Selamat datang!!

Selamat Datang digubuk Rahmeen yang sederhana ini, Selamat membaca ^_^

Pilih Kategori

Jumat, 17 Juli 2015

#2.1

1

-menelusuri tiga Negara tetangga-

Sebuah hal yang mustahil. Perjalanan yang tidak pernah terpikirkan. Keanehkan yang tak terbayangkan. Menginjakkan kaki diluar negeri. Kencing ditanah jiran. Mencicipi kuliner khas orang. Its very amazing!

Perkuliahan telah selesai. Para mahasiswa beranjak meninggalkan kelas untuk pulang ke kos masing-masing.

Kring kring

Sebuah nada telepon masuk terdengar dari saku celana-ku.

“hallo, assalamualaikum.”

“Au, kamu mau ikut liburan keluar negeri nggak?”

“hah, maksudnya apa ki?” aku masih bingung dengan ajakan temanku ini.

“gini Au, aku tadi iseng ngecek tiket sby-malaysia. Trus, aku nemu tiket promo, 570rb PP. gimana, ikut gak?”

“hmmm…gimana ya ki. Aku bingung dengan persiapannya. Belum siap.”

“gak usah dipikirin kalau soal itu, nanti aku bantu. Ikut kan? Jarang-jarang ada promo kayak gini.”

“ii..iy..iya deh ki. Aku ikut. Tapi bantuin ya nanti.” Kataku sambil menganngguk.

Tanpa sadar aku takluk dengan ajakan teman-ku. Mungkin adrenalin-ku yang merespon ajakan temanku tadi.

Memang, banyak hal yang harus dipersiapkan. Paspor, uang, ijin orangtua, dan mental. Tapi adrenalin membuat melupakan itu semua. Keren.

enam bulan kemudian

Sebelumnya perlu diketahui tiket promo yang dibeli berjarak enam bulan lebih sejak temanku,iki, menelponku ketika itu. Dalam enam bulan, aku mempersiapkan semuanya. Dari membuat paspor di Malang dengan bantuan calo. Dengan harga awal 225rb menjadi 350rb.

Kemudian, menabung untuk sangu selama disana. Ternyata menabung cukup sulit. Uang selalu memiliki alasan untuk dihabiskan. Selama enam buan, uangku hanya terkumpul 3 juta. Itupun aku sering berpuasa untuk berhemat.

Lalu ijin orangtua. Ijin orangtua menurutku sangat penting. Untuk mendapatkan restu atau ijin orangtua harus dapat membaca keadaan. Saat mood orangtua tidak baik, jangan sekali-kali meminta ijin. Bersabarlah, tunggu saat yang tapet. Untung, dengan dijinkannya aku untuk ikut dibarengi dengan pemberian tunjangan 500rb dari Ayah, dan 500rb dari mama.

Dan terakhir mental. Mental ku semakin mantap ketika semua persiapan kurasa sudah matang. Uang saku yang cukup tebal sebanyak 4juta. Tak ada yang kurang, aku siap untuk berangkat.

22 januari 2012

Kami berangkat dengan personil yang tidak lengkap. Hanya 4 dari 5 orang yang berangkat. Aku, Iki, Zae, dan Yandra menginjakkan kaki untuk pertama kali (kecuali Iki) di Negara Malaysia. Perjalanan ditempuh selama 3 jam dari Surabaya. Sesampai disana, hujan menyambut kedatangan kami.

Saat tiba dibandara jam 22.00 waktu Malaysia, membuat kami bingung mau kemana jam segini. Apa ada taksi jam segini, pasti sudah sepi.

Ternyata tidak, negeri jiran memiliki menajemen transportasi yang baik. Tiap jam selalu ada bus yang akan mengantarkan ke station pusat. Keren.

Kepanikan kami seketika memudar. Kami tinggal membayar 10 RM untuk menuju station. Kata Iki, dari sana kita akan menggunakan kereta atau bus menuju Bangkok.

Hah, Bangkok?

Iya, tujuan wisata pertama kami sebenarnya Bangkok. Karena kami sudah booking salah satu hotel tanggal 24 januari 2015 di Bangkok. Sebuah hotel yang sampai saat itu belum kami ketahui dimana tempatnya.

Pukul 01.00 lebih kami tiba di station pusat. Tempatnya sangat besar, sangat pantas disebut sebagai pusat. Namun setiba disana, tampatnya sepi. Berapa kali sudah kami mengelilingi station , bisa dihitung berapa kepala orang yang dijumpai.

Seorang satpam memberitahukan kami kalau station sudah tutup, dan baru buka jam 7 pagi waktu Malaysia. What?? Ku kira semua 24 jam non-stop di Malaysia, ternyta tidak. Sampai sekarang aku masih belum mendapatkan penjelasan mengenai hal ini.

Wajah kami semakin berat tak kuat menahan kantuk. Mata sudah mulai menuju ambang batasnya. Tibalah kami disebuah tempat makan yang membiarkan meja dan kursi bergelatakkan. Dengan pelan semua badan tergeletak ditempat makan itu. Tak butuh lama, mata kami sudah terlelap beberapa saat setelah menemukan kasur besi dari susunan kursi.

Jam 8 pagi kami sudah ikut mengantri di loket pembelian tiket.

“tiket ke Bangkok sudah tak tersisa.” Kata penjaga loket dengan logat melayu

Disusul wajah lemas dari ke empat sahabat sambil membalikkan wajah dari loket tadi. Sebenarnya tak masalah tak ke Bangkok dulu. Kami bisa langsung berlibur di Malaysia. Namun kami sudah terlanjur booking hotel dengan arti sudah membayar sewa untuk dua kamar.

Tak mau rugi, Iki terus mengusahakan agar tetap berangkat ke Bangkok hari ini. Sampai akhirnya kami menemukan jawaban. Kami disarankan oleh penjaga loket untuk menuju Hatyai (salah satu kota di Negara Thailand). Setelah itu baru menuju Bangkok. Agak sedikit membuat perjalanan kami semakin jauh sih, tapi karena kami backpacker, hal seperti ini tak akan memberi pengaruh apapun terhadap kami.

Sesampai di Hatyai menggunakan bus memakan waktu 12 jam lebih. Kemudian kami lanjutkan dengan berjalan kami menuju station karena hanya berjarak 2 km saja.

Kami selalu mengandalkan Iki. Dia pinter berkomunikasi menggunakan bahasa inggris. Meski kami punya Zai, yagn seorang dosen mata kuliah bahasa inggris. Tapi tak terlalu pinter dalam hal komunikasi.

Iki langsung menuju loket tiket. Dari kejauhan terlihat dia melakukan beberapa pembicaraan dengan penjaga loket yang kadang ada tawa diantara mereka.

Iki kembali ke kami yang menunggu agak sedikit jauh dari antrian loket. Dia tiba dengan wajah keherenan.

“kamera siapa yang bawa?”

Semua tercengang, melihat kanan-kiri tangan teman. Dan tak ada satu pun yang memegang kamera DSLR.

“aduuuhh…”

Berbarengan semua menepuk jidak dilanjutkan dengan berlari keluar. Semuanya terdasar kalau karema tertinggal di bus yang kami tumpangi tadi.

“ampun dah, itu kamera punya orang lagi.”

“semoga aja masih ada.”

“ayok, cepat. Lebih cepat lagi larinya.”

Semua berlari menuju tempat perbentian terakhir bus tadi.

*udah dulu, udah ngantuk. Nanti disambung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar