3
Mundur 4 tahun ke belakang daritahun aku pacaran dengan Anis. Setelah bercerita tentang percintaan waktu SMA, tiba-tiba pikiranku tertuju oleh kejadian waktu SMP dulu.
Wah, itulah pacar pertamaku. Cewek yang pertama mengisi hati ini secara formal. Hari pertama aku menyatakan cinta kepada seorang cewek, meski hanya lewat SMS. Kau boleh panggil dia Ami, Amelia.
Memasuki hari pertama kelas 2 SMP, aku dipertemukan dengan seorang cewek disebuah kelas 2A. Tatkala itu kami belum saling mengenal satu sama lain. Hanya beberapa yang ku kenal, terutama yang berasal dari kelas 1E.
Setelah pembagian tempat duduk, aku duduk paling depan bersama teman sekelasku dulu, namanya dayat. Meski duduk di depan, aku selalu sekolah dengan penuh semangat. Apalagi kalau saat pelajaran aku butuh sesuatu yang tak ku punya. Aku tinggal menengok ke belakang untuk bilang “boleh aku minjam sesuatu?”.
Kebetulan ada dua orang cewek yang berada di belakangku. Mungkin nasib mereka berdua sedang apes, karena selalu dan selalu perlengkapan tulis dipinjam olehku. Tapi, tak tau mengapa, peralatan tulis cewek itu ribet dan perfeksionis. Semuanya pasti ada, paling gak 90%-an lah mereka punya. Beda sama cowok, yang hanya punya satu bulpen, itu doang.
Rutinitas itu selalu terulang tiap harinya. Sampai akhirnya kami saling kenal, yang satu bernama Vidya, disebelahnya biasa dipanggil Ami. Disinilah perasaan suka itu muncul, tapi bukan ke Ami, tapi malah ke Vidya.
Kala itu, Vidya terlihat lebih cantik dan putih ketimbang Ami. He he.
Aku memutuskan untuk pedekate ala anak SMP ke Vidya. Mengingat kejadian itu, aku hanya bisa tersenyum ditempatku menulis sekarang.
Ujung-ujungnya aku lebih dekat sama Ami ketimbang Vidya. Aku lebih sering SMS-an sama Ami karena Vidya tidak punya HP waktu itu.
Namun Ami orangnya pengertian, dia tau kalau aku sedang naksir ke Vidya. Mungkin dia menyadarinya dari tingkah laku aku sewaktu dikelas.
Ami menawariku agar menjadi mak comblang ke Vidya. Gila, kalau ku ingat, aku tau arti mak comblang gara-gara suka liat FTV remaja, yang kala itu bertema lemon tea, asam manis cinta. Untung waktu itu aku bisa dibilang, kekinian.
Dari situlah aku sering SMS-an sama Ami. Nanyain kabar Vidya, makanan kesukaan Vidya, dan tak lupa Kriteria cowok idaman Vidya. Hehe. Aku yakin, dulu pas kalian masih SMP juga seperti itu, ada yang namanya kriteria pacar idaman. Aahhhh…. Indahnya waktu kecil dulu.
Hari demi hari, Vidya tetap tak merespon, dan cenderung memberikan kode untuk tidak lagi mendekatinya. Hal itu membuat aku putus asa. Disisi lain, Ami selalu menyemangatiku. Sejak awal aku bilang pengen ke Vidya, Ami orang pertama yang mendukung dan menyemangati-ku.
Aku semakin terpuruk ketika ku paksakan untuk menembak Vidya, iya nembaknya lewat Ami, trus disampaikan ke Vidya. Saat itulah Vidya benar-benar membuat perasaan seorang bocah kelas 2 SMP hancur. Aku ditolak, tak mengerti juga apa itu cinta ditolak, tapi yang jelas aku merasa sudah ditolak.
Ami hadir seperti biasa, selalu memotivasiku. Semua tak ada yang berubah, Aku masih SMS-an sama Ami, kecuali tak menanyakan Vidya lagi.
Keseringan SMS-an, hal itu membuat kami berdua salah paham, mungkin yang salah paham itu Aku, bisa juga Ami. Sampai sekarang, aku tak tau siapa yang salah paham lebih dulu.
Salah paham menjadi cinta, cinta berujung pacaran. Pacaran dengan Ami membuat aku tersadar. Ternyata yang ku cari itu cewek yang seperti Ami. Bicaranya berbalut lembut nan sopan, pakaiannya muslimah, senyumnya manis ( kusadari setelah resmi menjadi pacar Ami.)
Kelas menjadi gempor gara-gara berita jadian Aku dengan Ami menjadi headline kala itu. Tak tau mengapa, tapi ku rasa, perempuan emang suka curhat.
Aku jadi malu, sangat malu. Aku belum siap dengan konferensi pers dari Ami itu. Seharusnya Ami jangan menceritakan itu lebih dahulu. Ini merupakan pacaran pertamaku. Bagaimana caranya pacaran pun aku tak tau. Pengalaman pacaran pun tak punya, meski punya pengalaman sering nonton ftv yang ada adegan pacarannya.
Aku tak bisa mengimbangi Ami. Dia begitu sudah mengerti seperti apa pacaran itu. Dia memperlakukanku begitu istimewa. Sedangkan aku? Biasa saja.
Meski baru kelas 2 SMP, hubungan kami sering diterpa berita miring tentang perselingkuhan diantara kami berdua. Namun kami bisa melewati badai besar yang selalu berusaha untuk membuat kami berpisah.
Hubungan kami berlanjut ke kelas 3. Status pacaran kami masih aktif meski tidak sekelas lagi. Tapi kelas kami cukup dekat, Ami kelas 3H sedangkan aku kelas 3G.
Masih ingat dimemori kepalaku, ketika Ami memberikan hadiah ulang tahun, sebuah jam weeker. Hadiah itu dia berikan agar aku tidak telat bangun dan bersekolah pagi-pagi biar bisa cepat ketemu disekolah.
Bertambahnya usia membuat aku sedikit beranjak dari satu titik menuju titik selanjutnya. Aku sudah mulai berani mengajak Ami ngobrol disekolah. Mengantarkan Ami pulang sekolah, meski tak aku bonceng. Tapi itu merupakan kemajuan yang sangat pesat dari tahun sebelumnya.
Aku pernah bertanya-tanya, kenapa gak dari kelas 2 aku seperti ini. Kan enak sekelas, gampang kalau mau ketemu.
Tak apalah, terpenting aku sudah bisa mengimbangi Ami. Momen itu sering ku sebut momen emas ketika pacaran sama Ami.
Momen emas berlalu sangat cepat. Hal itu dikarenakan Ami mulai tergoda dengan seorang cowok, namanya Beni. Yang katanya hanya teman biasa.
Kami putus. Awalnya kami putus baik-baik. Tak ada dendam. Alasan Ami bisa ku terima.
Namun, seiring berjalan waktu semuanya terbongkar. Dia jadian dengan Beni. Aku kecewa setelah mengetahui fakta sebenarnya.
Sampai hari ini, aku belum tahu alasan sebenarnya kenapa Ami memohon-mohon putus di tahun 2007?
Sampai hari ini, aku masih bertanya-tanya, apakah Ami selingkuh di tahun 2007?
Sampai hari ini, apakah benar mi, kamu terpengaruh dengan teman-temanmu untuk mengakhiri hubungan yang terjalin sejak tahun 2006?
Sampai hari ini, apakah Ami tahu kalau aku sulit menerima kenyataan ditahun 2007?
Kau curang Mi. Setelah putus sudah mendapat pengganti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar