitu juga Iman. Kalau ditanya seperti itu, jelas tidak cukup. Tinggal Iman saja yang me-manage-nya dengan semestinya.
Ketahuilah mama, tidak ada kata pasti dalam menentukan kecukupan, yang pasti hanya ketidakcukupan itu sendiri.
Mama, kamu juga sering menelpon
“Iman, liburan nanti pulang ya, mama tidak bisa ke Malang.”
Sudah-lah mama, sesekali tengok-lah anak-mu disini. Terakhir kali mama kesini 4 tahun yang lalu. Malang sudah beda, tidak seperti yang dulu. Nanti ku ajak mama keliling Malang dengan segala perubahan-nya.
Apalagi yang ini
“kalau kurang, nanti mama kirimin uang lagi.”
Terus orang-orang rumah mau makan apa mama? Kalau uang hasil jerih payah sebulan kalian di sana hanya untuk menghidupi satu orang disini. Belum tentu uang itu Iman gunakan untuk hal-hal yang baik juga kan? Cukupi-lah kebutuhan disana dulu, baru mama pikir-kan anak-mu di sini.
Dan ini
“harga-harga makanan disana sekarang naik ya disana, Iman? Uang bulanan perlu dinaikkin tidak?”
Mama… mama… setiap tahun atau setiap semester harga-harga makanan pasti naik. Jelas uang bulanan saja tidak akan cukup. Iman bisa koq me-manage-nya, kalau tetap masih kurang, Iman bisa koq mencari uang tambahan sendiri, mama tak perlu memikirkan ini. Nanti mama sakit kebanyakan pikiran.
Lalu
“Iman, nanti kalau pulang jangan banyak beli oleh-oleh kayak kemarin. Itu tak perlu.”
Arrggghhh… mama. Iman hanya mau menyenangkan mama. Iman sayang mama, Iman mau melihat mama tersenyum saat anak-mu tiba dirumah. Tapi, itu memang tak perlu, sepertinya mama tak perlu alasan untuk memberikan senyum kepada-ku.
Ini yang religius
“Iman, jangan lupa sholat dan membaca Al-Quran setiap malam. Punya Al-Quran kan disana?”
Iya mama, iya. Meski Iman kadang masih bolong sholatnya. Malu juga dengan diri sendiri tidak bisa full 5 waktu setiap hari-nya. Tapi akan Iman usaha-kan mama. Dan untuk membaca Al-Quran juga belum bisa istiqomah, kalau capek, Iman langsung tidur malam. Kalau gak capek, kemungkinan Iman juga jalan-jalan. Tapi sering koq ma Iman ngaji.
Ini yang menekan
“Iman, mama mau jujur sama kamu. Seharusnya dulu, mama tidak ijinkan kamu menjadi asisten di lab. Kamu akan kebanyakan kerjaan untuk orang lain dan melupakan kerjaan-mu sendiri, yang penting buat-mu sendiri.”
Mama tenang saja. Ini sebuah proses ma. Kalau Iman sering sibuk mengurusi urusan luar daripada urusan sendiri, itu memang pernah, sering malah ma. Iman pernah membaca, manusia terbaik adalah orang yang paling bermanfaat bagi sesame manusia. Kehadirannya menyenangkan bagi yang lain, dan ketidakhadirannya dirindukan. Semoga mama bisa mengerti, akan Iman usahakan semua urusan luar dan urusan diri sendiri berjalan berdamping. Meski Iman sadar itu sangat, sangatlah sulit. Namun, bismillah.
Ini yang memanjakan
“kalau uang bulanan kurang, tidak usah nyari kerjaan untuk menambahkannya. Tinggal bilang sama mama.”
Iya mama, Iman tau maksud mama. Mama sangat mengenal Iman, sangat hafal sifat Iman, dan Iman akui mama lebih tahu mana yang terbaik untuk Iman namun Iman lebih tahu dari mama apa yang dibutuhkan Iman saat ini.
Iman kerja part-time bukan semata-mata hanya karena uang, namun bukan berarti Iman tidak membutuhkan uang tersebut, sangat butuh. Satu hal yang menjadi alasan Iman, yang menjadi semangat Iman, Iman mau merasakan bagaimana capek-nya mencari uang. Iman mau merasakan tekanan yang sangat berat saat mencari uang. Dan tentu Iman mau merasakan kebahagiaan ketika mendapat uang.
Dan terus
“jangan jalan-jalan terus, nanti kewajiban dilupakan, terus lulus telat.”
Mama, tiap orang punya alasan sendiri kapan dia lulus atau lebih tepat-nya kapan dia merasa siap untuk lulus. Mama, ini bukan sekedar mencari lulus, tapi apa yang akan dilakukan setelah lulus? Kalau lulus cepat sangat-lah mudah, tapi sudah siap-kah lanjut ke fase selanjut-nya. Kalau belum punya mental kuat mending jangan lulus dulu. Iman akan tercabik-cabik dengan keras-nya kehidupan boneka ini.
Dan penutup
“Iman, kata teman-teman mama dikantor. Kalau jadi asisten lab itu pasti lulusnya telat. Segala urusan akan dipersulit dosen. Kamu jangan sampai lebih 4 tahun kuliah-nya.”
Aduuuh… ini kenapa juga teman-teman mama-ku memberikan berita, sebenarnya ada benarnya juga sih, tapi itu hanya dari segi sisi negatifnya saja. Coba ceritak-kan juga sis positif-nya, kalau kalian tidak tahu, sini Iman ceritakan kepada teman-teman mama itu.
Untuk skripsi, Iman tidak bisa janji kepada mama lulus 4 tahun. Iman juga tidak berani menargetkan lulus bulan apa. Namun, Iman hanya bisa menjanjikan sebuah semangat untuk menyusun dan menyelesaikan skripsi ini secepat-cepat-nya. Bukan untuk menyenangkan mama, bukan juga untuk membungkam mulut teman-teman-nya mama, atau alasan lain. Ini hanya untuk membuktikan kepada diri-ku sendiri, kalau Iman memang bisa.
Sekian surat ini Iman tulis untuk mama tercinta. Hari ini dalam sebuah kamar tertanggal 22 Desember, Iman menulis surat ini disela-sela Iman menggarap skripsi, revisi ke-3 bab 1 &kerangka BAB II.
-Iman sayang mama-

Seketika mata penulis mulai berkaca-kaca setelah membaca isi kertas yang ternyata surat itu.
“maaf, sudah dengan lancang membaca surat itu.” Penulis meminta maaf kepada Iman
Namun, sebuah kebetulan atau keanehan terjadi hari ini. Sebuah kesamaan tokoh, tempat atau waktu yang katanya hanya fiktif belaka seperti tidak berlaku untuk penulis dan Iman. Hari ini, penulis juga sedang menggarap skripsi seperti Iman. Hari ini, disini juga tanggal 22 Desember. Bahkan penulis juga sedang berada dalam sebuah kamar. Ah. Sudah-lah, mungkin ini hanya sebuah ketidaksengajaan ya Iman :)
 
Screenshot_2014-12-22-10-16-17

Sabtu, 13 Desember 2014

hikmah di balik kebosanan

 

Empat orang yang terdiri dari 2 mahasiswa dan 2 mahasiswi sedang asik nimbrung di pojok baris ketiga disuatu perkuliahan. Sudah menjadi kebiasaan kelas menjadi heboh dan tak focus kalau mata kuliah ini. Dosen-nya bak professor yang menjelaskan teorema tentang eksistensi angka dan symbol dalam kehidupan manusia. Untitled

Sedikit gambaran tentang dosen yang satu ini, orang-nya suka menulis dan minim bicara. Panggilannya Mr. Mar. Ketika menjelaskan, tak banyak yang memperhatikan Mr. Mar di depan kelas. Sungguh, kalian tak akan mengalami kesulitan menghitung mahasiswa yang sedang focus memperhatikan penyampaian dari beliau.

Tak terkecuali 4 orang tadi, mereka Adit, Amel, Almas, dan Iman tak sengaja duduk berdekatan hari ini (4/12). Almas, Iman dan amel berada dibaris ketiga, sedangkan adit ada dibelakang satu baris dari ketiga mahasiswa ini. Obrolan mereka terdengar ngeri, tentang skip-si. Wajarlah sudah sepatutnya mahasiswa seukuran mereka memperdebatkannya, walau tidak di waktu semestinya.

“eh, amel kata-nya sudah acc bab 1 kah?” iman menyerobot pertanyaan sambil berjalan menuju samping adit.

Sekarang posisi berubah. Baris ke-tiga tinggal Almas dan Amel. Iman berpindah ke baris 4 disebelah adit.

“oh, iyakah mel? Beneran kata iman?” suara respon ini datang dari sebelah Iman.

“oh iya dong. Kalian sudah nyampe mana?” Amel menjawab dengan nada sombong.

“masih berkutat dengan bab 1. Revisi lagi, lagi revisi.” Iman bergumam tak jelas.

“aku judul aja belum acc.” Sahut adit.

Terlihat almas yang sejak tadi menulis dan mencoba focus ke perkuliahan, merasa risih dengan obrolan ketiga teman-nya ini.

“kalian harus cepat ngerjain-nya. Harus punya target lah.”

“kamu rajin sekali mel sekarang, di luar dugaan.” Tutur Iman yang sedikit heran dengan Amel.

“ini demi masa depan, harus rajin.”

“eh dit, kamu balikan lagi ya sama endah itu?”

Iman mulai membahas hal lain. Di sisi lain, Almas mulai toleh-toleh, mengisyaratkan mau ikut nimbrung juga.

“iya man, kamu tau dari mana?”

“kamu ganti DP berdua dengan-nya kan di BBM? Selamat dit, mungkin itu jodoh kamu.”

“makasih man, ya semoga aja sampai nikah.”

“Apa sih kalian rame aja dari tadi.”

Almas mulai risih atau bisa juga ngasih isyarat mau ikut nimbrung.

“tau nih iman, malah bahas nikah-nikah aja.”

“bairin mel, kamu kapan nikah-nya mel? Pasti kamu pengen cepat-cepat lulus, gak kuat nahan lagi kan?”

“he he he, nanti man. Masih belum dibolehin nikah sama ibu.”

“kalau sudah waktu-nya, jangan ditunda-tunda lagi.” Sahut almas

Memang benar, nikah adalah salah satu tujuan hidup. Itulah alasan kenapa kita selama ini berjuang, berlari, menembus hujan, banting tulang dan belajar menerima kenyataan. Maka-nya wajar kalau kita pilih-pilih dalam pasangan yang akan dinikahi. Orang yang menjadi pilihan pantas disebut special.

“kamu gimana dit?”

Iman mencoba menarik kembali adit yang dari tadi terlihat mulai diam.

“ahh… aku sudah punya rencana man.”

“rencana gimana dit?”

Di depan, almas dan amel terlihat penasaran dengan pembicaran 2 cowok ini.

“rencana lulus bareng sama endah.”

Iya, endah merupakan mahasiswa seangkatan dengan mereka namun beda jurusan.

“gimana kalau gini dit, nanti pas kalian lulus bareng langsung nikahin dit.”

“Iman ini dari tadi omongannya nikah…nikah…nikah…” sahut almas

“iya, mbak al. padahal dia tuh yang nggak sabaran.” Amel ada dipihak mbak almas

“bener kata iman, kalau seumuran-ku sudah seharusnnya nikah. Aku 2 tahun lebih tua dari kalian.”

“kalau aku nggak dit, belum kepikiran nikah.”

“namanya juga belum punya kerjaan man, ya belum siap.”

Kepala amel masih saja ke arah belakang. seperti tak mau ketinggalan mendengarkan obrolan 2 cowok itu. Almas juga sesekali nengok ke belakang.

“bukan soal kerjaan dit, coba liat perjuangan hidup Habibi & Ainun. Mereka setelah menikah baru membangun rumah tangga, mencari pekerjaan, dan menata masa depan.”

“noh kan, nyambung ke pilem lagi iman ini.” Potong amel

“itu pelajaran mel, mereka menikah sebelum memiliki hidup yang mapan.”

“ahh… aku mesti kerja dulu man.” Sambung adit yang dari tadi emang kepikiran tentang nikah ini.

“kamu tadi kan punya rencana lulus bareng, gimana kalau lamarannya pas pak rector memindahkan tali toga dit, hihi.”

“di dome gitu ya man. Ha ha ha.” Amel mencoba menguatkan perkataan iman

“he he.” Mbak almas tersenyum dengan sedikit ketawa.

“iya tuh dit, jadi ribuan sarjana menjadi saksi kalian nanti.”

“terus kalau di tolak, mampuussssss!.” Tambah amel

Tak ada pikiran tentang perkuliahan, focus mereka sudah hanyut dalam obrolan. Terasa kelas milik mereka berempat.

“ ha ha. Bisa aja kalian. Tapi bagus tuh saran-mu man. Jadi nanti aku tunggu di samping rector endah-nya. Pas sudah nyampe, aku kasih cincin. Ha ha ha.”

“ ha ha ha.” Suara tawa menyatu dari 4 orang ini.

“pikirin dulu dit. Kalau ditolak taid gimana?” amel mengulang perteanyaannya lagi

Mereka jadi terdiam mendengar pertanyaan yang di ulang-ulang amel atau bisa juga mereka diam karena lagi memikirkan jawaban dari pertanyaan itu. Alasan pendukung lebih tepatnya.

“gini aja dit…”

Amel, almas, dan adit terperangah ke arah iman.

“gini, nanti kalian lulus barengya pas mulai Mei aja.”

“apa hubungannya man?” tanya amel.

“jadi nanti kalau di tolak, tinggal bilang aja, april moop…!! Surprise.

“ha ha ha.”

“Stttt…” tegur salah satu teman di depan.

Suara tawa mereka sampai kedengaran ke depan.

“stttt.” Almas memberikan kode kalau ketawa-nya kebesaran.

“bisa aja iman ini. Ha ha.” Amel tak bisa menahan tawa-nya untuk yang kedua kali.

“bisa tuh dicoba, april moop gitu ya man.” Adit mulai bisa tersenyum

“ha ha ha, gak salahnya kita berkhayal.”

Sekian. Terima kasih sudah mengiringi kisah dari Iman. Iman sekarang mau istirahat dulu. Kebetulan hari ini hari minggu. Capek habis jogging, eh, jajan doang tadi. Hihi.

Minggu, 30 November 2014

skip-si niat

Minggu ini cukup lucu, entah mengapa. Menguji kesabaran-ku. Mengharuskan-ku mengambil sisi baik dari kejadian ini. Skip-si, letih menyelesaikannya, jenuh memikirkannya. Namun sebuah kewajiban yang memaksa setiap civitas akademik dalam menyelesaikan studi sarjana-nya. Banyak cobaan dalam kisah skip-si minggu ini.

Senin

Niat-ku hari ini ingin menemui dosen pembimibing-ku. Seperti biasa pukul 13.00 atau molor sedikit karena ini endonesia. bimbingan kali ini sangat penting. Judul skip-si yang belum jelas, masih menggantung, pikir-ku. Lanjut atau berhenti atau menjalani tanpa kejelasan.

Perasaan optimis menemani setiap langkah-ku. Sesampai dikantor dosen pembimbing, kebetulan saat itu sepi. Tak ada antrian seperti pengambilan raskin atau pembelian premium atau boleh juga bantuan tunai dari pemerintah. tanpa basa-basi penulis langsung mencari beliau.

“Maaf mas, bimbingan-nya ditunda hari rabu.”

“oh.”

bagaimana perasaan penulis hari ini? Kecewa? Iya.

Selasa

Maaf, bukan jadwal bimbingan.

Rabu

Sedikit perubahan ku lakukan dalam judul skip-si beserta tambahan latar belakang yang masih abal-abal. Dalam perjalanan, terlihat wajah mahasiswa yang kebingungan. Dari jauh mereka terlihat sedang mengantri. Disiplin, sebuah etika yang penulis suka.

Aku mengakhiri langkah untuk masuk dalam antrian. Menulis nama-ku dalam daftar yang sudah sampai nomer 21.

“22. Aulia Rahman.” Tulis-ku.

Kebetulan waktu itu ada kenalan-ku yang sedang mengantri, dan meminta tolong kalau sudah dekat 22 untuk memberitahu. Bukan malas ngantri, kebetulan penulis sedang lapar. Cuma sedikit malas.

“Au cepat kesini.” 20 menit kemudian sms ini masuk.

Dengan tergesa-gesa menuju kantor, padahal saat itu penulis belum makan sama sekali. Tak apa lah, demi skip-si. Pandangan-ku terperangah ketika melihat mahasiswa yang sedang mengantri tadi menghilang. Sungguh diluar dugaan, cepat juga mereka bimbingan atau mereka kembali karena ragu.

Langsung menoros pintu dan masuk, ini kebiasaanku. Mata tertuju ke kiri dimana dosen pembimbing sedang bercakap-cakap dengan bawahan-nya.

“Pak, mau bimbingan.”

“Besok saja.”

Mendengar jawaban itu, penulis langsung balik kanan maju jalan. Tanpa ada sepatah kata apapun.

Satu kata sempat terucap sebelum meninggalkan kantor.

“oh.”

Kembali ke rencana awal-ku untuk mengisi perut yang sedang lapat atau pelampiasan?

bagaimana perasaan penulis hari ini?Kecewa? Iya.

Kamis

Tak ada pilihan selain melanjutkan perjuangan. Meski dalam tekanan. Penulis sampai lebih cepat dari biasa-nya. Kali ini penulis bisa dengan bangga menulis nama diurutan 11. Nice, sebuah kemajuan. Sebenarnya penulis bisa ke kantor lebih cepat namun ada kewajiban yang harus didahulukan.

Kali ini bukan lapar yang menggoyahkan niat mengantri, melainkan ngantuk. Harus menyiapkan materi ngajar, merevisi (sendiri) latarbelakang mengurangi waktu istirahat-ku.

Tak mungkin dipaksakan, penulis meninggalkan tempat antrian guna mengistirahatkan mata yang mulai merem melek dengan sendiri-nya.

30 menit berlalu, cukup atau kurang tidurnya? Ya begitulah. Penulis balik ke tempat antrian, syukurlah tidak kosong seperti kemarin. Antrian masih menjadi tontonan mahasiswa dan karyawan yang lalu lalang di kantor itu.

Antrian no.7 dari tidak selesai-selesai juga. Akhirnya, orang itu keluar dengan tersenyum, padahal ia membuat kami menunggu hampir satu jam. Arrrggghhh.

Orang itu memberitahukan kalau antrian 8,9, dan 10 untuk selakigus masuk. Kurang lebih 15 menit ketiga orang itu keluar dan membawa kabar kalau bapak-nya mau istirahat. Bimbingan dilanjutkan besok sabtu.

What!!

Jum’at

-Free memory-

Sabtu

Bosan. Lucu kalau hari ini gak bimbingan lagi. Dengan semangat pukul 10.00 penulis sudah berada dikampus untuk ngeprint skip-si, bab 1.

Tadi malam, dari pada tidak ada kerjaan penulis melanjutkan membuat rumusan masalah sampai manfaat penelitian. Dengan kata lain, bab 1 sudah kelar.

Pukul 12.00 penulis langsung menemui dosen pembimbing.

“Mas, bapak-nya ada?” tanya-ku ke tenaga part time dikantor tersebut.

“bapaknya dari pagi tidak ada kesini mas.”

Ini sungguh tidak bisa digambarkan lagi, kecuali lucu. Hari-hari belakangan ini memang sungguh lucu. Tuhan suka becanda.

akhir kata

“kecewa? Boleh. Namun jangan sampai merasa gagal.” A.R

Kamis, 27 November 2014

stand up teacher show

Rabu malam seperti biasa jadwal penulis ngasistensi praktikan di lab infokom. Ini bukan praktikum biasa. Para praktikan semester 7 jurusan pendidikan biologi, seangkatan dengan penulis. Ada yang penulis kenal, ada juga baru kenalan saat praktikum. Dan teman pesmaba juga ada.

Sudah menjadi kebiasaan-ku sebelum masuk ngasistensi belajar terlebih dahulu. Kira-kira beberapa jam sebelum show. Kebetulan materi malam ini membahas mengenai ANOVA (Analysis of Variance). Ini materi sudah penulis pelajari pada mata kuliah statistic inferensial. Beberapa tahun yang lalu. Lucunya untuk jurusan biologi pembahasannya tidak biasa. ANOVA dua jalur setingkat di atas ANOVA satu jalur yang pernah penulis pelajari.

Belajar,lalu memahami, harus, harus paham ANOVA dua jalur. Pukul 15.15 penulis ada jam kuliah, iya, gini-gini penulis rajin kuliah.

Sambil menyelam, minum air. Waktu tak memberi-ku kesempatan untuk tersenyum. Buku SPSS mendampingi perkuliahan penulis sore hari ini. Membagi perhatian, untuk pemateri yang sedang presentasi dan untuk buku SPSS yang sedang ku pengang erat di tangan kiri. Tidak ada waktu untuk mengeluh, menjadikan jam kuliah sebagai waktu untuk belajar adalah opsi terbaik.

Alhasil, penulis tak paham. Pemahaman tak cukup, penguasaan kurang mantap. Tak mungkin ku paksakan untuk menjadi pemateri pada praktikum kali ini. Yang lain saja-lah, beri asisten lain kesempatan.

Ketika para praktikan sudah duduk manis di kursi panas lab infokom. Penulis masih memikirkan cara agar tidak menjadi pemateri malam ini.

Denga sengaja penulis masuk agak sedikit telat (padahal sudah stay dari tadi di lab). Tujuan jelas untuk menghindari hal yang paling tidak di inginkan.

“Assalamu’alaikum wr wb, selamat malam…bla …bla …”. Terdengar suara cewek dari dalam lab sedang membuka praktikum malam ini. Nama beliau Bu Diani, instruktur praktikum. Yang memberikan instruksi ke para asisten.

“Seperti yang ku rencanakan, heh.”Aku pun memasuki lab. Dan benar praktikum sudah di mulai.

“akhirnya Mas Aulia datang juga, praktikan kangen katanya, malam ini mau Mas Aulia lagi yang menjelaskan.” Ucap Bu Diani di tengah-tengah kerumunan praktikan.

“tidak seperti yang ku rencanakan.” Kaki mulai terasa berat untuk melangkah. Seperit mau balik kanan dan keluar.

Tak apa. Nasib.

Ku hampiri Bu Diani, untuk mengatakan aku siap untuk malam ini. Tidak, kata-kata bijak macam apa yang sedang ku-ucapkan.

Aku ijin keluar sebentar, lari dari kenyataan yah. Beberapa menit kemudian terdengar suara cowok, itu Mas Reza, patner asisten-ku.

Akhirnyaaa… penulis mengelus-ngelus dada. Aman, Mas Reza sudah mulai mengambil alih pemateri malam ini dengan beberapa penjelasannya yang panjang lebar.

“yess… sudah di ambil alih.” Penulis masuk kembali ke dalam lab. Dengan suasana serius mendengarkan penjelasan dari Mas Reza.

“nah, Mas Aulia sudah kembali. Saya disini hanya menjelaskan konsep dasarnya saja. Selanjutnya akan dilanjutkan oleh Mas Aulia.”

Gile lu ndroo… heran gue. Yasudah,

“ohya, akan saya lanjutkan. Silakan buka aplikasi SPSS-nya terlebih dahulu. Dan download modulnya.”

Bukan berbasa-basi, ini naluri.

“nah silakan dipelajari terlebih dahulu.”

“apa yang harus ku lakukan.” Aku mulai aneh, bertanya pada diri sendiri.

“disana ada data mentah untuk penelitian, silakan dimasukkan kedalam SPSS sesuai ketentuan kasus-nya.”

Pembendaharaan kata-ku sudah mulai habis, tak ada pilihan kecuali mempelajarinya dalam waktu singkat.

Ku hampiri Mas Shobah, senior di lab, juga seorang instruktur. Orang-nya terlihat selalu sibuk, banyak yang dipirkan. Ku minta saja untuk di ajarin secara singkat tentang ANOVA dua jalur.

10 menit selesai dijelaskan dan akhirnya, heh heh (ketawa jahat), aku masih kurang paham. Gapapa lah, yang penting aku masuk dulu.

“Mas sudah.” Kata salah satu praktikan.

Dan stand up teacher show dimulai. Mohon maaf kalau penyampaian materi malam ini kurang maksimal.

“Mas kenapa kita memilih perintah itu untuk mendapatkan hasilnya? Tidak perintah yang lain?” sial, pertanyaan apa ini. Diamlah.

“pertanyaan yang cukup bagus, sebelum saya jawab, mungkin teman-teman disini ada yang tau kenapa?”

“ga tauuu maasss…!!” suara mereka senada kerasnya.

“jadi ga ada yang tau alasannya? Berarti kita sama…” trik mengelak yang penulis kuasai

“ngggggg….. seriuuss mass!”

“jadi gini loh teman-teman, kalau misalkan saya menggunakan perintah lain, boleh apa gak?”

“gak boleh…”

“gak boleh mas…”

“ya ga…”

Penulis mulai berhasil membawa suasana *tersenyum kecup*.

“hayo diperhatikan lagi, boleh apa ndak?”

“oh ya ya, boleh mas.”

Salah satu praktikan mulai tersadar dengan apa yang ku maksud.

“nah, benar tuh kata temannya. Boleh saja, tapi… salah.” Trik yang kedua untuk mengelak.

“hiiihh… sama saja.”

“sudah malam mas.” Aku tak mengerti apa maksud orang ini berkata begitu.

“yasudah sampai disini, ada pertanyaan dulu?”

“yang tadi aja belum di jawab.” Terdengar seorang praktikan berbisik pada teman-nya.

“sudah… sudah… pada paham kan?.”

”Menyampaikan sesuatu yang baru saja kita pelajari kepada praktikan yang seangkatan berhasil memicu adrinalin penulis malam ini.”

Praktikum malam ini sungguh meneganggkan. Penulis berhasil menundukkan para praktikan. Berakhir dengan happy ending

Selasa, 25 November 2014

wanita tua-ku

Dari sederet wanita yang ada di dunia ini, hanya ada seorang wanita yang suka mengatur dalam hidup-ku. Kurang lebih 21 tahun, penulis hidup dalam aturan-nya. Dari hal yang (wanita ini rasa) penting sampai yang gak penting sama sekali. Agak sedikit kasar kah penulis bilang seperti itu? Silakan nilai sendiri setelah kalian membaca aturan yang (dia anggap) paling benar itu.

Penulis lahir disebuah kampung atau desa salah satu kota di Kalimantan selatan. Sama seperti anak-anak remaja se-usia-ku waktu itu, 13 tahun, kebebasan adalah hal yang wajib dalam menjalani kerasnya kehidupan anak remaja. Berikut aturan-aturan tersebut :

Pasal 0

“Jangan nyewa main PS dirental.”

Aturan perdana yang penulis dapatkan ketika berumur 8 tahun. Main PS adalah kebahagian tersendiri yang mengisi masa kecil-ku. Secara diam-diam penulis main PS bersama teman-teman seumuran atau yang lebih tua kalau ada. Baku pukul siap sedia menjadi hadiah ketika ketahuan ibu-ku main PS. Pernah sekali, sungguh sakit pukulan ibu-ku ini. Mau nyoba? Segera hubungi tukang pijet langanan-mu.

Pasal 1

“ Jangan sampai main dirumah orang seharian penuh, dan jangan sampai makan dirumah orang.”

Sering kali penulis ditelpon disuruh pulang ketika lagi asik-asik-nya main dirumah teman. Perasaan malu sering muncul, kenapa hanya penulis yang diperlpenuliskan seperti itu?. Pernah penulis main sampai jam 2 siang, kala itu orangtua teman-ku sudah menyiapkan makan siang buat tamu, penulis dan beberapa teman-ku. Tiba-tiba ada telpon dari ibu-ku.

“Aulia, cepat pulang. Ini ibu sudah masakin makanan kesukaan-mu. Jangan makan dirumah orang.”

(sangat) terpaksa minta ijin ke teman-teman untuk pulang dengan alasan yang ku buat-buat untuk menghindari rasa malu.

Pasal 2

“Dilarang merokok dan pulang malam, apalagi nginep dirumah orang.”

Pernah penulis tak bisa masuk rumah gara-gara pulang jam 10 malam ke atas, terpaksa tidur diteras. Ada satu hal yang mungkin terdengar cukup menggelitik, sangat sering di setiap penulis pulang baik itu main dirumah teman maupun baru pulang dari sekolah selalu di cek atau di endus-endus mulut dan baju. Buat apa? Tuh kan kalian nanya. Tujuan-nya, apakah penulis barusan ngerokok atau tidak. Lihat teman-teman-ku ngerokok bebas ketika nongkrong, meski hanya secara diam-diam dari orangtua mereka atau secara terang-terangan kalau berani.

Pasal 3

“No pacaran, No sms-an di atas jam 10 malam, apalagi telponan.”

Hemat kata, Pembunuhan karakter remaja, inti dari pasal 3. Kata remaja harusnya dimengerti bagi kalangan orangtua. Orangtua seharusnya tak kaget kalau masa remaja itu identik dengan cinta monyet. Sebuah rasa yang tak bisa disimpan, pasti tumbuh pada setiap remaja. Cinta, suka, dan sayang. Anda bisa bayangkan apabila remaja tak merasakan itu semua? Abnormal, segera bawa dia ke psikolog. Rasa cinta bukanlah pelangggar tapi naluri.

Pernah penulis ditanyain banyak hal ketika ketahuan telponan pas dirumah. Pernah juga penulis mendapat ceramah ketika masih sms-an di atas jam 10 malam. Pernah penulis gugup keringat dingin ketahuan tetangga dekat rumah ketika lagi jalan-jalan bersama pacar.

sering ak telponan sembunyi-sembunyi di belakang rumah, sering penulis pura-pura tidur ketika ibu-ku masuk ke kamar untuk mengecek dua anak laki-laki-nya dan sering pula penulis jalan dengan pacar tanpa sepengatahuan ibu.

Pasal 4

“Tidak boleh jalan terlalu jauh, apalagi keluar kota.”

Satu per satu ajakan teman untuk jalan-jalan (terpaksa) penulis tolak. Bahaya kalau dalam sehari tidak ada kabar. Rasa takut terjadi hal-hal yang membahayakan penulis menjadi alasan aturan ini dibuat ibu-ku. Iya, rasa sayang seorang ibu sangat terasa disini. Namun, ahhh…. Aturan macam apa ini? Aturan ini hanya aktif pada penulis. Tengok teman-teman-ku mereka bebas, tak terkekang, sungguh indah kehidupan mereka.

Ha ha ha, semua aturan itu hari demi hari tak bisa berlaku lagi terhadap penulis. Apalagi ketika penulis memutuskan untuk menjadi anak kos di Kota Malang. Jauh dari orangtua mengakibatkan pasal-pasal di atas menjadi non-aktif. Ibu-ku sudah mulai terbuka hati untuk tidak mengekang penulis dalam beraktivitas. Meski terlihat agak terpaksa, penulis yakin akan terbiasa.

Pasal tambahan

“jangan pacaran sama orang jawa.”

Sekarang penulis tinggal dimana? Sekarang penulis kuliah dimana? Sekarang teman-teman penulis kebanyakan orang mana?. Jawa kan?. Sudah tau seperti itu, kenapa peraturan yang menyayat hati ini disahkan ibu-ku.

Jelas aku punya teman dekat orang jawa, tidak aneh kalau aku pacaran sama orang jawa. Beberapa wanita pernah dekat dengan-ku, nyaris semua aku jauhin gara-gara cerita ke ibu-ku dan tak direstuin.

Bukan mereka tak cantik, bukan mereka tak baik, bukan karena keadaan apapun, tapi aku merasa mereka tak bisa meluluhkan hati ibu-ku. Aku rasa mereka tak bisa melobi ibu-ku untuk membatalkan pasal tambahan.

penulis suka gadis jawa, sangat suka. Apalagi wajah-nya jawa banget atau jawa classic sebuatan dari-ku untuk gadis seperti itu. Penulis juga punya keyakinan, akan tiba waktu-nya ada seorang wanita yang bisa meluluhkan hati ibu-ku. Entah kapan itu, dia akan ‘memaksa’ ibu-ku menghapus peraturan-nya sendiri.

Saya punya rencana : Kalau bertemu wanita seperti ini, akan ku usahakan dengan serius untuk mendapatkannya. Akan ku buang kebiasaan buruk-ku, akan ku lakukan semua hal yang bisa membuat dia mau bersama-ku. Ku bawa kucuran keringat yang nanti menjadi bukti aku bersungguh-sungguh mengusahakan wanita ini menjadi pendamping penulis.

 

DSC_9784

Saya punya impian : seandainya penulis terlahir kembali di dunia ini, sungguh, oh Tuhan, jadikan-lah hamba anak dari ibu ini, dengan segala aturan pasal-nya tadi. Apapun itu, penulis hanya ingin ibu ini.

Senin, 24 November 2014

Arti sebuah lagu

Apa arti hidup tanpa music?

Jika pertanyaan itu diberikan kepada kalangan muda, heh (tersenyum kecup) jawabannya mudah sekali ditebak.

“ Jelas akan terasa hambar.”

“aku tak bisa hidup tanpa music.”

“setiap waktu aku membutuhkan music.”

Dan sejak kapan kamu mengenal music?

Medengar pertanyaan ini, teringat pertama kali penulis mengenal music. Tidak terlalu dramatis sih, kala itu ibu-ku memberikan hadiah karena aku berprestasi disekolah, sebuah VCD.

Dan hari itu tidak hanya ibu-ku saja yang lagi berbaik hati. Aku harus berterima kasih juga kepada si penjual. Si penjual memberikan sebuah CD gratis sebagai hadiah dari pembelian VCD. Betapa senangnya hati seorang anak kecil kala itu.

Sepulang dari pasar, penulis mencoba membaca cover depan CD tersebut. Tertulis Sheila on 7 lengkap dengan foto ke-5 personilnya. Dibawahnya tertera beberapa judul lagu hits dijaman itu seperti seberapa pantas, shepia, dan sehabat sejati.

Untuk ukuran anak usia 9 tahun, lagu itu cukup sulit untuk dimengerti. Namun, bukannya penulis bingung dengan lirik lagu itu, tapi….

“Aku suka.”

Sebuah kata yang menggambarkan isi hati-ku ketika pertama kali mendengar lagu 507. Lagu tersebut, sebut saja lagu pemberian penjual VCD, selalu aku ulangi dan terus aku ulangi.

Terima kasih penjual VCD karena sudah mengenalkan-ku pada lagu 507 yang sampai sekarang (usia 21 tahun) tetap menyukai-nya.

Beberapa tahun kemudian, seorang gadis mungil mengulangi kejadian beberapa tahun yang lalu. Pertemuan yang mungkin sudah direncakan Tuhan.

“Aku suka sebuah lagu dari sebuah band, Letto. Judul lagu itu Sandaran Hati. Kamu suka kah Au dengan lagu itu?”

Sebuah obrolan via sms yang tidak aku jawab kala itu.

“Amelia sangat sukaaaaa.” Sambungnya dengan sangat menggebu-gebu.

Aku juga tak mengerti dengan jalan pikiran anak se usia 12 tahun. Beberapa hari setelah kejadian di sms itu, aku membeli sebuah CD. Namun kali ini di cover depan tertulis Letto lengkap dengan ke-4 personilnya. Dibawahnya tertera beberapa judul lagu hits dijaman itu seperti ruang rindu, dan sandaran hati.

Dan sekali lagi …

“Aku suka.”

Sebuah lagu yang lirik-nya cukup ringan dengan music pop membuat anak berumur 12 tahun selalu mengulangi dengan sumringah. Judul lagu itu, Sandaran hati.

Saking sukanya, aku memasang NSP sandaran hati di nomer hape-ku. Ku beritahukan hal itu ke Amelia dengan hati yang berbunga-bunga. Dan setelah kejadian itu, Amelia lebih sering menelpon ke nomer-ku. Sekedar Miss Call lebih tepatnya, he he. Hanya untuk mendengar lagu itu, sebelumnya dia pernah bilang

“nanti kalau aku nelpon jangan diangkat ya Au, aku mau dengerin NSP kamu.”

Terima kasih gadis mungil, Amelia, sudah mengenalkan sebuah lagu. Kamu memang orang yang tepat buat mengenalkan lagu itu kepada-ku, tentu di waktu yang pas pula. Kalau orang lain, tak akan menjadi memori seperti sekarang ini.

Di tahun 2011, suatu hal terjadi karena keterpaksaan. Namun dari keterpaksaan inilah cerita itu berawal. Awal untuk mengulang kejadian beberapa tahun yang lalu.

Penulis mendapat hadiah tiket konser sebuah band dari 3 orang teman. Band yang kala itu belum aku kenal sama sekali namanya. Dan yang mengajak-ku kala itu bernama Paramita. Mereka sebenarnya ber-4, karena alasan tertentu kemudian dia digantikan, oleh aku. Mungkin kalau bukan dia yang ngajak, penulis akan mikir dua kali untuk ikut. Tanpa pikir panjang aku ikut saja dengan dia.

Masih tersimpan dalam memori penulis, dalam perjalanan hujan mengguyuri kami berdua. Kebetulan kedua temannya Paramita sudah duluan. Kami sampai dengan baju dan celana yang menyatu dengan air. Babahno, kami tetap melangkah. Sungguh keterpaksaan.

Dingin sudah merajalela kesekujur tubuh-ku.

“Vierra…..” kata itu terucap dari mulut MC di atas panggung.

Aku tak tahu band mana itu, 4 personil dari Vierra keluar. Penonton menyambutnya dengan berdiri atau ada yang berteriak histeris atau merekamnya kalau bawa kamera.

Terlalu lama, sebuah lagu yang dinyanyikan vocalis Vierra yang membuat tubuh ini hangat ketika mendengarnya. Sebenarnya aku tak tahu judul itu sebelum diberitahu teman-ku, Paramita.

Terima kasih Paramita, sudha mengenalkan sebuah lagu dengan genre baru ditelinga-ku. Dan tentu penulis lebih berterima kasih untuk malam yang indah ini. So nice J

Setahun kemudian, aku mendapat seorang teman yang boleh dikatakan tidak terlalu baru atau tidak terlalu lama. Penulis mengenalnya di tahun 2011, namun kejadian ini ketika akhir tahun 2012.

Seorang gadis yang ku temui kala itu terlihat galau. Galau karena apa itu? Maaf tak bisa penulis ceritakan. Sungguh menarik jalan dengan orang seperti dia. Selalu ada perdebatan ketika mengobrolkan hal yang ringan. Sangat mudah untuk akrab dengan-nya, dia cerita banyak hal yang sampai sekarang tak kumengeri, kenapa diceritakan kepada-ku hal privasi seperti itu?

Lagi dan lagi, seseorang memberikan penulis sebuah lagu. Kali ini terlihat dia sangat berniat agar penulis mendapat rasa dari lagu itu.

“Mas Au, aku ada lagu nih. Bagus untuk di dengar.” Kata-nya via bbm yang dilanjutkan dengan mengirim file lagunya.

Sampai sekarang dia memanggil-ku dengan embel-embel mas. Ku tengok saja file yang baru saja dia kirim . Fall for you – secondhand serenade, begitu yang tertera pada file tersebut. Aku hanya bisa tersenyum kecup sambal menunggu transfer selesai.

Setelah selesai, penulis play, sungguh gadis ini membuat-ku galau membisu. Aku hanya terdiam, tak berkomentar apa pun dengan lagu itu. Namun entah mengapa sering ku puter berulang-ulang kali.

Terima kasih Titia, meski lagu-nya tak begitu ku suka, namun hmmm… penulis selalu terbawa rasa ketika mendengarnya.

Terakhir ada beberapa photo untuk orang-orang yang baik hati di atas, kecuali si penjual VCD, hehe. Penulis susun secara acak, silakan tebak namanya.

Ms. X

Ms. X

Ms. X

Sabtu, 15 November 2014

20:14

Kadang aku suka, kadang aku gak suka.

Kadang aku sayang, kadang tidak, sering pula aku sangat sayang.

Kadang aku memperhatikan, terkadang aku acuh.

Kadang rasa-ku tumbuh, sering juga layu.

Kadang aku galau, kadang-kadang aku bahagia.

Kadang aku merindu, sering juga aku tak merasakannya.

Kadang aku menunggu kehadiran-mu, kadang aku suka sendiri.

Kadang aku terluka, sering tak sengaja melukai.

Kadang aku memahami, kadang-kadang aku mau dipahami.

Kadang aku mendekat, sering pula aku menjauh.

Kadang aku berbicara, kadang aku hanya ingin mendengar.

Kadang aku menyapa, sering aku menunggu sapaan.

Kadang aku berbeda, kadang sama.

Kadang aku sebagai pacar, kadang aku sebagai teman.

Kadang aku berharap, sering pula berputus asa.

Kadang aku berhenti, kadang-kadang ingin melangkah.

Kadang aku mau ungkapkan, selalu tak jadi.

Kadang aku mau merangkul, kadang aku mencium.

Kadang aku mau melupakan, kadang aku teringat sepintas.

Kadang aku lapar, kadang aku merasa kamu juga lapar.

Kadang aku mengiringi, namun sering aku berbelok.

Terkadang aku merasakan cinta, cinta yang sangat besar kepada-mu. Kadang pula aku tak merasakan apa-apa terhadap kamu. Terkadang aku sangat naif, sanagt ingin memiliki-mu, namun sering pula aku rasa tak butuh memiliki-mu. Terkadang aku mau menyatakan perasaan kepada-mu, sering pula aku merasakan itu semua tak perlu, baik bagiku maupun bagimu. Kadang rasa sayang-ku tumbuh drastis tiap waktu-nya, kadang pula tiba-tiba mati rasa kepada-mu. Terkadang aku kasmaran, selalu mau bersama-mu, selalu disisi-mu, selalu ingin mendengar kabar tentang-mu. Sering juga aku tak mau tahu atau hanya sekedar tahu.

For You, pukul 20:14 WIB

Senin, 03 November 2014

kamar ratapan

IMG00760-20111212-1518Tak mampu lagi aku memendam perasaan ini. Duhai nona-ku, sudah sepantasnya kamu tau isi hati ini. Dengar, jatuh cinta, itu pernah terjadi pada perasaan-ku terhadap seorang wanita. Termasuk juga kau, nona. Sungguh, aku mencintai-mu. Sejak kapan aku mencintaimu? Apa alasan aku mencintaimu? Lupakan hal itu. Disini aku mau mengungkapkan sesuatu untuk diri-mu.

Kamu, nggak, apa jadinya jika hari-harimu tanpa aku? Bagaimana hari-hari-mu ketika tak ada aku disisi-mu? Cerikan pada-ku ketika aku tak ada kabar dalam sehari bahkan lebih!?. Sepertinya kamu tetaplah nona yang mampu bahagia, mampu menjalani semuanya meski tanpa aku.

Andai nona memikirkan ini, tentu nona sadar, noan tak memerlukan aku lagi. Dengan atau tanpa aku, semua terlihat sama di mata-ku. Nona sangat mandiri, apapun bisa dilakukan nona sendiri, mubazir rasanya kalau aku ikut campur dalam hal apa pun dalam kehidupan nona. Aku hanya menjadi pengiring saja, tak lebih atau hanya pengganggu yang selalu ingin bersama-mu.

Sebuah perasaan tak dibutuhkan mulai muncul, aku mulai meratapi ini dalam kamar kecil-ku, bahkan terus menyebar di hati ini. Aku, sebagai seorang lelaki, pasti bahkan sangat ingin dibutuhkan oleh wanita, terutama wanita yang ku sukai. Namun itu tak terjadi nona. Kamu, selalu bisa melakukan semua hal, dimana aku bisa saja hadir membantu. Kalau aku tak mau membantu, sebenarnya bukan aku tak mau, aku memang tak bisa melakukannya. Mau sok bisa dihapadan kamu, maaf aku bukan tipe orang seperti itu.

Menjadi orang dibutuhkan itu yang ku mau, tapi tak kudapatkan pada nona. Apa ada aku yang lain, nona? Tidak, aku mulai paham nona, hal seperti itu tak perlu dipermasalahkan. Itu bukan nona.

Tahu kah kamu, betapa bahagianya kalau kita merasa dibutuhkan, sungguh membahagiakan hati. Bukan aku tak bahagia kalau disamping nona, tapi semisal ketika aku digantikan oleh aku yang lain, apa ada yang berubah? itu tak akan membuat perbedaan dalam hari-hari nona. Bahkan tanpa aku yang lain, sendiri, nona tetaplah nona yang begitu, noan yang mudah melakukan apapun. Apa pengaruh kehadiranku dalam perjalanan hidup nona?. Sial, sepertinya bukan jodoh-ku.

Aku akui, Jujur saja, akan lebih baik jika berada disamping wanita yang benar-benar membutuhkan-ku. Dimana, memayungi hari-hari-mu akan menjadi sebuah kebahagian dan kebanggaan oleh jiwa. Walau itu membuat aku tertatih. Sekarang, bagaimana aku bisa berada disamping wanita yang tak membutuhkanku. Meski aku masih bisa tersenyum atau tertawa , perasaan bukan untuk dipercandakan.

Akan Ku bingkai semua impian ini  dalam kamar kacik-ku, agar kamu tak melupakan-ku yang pernah mengiringi sebagian kisah hidup-mu.

Senin, 27 Oktober 2014

Just a song

 

IMG20141026214335Ku tak percaya kau ada disini

Menemaniku di saat dia pergi

Sungguh bahagia kau ada disini

Menghapus semua sakit yang kurasa

 

 

 

 

IMG20141026221741Mungkinkah kau merasakan

Semua yanga ku pasrahkan

Kenanglah kasih…

 

 

 

 

 

IMG20141027015121Ku suka dirinya, mungkin aku sayang

Namun apakah mungkin, kau menjadi milikkku

Kau pernah menjadi, menjadi miliknya

Namun salahkah aku, bila ku pendam rasa ini.

Senin, 20 Oktober 2014

Menunggu di air keruh

IMG_20141019_162906Sudah dua hari belakangan ini teman-teman kos-ku mengajak aku untuk pergi memancing, namun aku urung mempunyai waktu luang untuk ikut memancing atau sekedar melihat-lihat indahnya sungai dengan beratap langit biru.

“Ayo, berangkat mincing!”

“ ajak Mas Au juga.”

“Ah.. gak usah. Paling dia gak bisa.”

Terdengar suara sayup dari luar kamar-ku. Aku termasuk orang yang susah di ajak keluar oleh teman-teman kos-ku. Terlalu asik dengan dunia-ku sendiri, mungkin.

Sore itu atau bisa dibilang setiap sore biasanya aku tidur. Sebenarnya itu bukan kehendak dari aku tapi tubuh ini meminta dan tak mau pisah kalau sudah ketemu Kasur atau guling kalau ada.

Aku bermaksud meluangkan waktu untuk teman-teman kos-ku atau sahabat-ku lebih tepatnya. Hari yang ku mau pun tiba, di hari minggu sore itu, setelah aku menunggu sesuatu yang masih hati ini pertanyakan apakah pantas ditunggu, pusing juga menggambararkannya.

“Ayok Mas Au, kita berangkat sekarang.”

Suara itu terdengar lagi dari luar kamar-ku tepat jam 15.01 wib.

“Ayok Au, ntar kita gak bisa lama-lama disana.”

Aungan suara datang lagi dari orang yang berbeda 10 menit kemudian.

“Iya, duluan ajaaaa…. Nanti aku nyusuuuuul.”

Teriakan-ku mungkin cukup untuk membangunkan satu kapmung untuk sahur saat bulan Ramadhan. Ada apa dan tak tahu kenapa, lidah ini terasa berat untuk mengiyakan ajakan teman-ku untuk beranjak dari kos.

Dari dalam kamar, aku mendengar sebuah suara motor beranjak dari parkiran kos lalu disusul oleh suara motor lainnya.

“keliatannya mereka sudah berangkat.” Aku mencoba untuk memvalidasi suara motor tadi ke diri-ku sendiri.

Aku mencoba tak menghiraukan apa kata hati ini. Namun aku tak tahu apa yang harus ku lakukan untuk saat ini. Bingung.

15 menit kemudian,

“ krikkrikkrik.”

Seperti pepatah, “menunggu di air keruh”.

“Jangan menunggu di air keruh Au.”

Pukul 15.40 wib

“aku mesti tetap di kos.”

Pukul 15.50 wib

“sabar, aku harus berada di kos.”

Pukul 16.00 wib ,

aku sudah berada disebuah tempat yang ramai, orang-orang terlihar sangat ceria dengan memegang suatu alat pancingan. Beragam-ragam jenisnya, ada yang hanya terbuat dari bamboo apa adanya atau pancingan yang sering kita liat di acara tv terang7 “ Sunting mania, Mantaaappp!!”.

Hanya beberapa langkah aku menemukan teman-teman-ku sedang asik dengan pancingan mereka.

“ bos, sorry telat.”

“ he Mas Au datang.” Teriak salah seorang teman-ku. Seperti ada sebuah yang wow ketika aku muncul dihadapan mereka.

“boleh aku mencobanya bos?”

Kelihatannya aku mulai tak sabar.

“nih lihat, kita sudah dapet 5 ekor ikan Au.”

“4 ekor ikan bawal, 1 ekor Mas.” Tambah teman sebelah-ku.

“aku yang dapet ikan mas itu, Au.” Teriak salah satu teman-ku. Terlihat dia sangat menggebu-gebu dengan teriakkannya meski kami berdekatan.

“aku yang pertama strike tadi Mas Au.”

“ikan bawal yang besar itu punya-ku Mas Au.”

Mereka mulai bersahutan dengan sombongnya.

Aku mulai diajarin teman-ku bagaimana cara melempar pancingan, ternyata susah juga. Susah karena sekarang aku mesti merubah kebiasaan-ku yang dulu. Kebiasaan menggunakan pancingan bambu yang sering aku gunakan ketika masih berusia belasan tahun.

Dengan seketika aku mulai terbiasa, memang sesuatu yang baru mengharuskan kita untuk belajar memahaminya.

Pukul 16.40 wib

Belum ada ikan yang nyangkut dipancinganku.

IMG_20141019_162932Pukul 16.50 wib

Aku merasakan tarikan yang sangat kuat dari pancingan-ku. Aku seperti terkaget karena ini pertama kalinya sejak tadi.

“tarik Au, pasti dapat.”

Teman-teman-ku memberitahuku kalau ikan sudah memakan umpan.

Aku mencoba menariknya, dan akhirnya …. Ccsssshhhhh…

Aku melihat kail yang kosong.

“sial!!! Aku kena PHP.”

Aku mulai mengumpat, hari ini memang membuat aku frustasi. Ahhhhhkkkk….“kesabaran-ku di uji weekend kali ini. Menunggu.”

Pukul 17.05 wib

Ada satu hal yang bisa aku lakukan ketika apa yang kita tunggu tak kunjung hadir. Berpindah. Berpindah ketempat lain yang lebih menjanjikan.

Pukul 17.10 wib

Aku seudah berada di sebuah kolam yang sepi , tepat disebelah kolam sebelumnya. Namun terlihat sepi, ini akan memberikan peluang yang lebih besar daripada kolam tadi, mungkin, kita coba saja.

“tak ada yang salah dengan mencoba kan?.”

Pukul 17.11 wib

Krikkrikkrik

Pukul 17.15 wib

Karyawan penjaga kolam ikan sudah meminta untuk segera menimbang hasil timbangan dan membayarnya dikasir. Sebuah pertanda kalau kolam ini segera tutup dan mengharuskan aku pulang tanpa mendapatkan satu ekor ikan pun.

Pukul 17.20 wib

Semua alat pancing sudah dirapikan, tinggal satu yang sedang aku pegang, iya ini yang terakhir yang sadang ditunggu tn-teman-ku.

Pukul 17.21 wib

Tekanan semakin besar, kolam sudah seharusnya tutup, iya, sepertinya aku terlalu memaksakan.

Pukul 17.22 wib

“berpindah ke tempat baru yang lebih menjanjikan tak selalu akan memberikan perbedaan seperti harapan kita. Ekspestasi harapan yang telalu tinggi malah akan membuat kita menengok ke belakang dan berpikiran lebih baik kembali ke tempat sebelumnya.” A.R

Pukul 17.23 wib

“ketika kita mengundang motivasi namun yang datang malah tekanan, apa yang mesti kita lakukan? Menunggu? Tak mungkin. Tak ada kesempatan lagi untuk menunggu.”

Ketika kesempatan untuk menunggu pun tidak ada,

maka….

IMG_20141019_165954Tunggu…

tunggu dulu…

aku merasakan sebuah tarikan…

iya ini tarikan dari seekor ikan…

senang bercampur gugup menguasai isi perasaan-ku. Namun adrenalin-ku hadir di waktu yang tepat. Dia memberikan-ku ketenangan, memberikan-ku ingatan tentang kegagalan sebelumnya, memberikan-ku cara bagaimana menghadapi tekanan ini.

Pukul 17.28 wib

Aku merasakan suatu perasaan puas menggebu-gebu, perasaan berhasil melewati berbagai tantangan, perasaan yang tak tergambar oleh apa pun.

“Aaaaaaaaaaaaaahhhhh… “ sebuah teriakkan yang menggambarkan perasaan-ku saat ini.

17.30 wib

IMG_20141019_165951STRIKEEE… COME BACK!!! STRIKTE di akhir-akhir injury time.

“menunggu boleh namun tak mutlak, gunakan adrenalin agar menemukan timing untuk berpindah.”

“seberapa besar usaha-mu, hadiahnya berkali-kali lipat dari itu.”

 

 

 

Sekian.

Senin, 22 September 2014

kosong



Malam ini di kamar kos yang berukuran 4 x 3 m aku merindukan seseorang. Tiba-tiba saja aku kangen sama kamu. Setengah Wanita yang mengisi penuh pikiranku. Aku mencoba menyampaikan perasaan ini kepadaMU namun respon dari kamu tak sesuai harapanku. Harapan yang terlalu tinggi seketika di tiup hening angin malam ini. Puusshhh… yang tersisa hanya angan-angan saja. Aku tak tau kemana membawa perasaan ini?
Awalnya tadi siang aku mendapat kabar burung, dari teman-ku sendiri. Dia bercerita panjang lebar tentang kamu, aku hanya bisa tersenyum kecup mendengar cerita dari-nya. Sebenarnya itu membuat mood-ku hilang seketika. Cerita yang membuat aku harus siap kehilanganMU. Iya, kehilanganMU untuk kesekian kalinya :). Carita apa itu? Biar kamu bertanya pada diriMU sendiri.
Kangen. Mengkinkah ini salam perpisahan dari kamu? Perasaan-ku sepertinya sangat peka. Mungkinkah dalam waktu dekat dia tidak akan lagi mendapatkan perasaan ini lagi? Jantung-ku hanya berdetup kencang saat menulis ini.
Sebuah perasaan yang tidak tersalur ke tempat semestina = galau. Malam yang sungguh membuat aku tak bisa berkonsentrasi. Kertas-kertas hasil tes siang tadi sudah siap untuk dikoreksi, namun apa boleh buat, kutinggalkan semua itu.
Mending aku jalan-jalan, melepas atau lebih tepatnya membuang perasaan kengen ini. Langkahku terhenti kesebuah tempat, di dalamnya terdapat novel-novel yang tersusun rapi. Kalau aku beli satu sepertinya tidak akan mengganngu susunan novel itu.
Pulang-pulang aku membawa nota pembayaran, tak sadar aku benar-benar sudah membeli sebuah novel. Buat apa? Aku tidak sedang membutuhkannya.
Bukan aku yang membeli novel ini. Mungkinkah rasa kangen-ku yang sudah membawa-ku sejauh ini. Iya? Iyakah? Kalau iya, novel ini memang bukan untuk aku, untuk kamu mungkin? Pikirku.
Bukan, sepertinya bukan untukMU.
Novel ini tidak harus aku bawa pulang. Seketika perasaan ini menghentikan langkah-ku kesebuah rumah atau tempat lebih tepatnya. Iya, spontan aku singgah di tempat itu. Aku berniat memberikan novel ini kepada-Nya, orang di tempat itu.
Sepulang dari tempat itu, bukannya aku yang memberikan novel, malah aku membawa sesuatu dari tempat itu.
Orang di tempat tadi mungkin mengisyaratkan-ku agar memberikan novel ini kepada orang yang semestinya. seseorang yang telah membawa perasaan ini untuk membelinya. Ah, entahlah!
Mengkin ada benarnya juga, akan ku kasihkan saja novel ini kepada kamu. Gak hanya itu, titipan dari orang yang tadi aku singgahi juga akan aku kasihkan sebagai pemanis novel ini.
Alasan? Alasan apa yang membuat aku terbawa hingga seperti ini. Mungkin untuk salam perpisahan untuk kamu. Mungkin setelah ini aku akan menemui kamu yang bukan kamu semestinya.
Hmm… ini novel semestinya membuat pembaca tersenyum ketika larut dalam ceritanya. Lupakan alasan tadi. Biar kamu senang, anggap saja ini hadiah buat ulang tahun kamu. Selamat ulang tahun Nona-Ku. “I always remember You.”