Selamat datang!!

Selamat Datang digubuk Rahmeen yang sederhana ini, Selamat membaca ^_^

Pilih Kategori

Selasa, 25 November 2014

wanita tua-ku

Dari sederet wanita yang ada di dunia ini, hanya ada seorang wanita yang suka mengatur dalam hidup-ku. Kurang lebih 21 tahun, penulis hidup dalam aturan-nya. Dari hal yang (wanita ini rasa) penting sampai yang gak penting sama sekali. Agak sedikit kasar kah penulis bilang seperti itu? Silakan nilai sendiri setelah kalian membaca aturan yang (dia anggap) paling benar itu.

Penulis lahir disebuah kampung atau desa salah satu kota di Kalimantan selatan. Sama seperti anak-anak remaja se-usia-ku waktu itu, 13 tahun, kebebasan adalah hal yang wajib dalam menjalani kerasnya kehidupan anak remaja. Berikut aturan-aturan tersebut :

Pasal 0

“Jangan nyewa main PS dirental.”

Aturan perdana yang penulis dapatkan ketika berumur 8 tahun. Main PS adalah kebahagian tersendiri yang mengisi masa kecil-ku. Secara diam-diam penulis main PS bersama teman-teman seumuran atau yang lebih tua kalau ada. Baku pukul siap sedia menjadi hadiah ketika ketahuan ibu-ku main PS. Pernah sekali, sungguh sakit pukulan ibu-ku ini. Mau nyoba? Segera hubungi tukang pijet langanan-mu.

Pasal 1

“ Jangan sampai main dirumah orang seharian penuh, dan jangan sampai makan dirumah orang.”

Sering kali penulis ditelpon disuruh pulang ketika lagi asik-asik-nya main dirumah teman. Perasaan malu sering muncul, kenapa hanya penulis yang diperlpenuliskan seperti itu?. Pernah penulis main sampai jam 2 siang, kala itu orangtua teman-ku sudah menyiapkan makan siang buat tamu, penulis dan beberapa teman-ku. Tiba-tiba ada telpon dari ibu-ku.

“Aulia, cepat pulang. Ini ibu sudah masakin makanan kesukaan-mu. Jangan makan dirumah orang.”

(sangat) terpaksa minta ijin ke teman-teman untuk pulang dengan alasan yang ku buat-buat untuk menghindari rasa malu.

Pasal 2

“Dilarang merokok dan pulang malam, apalagi nginep dirumah orang.”

Pernah penulis tak bisa masuk rumah gara-gara pulang jam 10 malam ke atas, terpaksa tidur diteras. Ada satu hal yang mungkin terdengar cukup menggelitik, sangat sering di setiap penulis pulang baik itu main dirumah teman maupun baru pulang dari sekolah selalu di cek atau di endus-endus mulut dan baju. Buat apa? Tuh kan kalian nanya. Tujuan-nya, apakah penulis barusan ngerokok atau tidak. Lihat teman-teman-ku ngerokok bebas ketika nongkrong, meski hanya secara diam-diam dari orangtua mereka atau secara terang-terangan kalau berani.

Pasal 3

“No pacaran, No sms-an di atas jam 10 malam, apalagi telponan.”

Hemat kata, Pembunuhan karakter remaja, inti dari pasal 3. Kata remaja harusnya dimengerti bagi kalangan orangtua. Orangtua seharusnya tak kaget kalau masa remaja itu identik dengan cinta monyet. Sebuah rasa yang tak bisa disimpan, pasti tumbuh pada setiap remaja. Cinta, suka, dan sayang. Anda bisa bayangkan apabila remaja tak merasakan itu semua? Abnormal, segera bawa dia ke psikolog. Rasa cinta bukanlah pelangggar tapi naluri.

Pernah penulis ditanyain banyak hal ketika ketahuan telponan pas dirumah. Pernah juga penulis mendapat ceramah ketika masih sms-an di atas jam 10 malam. Pernah penulis gugup keringat dingin ketahuan tetangga dekat rumah ketika lagi jalan-jalan bersama pacar.

sering ak telponan sembunyi-sembunyi di belakang rumah, sering penulis pura-pura tidur ketika ibu-ku masuk ke kamar untuk mengecek dua anak laki-laki-nya dan sering pula penulis jalan dengan pacar tanpa sepengatahuan ibu.

Pasal 4

“Tidak boleh jalan terlalu jauh, apalagi keluar kota.”

Satu per satu ajakan teman untuk jalan-jalan (terpaksa) penulis tolak. Bahaya kalau dalam sehari tidak ada kabar. Rasa takut terjadi hal-hal yang membahayakan penulis menjadi alasan aturan ini dibuat ibu-ku. Iya, rasa sayang seorang ibu sangat terasa disini. Namun, ahhh…. Aturan macam apa ini? Aturan ini hanya aktif pada penulis. Tengok teman-teman-ku mereka bebas, tak terkekang, sungguh indah kehidupan mereka.

Ha ha ha, semua aturan itu hari demi hari tak bisa berlaku lagi terhadap penulis. Apalagi ketika penulis memutuskan untuk menjadi anak kos di Kota Malang. Jauh dari orangtua mengakibatkan pasal-pasal di atas menjadi non-aktif. Ibu-ku sudah mulai terbuka hati untuk tidak mengekang penulis dalam beraktivitas. Meski terlihat agak terpaksa, penulis yakin akan terbiasa.

Pasal tambahan

“jangan pacaran sama orang jawa.”

Sekarang penulis tinggal dimana? Sekarang penulis kuliah dimana? Sekarang teman-teman penulis kebanyakan orang mana?. Jawa kan?. Sudah tau seperti itu, kenapa peraturan yang menyayat hati ini disahkan ibu-ku.

Jelas aku punya teman dekat orang jawa, tidak aneh kalau aku pacaran sama orang jawa. Beberapa wanita pernah dekat dengan-ku, nyaris semua aku jauhin gara-gara cerita ke ibu-ku dan tak direstuin.

Bukan mereka tak cantik, bukan mereka tak baik, bukan karena keadaan apapun, tapi aku merasa mereka tak bisa meluluhkan hati ibu-ku. Aku rasa mereka tak bisa melobi ibu-ku untuk membatalkan pasal tambahan.

penulis suka gadis jawa, sangat suka. Apalagi wajah-nya jawa banget atau jawa classic sebuatan dari-ku untuk gadis seperti itu. Penulis juga punya keyakinan, akan tiba waktu-nya ada seorang wanita yang bisa meluluhkan hati ibu-ku. Entah kapan itu, dia akan ‘memaksa’ ibu-ku menghapus peraturan-nya sendiri.

Saya punya rencana : Kalau bertemu wanita seperti ini, akan ku usahakan dengan serius untuk mendapatkannya. Akan ku buang kebiasaan buruk-ku, akan ku lakukan semua hal yang bisa membuat dia mau bersama-ku. Ku bawa kucuran keringat yang nanti menjadi bukti aku bersungguh-sungguh mengusahakan wanita ini menjadi pendamping penulis.

 

DSC_9784

Saya punya impian : seandainya penulis terlahir kembali di dunia ini, sungguh, oh Tuhan, jadikan-lah hamba anak dari ibu ini, dengan segala aturan pasal-nya tadi. Apapun itu, penulis hanya ingin ibu ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar