Selamat datang!!

Selamat Datang digubuk Rahmeen yang sederhana ini, Selamat membaca ^_^

Pilih Kategori

Sabtu, 01 Agustus 2015

Melis -tentang logika dan perasaan-

Hari-hari berikutnya aku makin merasakan perhatian Melis yang mengebu-gebu. Tak pernah ku sangak dia sangat detail memperhatikan pacarnya. Bisa ku tebak, mantan-mantanNya dulu juga diperlakukan begitu oleh Melis. Sungguh beruntung sekali kalian, tapi lebih beruntung lagi aku.

Seiring berjalannya waktu, aku mulai nyaman, yakin dan mencoba menceritakan Melis kepada teman-teman akrab-ku. Mereka menyarankan jangan mengulangi kesalahan masa lalu, jaga Dia, serius, jangan main-main lagi. Mereka serius menginginkanKu lebih dewasa dengan hubungan sekarang ini.

Dia selalu memulai nge-sms tiap pagi. Sedangkan aku sering ketiduran ketika lag isms-an pada malam hari.

Sebenarnya aku males sms-an terus. Males mikir kalau yang dibahas sudah gak ada lagi. Tapi Melis beda, dia selalu memulai, membawa suatu bahasan yang menjadikan keadaan tak lagi membosankan. Aku suka itu.

Apalagi harus nge-sms duluan, paling males. Aku selalu merasa, pacar harus nge-sms duluan, memberi kabar duluan, ngasih perhatian duluan, dan setelah itu baru aku balas berkali-kali lipat untuk dia. Sejak kapan ego-ku seperti ini? Ku juga sudah lupa.

Teman-teman-ku banyak yang ga setuju dengan ego seperti itu. Sudah lama mereka menyarankan untuk mengubah kebiasaan seperti itu.

Slalu ku coba tapi aku merasa belum menemukan wanita yang harus diperhatikan seperti itu.

Dan sekarang, mulai terpikir kalau orang itu Melis, mungkin.

Belum pernah aku menemukan wanita seperti dia.

Dulu, aku mengira dia wanita yang cuek. Ternyata dia wanita idaman. Aku takjub denganNya. Dan sekarang mulai tergila-gila.

Tapi ada satu hal yang masih membayang-bayangi isi kepala-ku. Aku masih berpikiran dia masih sakit hati karena baru-baru aja diputusin pacarnya. Seminggu sebelum kami jadian Melis baru diputusin pacarnya. Tapi beberapa hari kemudian, mantannya tetap menelpon sambil memanggil sayang. Aku tau itu setelah mendengar cerita dari Melis. Dia bercerita dengan nada kesal.

Logika-ku, dia mungkin sedang melampiaskan rasa sakit hati dan rasa kecewaNya kepada-ku. Tapi aku bukanNya tidak nyaman dengan keadaan sekarang. Sebaliknya, aku merasa dimanjakan oleh perhatianNya. Aku hanya berjaga-jaga. Tidak menjadi cowok yang polos.

Perasaan-ku, dia mungkin saja memang begitu. Seorang wanita yang perhatian. Yang mudah sekali move on. Tak begitu mempersoalkan masa lalu. Fokusnya hanya apa yang dia jalani sekarang ini.

Dua hal ini, baik logika dan perasaan, harus tetap ada pada setiap lelaki. Dan aku lebih suka logika dan perasaan dapat berjalan berdampingan selama menjalin hubungan dengan Melis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar