Selamat datang!!

Selamat Datang digubuk Rahmeen yang sederhana ini, Selamat membaca ^_^

Pilih Kategori

Kamis, 29 Oktober 2015

Dongeng sebelum tidur

Kemarin penulis iseng main ke perpustakaan dalam rangka mengumpulkan softfile skripsi ke petugas sebagai syarat pengambilan ijazah. Tak menyangka, petugas perpus begitu teliti mengecek isi dan halaman softfile skipsi-ku dengan naskah asli skripsi-ku.

Bosan menunggu, aku permisi, untuk mengambil sebuah novel yang ada diperpustakaan. Kemudian membaca sambil menunggu pengecekan selesai. Halaman pertama, kedua, ketiga, novel yang penulis baca ternyata tak membantu mempercepat waktu berjalan. Malah sebaliknya, makin lambat. Ceritanya terlalu menoton. Hampir separu halaman baru ku temukan hal-hal yang menarik, inti cerita dari novel ini.

Novel yang beraliran Romance tersebut menceritakan tentang negeri kahyangan yang dihuni oleh 2 orang dewa dan 1 peri. Dewa yang pertama bernama Dewa19. Kenapa dinamakan Dewa19, hal itu dikarenakan ketika Dewa tersebut berusia 19 tahun, diwajibkan olehnya merantau (turun) ke bumi. Dewa yang kedua bernama Dewa-ndaru. Tugasnya hanya menetap dikahyangan. Dan yang terakhir adalah peri yang bernama Peri-yang.

Periyang pertama kali dipertemukan dengan Dewa19 saat bersekolah di sekolah khusus kahyangan. Namun ketika lulus, mereka berpisah karena Dewa19 harus menjalankan takdirnya turun merantau ke bumi. Dimana tak kerabat yang ia kenal disana.

Disini lah Dewandaru bertemu Periyang, dan mulai menjalin percintaan. Suka, sedih, badai, sudah mereka lewati bersama. Sampai akhirnya mendekati 2 tahun annyversarry keduanya memutuskan untuk mengakhiri hubungan itu.

Momen itu terjadi ketika Dewa19 kembali kekahyangan dalam sebuah momen reuni pertama sejak perpisahan 4 tahun yang lalu.

Ternyata kepulangan Dewa19 memang sudah dijadikan agenda oleh Periyang agar bisa kembali dengan-Nya. Karena Periyang tahu, Dewa19 punya attitude tak mau mengganggu peri yang sudah ada monyet-nya. Tak mungkin bisa dekat dengan Dewa19. Di-akhiriNya-lah hubungan dengan Dewandaru.

Dewa19 pun tak menjadi kan itu masalah karena Periyang sudah berceramah panjang lebar tentang hubungan dengan mantan pacarNya tersebut. Alhasil Dewa19 dan Periyang pun meresmikan cinta mereka dikahyangan dan siap memulai segalanya.

kenapa tidak sejak dulu ya?” – Dewa19

Kalimat itu keluar dari mulut Dewa19 ketika 2 minggu menjalin cinta dengan Periyang. Suatu hal yang wajar terjadi kepada sejoli yang sedang kasmaran.

Masa kunjungan Dewa19 sudah habis dan harus kembali ke bumi. Hal tersebut berarti mereka harus berpisah. Membiarkan Periyang tinggal dikahyangan bersama Dewandaru.

Sebuah tes kepercayaan dari Dewa19, kalau memang Periyang benar mau hidup bersamanya kelak, diaman ia tak mungkin bisa selalu menemaninya dirumah setiap waktu, dia tak akan menghianati hubungan ini. Meskipun akhirnya nanti Periyang berikhianat, itu tak masalah, itulah keputusan yang dia ambil.

OneMonthSarry sudah dilalui, hubungan mereka semakin rekat seperti dunia milik mereka berdua. Memang sejoli yang sedang kasmaran tak ada yang bisa melawan, yang lain hanya bisa menonton saja..

Memasuki bulan kedua, Periyang sering berkunjung ke bumi. Begitu juga Dewa19 juga berkunjung balik ke kahyangan. Jarak seperti tak berarti, kalau mau ketemu tinggal salah satu dari mereka datang menemui ke tempat masing-masing. hal itu terus berulang, hubungan mereka pun semakin dekat, seperti tak ada lagi yang bisa memisahkan. Tak akan ada dan tak mungkin.

Namun, saat keyakinan itu datang, Periyang berkhianat, selama di kahyangan diam-diam kembali marajutkan cinta dengan Dewandaru. Disini tak dikisahkan apakah Dewandaru yang licik, dengan segudang rayuan atau Periyang yang jago berakting dengan menjual wajah polosnya.

Disisi lain, Dewa19 juga sering gak bisa datang saat Periyang sedang sakit. Begitu pula ketia Periyang bilang pingin sekali ketemu, ketika Periyang membutuhkan, lagi dan lagi Dewa19 tak bisa datang. Sayang disini juga tak diceritakan apakah ini penyebabnya.

Dihalaman terakhir, tertulis catatan perbandingan dari Periyang sebelum memutuskan antara Dewa19 dan Dewandaru. Dewa19, seorang lelaki yang kurang peka, kurang perhatian, kalau mau ketemu, nunggu main ke kahyangan (lama). Itu keburukannya, yang lain sisa tentang kebaikannya yng ditulis oleh Periyang. Dewandaru, mantan pacar yang terjalin hampir 2 tahun, yang jika kangen, tinggal bilang, dengan sekejap akan muncul di depan mata, dan sisanya tentang keburukan yang dituliskan oleh Periyang.

Dan akhir cerita Periyang sudah tak sabar dengan sifat cuek Dewa19, atau ga sabaran menjalin hubungan jarak jauh, atau gak kuat jarang ketemu, mendasari Periyang berani main hati dengan Dewandaru. Seorang Dewa yang jelas lebih dekat. Dekat dalam artian, dekat dihati, dekat dijarak, dan semua serba dekat.

Di Bumi, Dewa19 harus menghadapi kenyataan. Ia bertemu seekor burung merpati. Dewa19 menamainya POS. POS menjadi teman pertamanya untuk memulai menjelajah bumi. Karena kahyangan adalah masa lalu, sekarang Dewa19 mau menjalani apa yang ada di depan matanya.

Suatu hari, ketika Dewa19 sedang beristirahat di bawah pohon yang rindang. Tiba-tiba ia terbangun setelah selembar daun jatuh tepat di atas wajahnya. Lalu muncul inisiatif untuk menuliskan sesuatu pada daun yang sudah terlihat layu tersebut. ia menuliskan suatu pesan yang ingin dikirim ke kahyangan. Dengan bantuan POS, sang merpati, Dewa19 minta serahkan pesan itu ke seorang peri yang wajahnya terlihat polos dikahyangan sana. Tapi sang merpati minta satu permintaan, yakni memberikan sayap Dewa19 agar menambah kecepatan terbang dan berjanji akan mengabdikan diri seumur hidup sebagai pengantar pesan. Dewa19 mengambulkan permintaan tersebut, dan POS pun mulai perjalanan ke kahyangan sambil membawa pesan yang berisi :

Aku tau, tapi diam. Up to you, thats is ur choice.Peri.

-Dewa19

-end-

Rabu, 28 Oktober 2015

My Guardian Angel

“buat apa aku malu dengan sifat orangtua-ku, buat apa aku malu punya orangtua yang tidak melek dengan teknologi, bagaimana bisa aku malu?. Ku bangga dengan mereka. Setidaknya aku mau belajar bangga dan membanggakan mereka, dari sekarang.”

Kalau ditanya mengenai internet, google atau facebook, penulis berani bertaruh 1Triliyun kalau kalian tak mengenalnya. Semua orang sudah tak asing lagi, bahkan menjadi kebutuhan. Ketika bangun dari tidur, hal pertama yang dilakukan adalah memainkan hape dan berinternet. Tapi tak begitu dengan orangtua-ku. Mereka tak terbiasa dengan internet, sangat kaku sekali. Bahkan penulis sudah beberapa kali mengajari beliau, akan tetapi sulit untuk diterima. Sebenarnya saat penulis ajarin mereka sudah bisa, tapi setelah itu dilupakan atau tidak ingat lagi. Bagi orangtua penulis, hape hanya untuk menelpon dan ber-sms, tak lebih dari itu.

Ayahku, seorang lelaki yang tak begitu perhatian. Memang begitu wataknya. Semoga tidak menurun ke penulis. Mama-ku sering bercerita dengan kesal, salah satunya ketika perjalanan dinas dari sekolah dalam rangka pecan olahraga diprovinsi, hampir disetiap perjalanan tak memperhatikan isterinya. Dan paling menjengkelkan ketika turun dari bus, mama-ku membawa banyak barang, ayah-ku langsung saja turun dan mengobrol dengan teman-temannya tanpa menghiraukan mama-ku. Alhasil, mama-ku mengangkat sendiri tas yang lumayan berat itu. Sebenarnya, mama-ku sudah terbiasa dengan kehidupan keras dari kecil. Tapi bukan itu permasalahannya, kurangnya perhatian dari ayahku lah yang dipermasalahkan mama-ku.

Ayahku, anehnya, tidak terobsesi dengan pekerjaan. Ini sangat berbeda dengan lelaki lainnya yang menomesatukan pekerjaan daripada keluarga. Bagi ayahku, keluarga nomer 1, selama uang masih cukup, tak pernah mencari pekerjaan sampingan. Tapi menurut penulis uang ayahku tak pernah cukup untuk menutupi pengeluaran bulanan kalau tak ada mama-ku. Tapi itulah ayahku. Kalian tak akan pernah menemui ayah yang seperti ayah-ku. Maka penulis merasa special karena ayah yang seperti ini hanya satu, dan dia ayahku.

Mamaku, seorang yang sangat pemarah. Tak ada hari tanpa ceramah dirumah.Apapun yang terjadi dihari itu, baik itu senang, sedih, atau kecewa, ada saja waktu untuk ceramah. Jarang akur dengan ayahku, tak tau juga kenapa, tapi bisa nikah dan mempertahankan hubungan selama25 tahun, keren!! Itulah sebuah komitmen menurutku. Berbeda dengan ayah, mama-ku sangat terobsesi dengan pekerjaan. Mungkin beliau sadar kalau penghasilan sebagai guru tak mencukupi untuk membiaya studi dan uang bulanan kedua anaknya. Dan aku pun sependapat. Semuanya selama 4 tahun aku studi dimalang dibiayai oleh mama-ku. Hebat bukan? Kalian yang berjenis kelamin perempuan jangan sampai kalah dengan mam-ku ya ^^ eettss… tapi jangan terlalu pemarah, serius ini.

Mama-ku, orangnya sangat perhatian. beliau yang selalu menegur-ku setiap aku cerita pacaran atau pacar-ku ataupun perempuan yang sedang dekat dengan-ku. Beliau tak suka mendengar aku pacaran, apapun alasannya. Kalau kuliah, ya jangan pacaran dulu. Mama-ku yang selalu menjaga-ku dengan siapa aku berteman. Mama-ku juga yang selalu mengunci pintu rumah ketika aku pulang lewat jam 10 malam.

Itulah ayah-ku, dan itulah mama-ku. Mereka hanya ada satu di dunia ini. Buat apa penulis malu dengan mereka. Tak ada alasan yang pantas untuk pembenaran. Bagaimana penulis bisa malu dengan kekurangan yang ada pada mereka berdua? Oh, Tuhan. Maafkanlah anak-Nya ini. Tak pantas penulis berpikiran seperti itu.

Siapa di dunia ini yang pernah menyuapi penulis ketika masih balita? Mereka berdua. Siapa juga yang membersihkan kotoran penulis waktu itu? Mereka berdua. Dan pantaskah penulis malu? Seharusnya penulis malu pada mereka berdua yang sampai saat ini masih belum bisa ngasih apa-apa. Penulis malu sekali pada orangtua sendiri. Apapun mereka lakukan untuk membiayai kedua anaknya di Malang agar hanya fokus bekuliah tanpa memikirkan biaya.

Puji Tuhan, orangtua-ku memang special. Maafkan anak-Mu yang baru saja menyadariNya.

Senin, 21 September 2015

Melis : Sisi gelap

 

dan hal yang paling aku tak sukai terjadi lagi.-Aulia Rahmeen

 

Sudah berpuluh-puluh kali aku mencoba menelpon Melis, dan berpuluh-puluh kali juga dia tidak mengangkatnya. Hampir seharian tak ada kabar. Sejak tadi pagi sampai sekarang, dimana jam sudah menunjukkan pukul 17.04 wib. Lost contact.

Ada apa gerangan? Jangan membuat aku bingung.

Teringat tadi malam, ketika aku terbangun pukul 3 dinihari. Seperti biasa, ku mencoba meraih hape-ku lalu mengucapkan selamat pagi ke kamu, hei pujaan hati-ku.

Namun, aku tak menemukan kontak-mu. Hilang, seperti ditiup mimpi. Atau benar, aku sedang berada di alam mimpi?

Ku pijimkan mata-ku, mencoba mengingat-ingat kejadian tadi malam.

Semua ingatan sudah ku jamah, anehnya tak kutemui memori yang mendukung sikapmu hari ini. Aku tak ada melakukan kesalahan. Bertengkar pun, gak mungkin, tak pernah sekalipun kita bertengkar.

Hari yang aneh, ceritai ini butuh jawaban.

***

 

selamat, kamu berhasil membuat hidup-ku terasa hampa dengan pikiran tak jelas hari ini, 21 september 2015”- Aulia Rahmeen

 

Selepas sholat magrib, aku melihat sebuah penggilan tak terjawab di layar hape-ku. Terpampang jelas, sebuah nama, Nyonya, itu nama samaran-mu dihape-ku. Ku tepuk pipi kiri-ku, seakan masih belum percaya itu panggilan dari kamu. Ku tepuk lagi pipi sebelah kanan, untuk apa? Biar imbang aja.

aarrrrrggghhh,,, kenapa aku bisa tak mendengarnya.

Refleks, ku telpon balik dan dia langsung mengangkatnya. Suara kamu akhirnya terdengar di lobang telinga-ku. Suara yang sejak pagi ku tunggu-tunggu untuk memberikan penjelasan atas kebingungan yang kau ciptakan.

Ada apa gerangan Mel?

kamu menjawab pertanyaan-ku dengan suara aneh. Kamu berbicara dengan tidak jelas. Sesekali kamu juga tersedu-sedu.

Eh, kamu lagi menangis Mel.

Kenapa?

Kamu mulai bercerita, hatimu sedang bimbang, seperti terjadi konflik yang maha dahsyat dari dalam lubuk hati paling dalam. Sebuah perasaan tidak enak. Dan menangis adalah cara-mu untuk melampiaskan perasaan itu.

Penyebabnya apa?

Kamu bilang, tak tau kenapa sepanjang hari perasaan kamu sedang bergejolak tanpa ada penyebeabnya. Lebih tepatnya kamu tak tau akar penyebabnya. Hal itu membuat aku bingung, apalagi kamu juga makin bingung ketika terus ke cerca pertanyaan itu.

Coba kamu cerita sedikit demi sedikit dulu, bisa?

Kamu mulai membuka, tapi dengan sedikit hati-hati.

Aku gak mau buat kamu kecewa, aku gak mau kamu menghilang setelah tau ini semua

Iya, terus, lanjutkan cerita-mu?

aku masih memikirkan mantan-ku. Aku masih mengingat mantan-ku. Maaf.

Kamu mengucapkan itu sambil mengakhirinya dengan sebuah tangisan yang semakin keras.

Aku bingung, apakah cewek selalu begitu?

Kata maaf sudah hampir ratusan kali keluar dari mulut-mu. Sepertinya kamu menyadari kalau itu salah.

Tapi aku menyadari kalau itu lumrah. Aku mencoba meringankan beban pikiran-mu. Aku tak mungkin bilang kamu salah ketika kamu sedang dalam posisi rumit seperti itu. Meski sebenarnya aku tak suka dengan ini semua.

Ku bilang, wajar kamu masih ingat mantan-mu. Kamu sudah pacaran bertahun-tahun. Pasti banyak memori yang udah kamu lewati. Sedangkan kamu dan aku hanya dua bulan. Aku sadar, tak mungkin bisa menghapus memori yang terbangun selama bertahun-tahun dengan cepat, apalagi kita baru dua bulan. Semua butuh proses, mari kita jalani berdua proses itu. Jangan sendirian. Kamu harus selalu cerita, dan jangan pernah dipendam. Itulah fungsi hadirnya diri-ku untuk-mu.

Tapi aku jahat samu kamu, aku udah mengecawakan orang seperti-mu.seharian aku belum makan, belum mandi, hanya mengurung diri dikamar, karna aku tau yang ku lakukan ini salah.

Aku tak bisa mengeluarkan kekecewaan-ku, aku hanya bisa membantu untuk tak menambah beban pikiran-mu.

Mel, kamu gak usah memikirkan apa aku akan kecewa dengan itu, aku tak pernah kecewa. Aku selalu bahagia selama bersama-mu. Kamu gak usah bilang maaf terus, kamu tak punya salah ke aku, walaupun kamu punya salah, sudah aku maafin sebelum kamu minta maaf.

Aku tak tau apakah itu jawaban yang tetap yang harus ku ucapkan ke kamu. Semoga tak menambah beban pikiran-mu.

***

 

aku masih punya keyakinan dengan-mu, Mel. Meski kecil. Sangat kecil.” Aulia Rahmeen

Sejak awal aku pacaran dengan-mu, perasaan ragu juga menghampiri diri-ku. Aku sadar, kamu baru putus dengan pacar-mu, dan aku tiba-tiba hadir untuk menggantikannya. Sulit. Dan terlalu sulit.

Aku seorang lelaki yang tak menyukai wanita yang masih mengingat mantan-nya, apalagi masih berhubungan dengan mantan-nya. Itu pernah terjadi pada cerita cinta-ku sebelumnya, sebelum dengan-mu. Setelah bertahun-tahun aku memperjuangkannya. Dan, aku mundur untuk mendapatkannya. Sayang sekali ya. Itu semua karena aku tak suka dia yang masih berhubungan dengan mantan-nya.

Sekarang? Tak mungkin aku mengulangi kesalahan yang sama.

Walaupun pengalaman sudah mengajarkan-ku banyak hal, aku belum menunup kemingkanan dengan-mu, Mel. Harapan itu selalu ada selama aku yakin, meski hanya kecil, sangat kecil sekali.

Dan, kamu tau mel? Aku memiliki hararan dalam diri-mu, walau kecil. Kenapa aku bilang kecil, karena lelaki memang ditakdirkan seperti itu. Seharusnya sebagai seorang lelaki aku harus tegas dengan perasaan-ku. Tak boleh berjudi seperti Tapi aku memiliki keyakinan, selama dengan-ku kamu akan melupakan mantan-mu. Meski aku tak akan mendapatkannya dengan instan.

***

 

Aku pun masih memiliki harapan, bahwa suatu saat nanti kamu akan menyadari, masa lalu hanya sebuah kenanagan, jika mau di ingat, ingatlah seperlunya, tak perlu untuk mengulanginya.” Aulia rahmeen

Semakin malam, semakin terlihat sisi gelap dari dalam diri-mu, mel. Sesuatu yang selama ini kau pendam dengan rapat, sudah tak kuat lagi kau simpan. Kalau terus kau simpan, hanya menghasilkan beban dan air mata yang lebih parah dari sekarang kau alami.

To the point, aku hanya ingin kau jujur. Ceritakan semuanya.

Perntanyaan dari-ku seakan membuat kamu tertekan, dan berhasil membuat kamu yakin untuk bercerita habis-habisan malam itu.

Sebenarnya ada satu hal yang tak bisa terucap dari mulut-ku. Karena ku tau, aku akan kehilangan diri-mu selama-lamaya, kamu tak akan memaafkan-ku.

Au, aku masih cinta sama mantan-ku. Perasaan ini masih ada. Dan bukan untuk kamu.

Sayang –ku memang untuk kamu, tapi cinta-ku masih ada dimantan-ku. Aku masih cinta mantan-ku.

Lelaki seperti apa yang tahan mendengar pengakuan seperti itu?

Lelaki berhati baja pun akan luluh, hancur, dan apa lah itu. Tapi sekali lagi, aku tak mau menambah beban untuk-mu, Mel. Aku tak bisa meluapkan kekecewaan-ku

***

 

“Aku sayang sama kamu, cinta sama kamu, tapi gak tau kalau esok, apakah masih bisa seperti itu?” Aulia Rahmeen

Masih ingat, malam itu kau hanya bilang, silakan nanti kamu sholat istiharoh, minta petunjuk. Aku tak akan membebani-mu, kamu bebas, silakan memilih. Yang penting, kamu harus bahagia, dengan siapa pun itu.

Aku sayang kamu tapi cinta-ku masih ada dimantan-ku. Aku harus gimana?

Pertanyaan-mu itu membuatku tak kuat lagi. Aku belum negerti apa arti dari pertanyaanmu. Itulah alasan-ku hanya bisa menyuruh-mu sholat istiharoh tanpa memberikan solusi,

Sekarang semua keputusan ada ditangan-mu. Jika kamu memilih mantan-mu silakan, ku hargai. Begitu juga, kalau kamu milih-ku, silakan renungkan pilihan itu. Kamu harus menyadari apa arti memilih dan meninggalkan. Dan kamu jangan takut lagi untuk menyakiti dan disakiti. Serta jangan menyimpan apa pun, karena itu hanya menjadi beban bagi diri-mu, tidak bagi-ku.

***

 

Ending

Mel, kita saling menyadari jarak dapat mempengaruhi sebuah hubungan. Namun, ketika ada waktu lenggang, akan ku usahakan untuk main ke Surabaya, kamu pun begitu. Selama aku di Malang kamu gak tau aku sedang ngapain, sama siapa, meski kadang ku kasih tau aku lagi dimana, walau tak semua. Begitu juga dengan kamu, aku tak tahu menahu apa yang kamu lakuin disana. Dibohongi pun, aku tak tau. Aku pun begitu, aku bohongi pun, kamu gak tau. Aku juga sering ngumpul-ngumpul sama teman-teman-ku, cewek, cowok, ya mereka memang teman-ku. Aku gak suka dibatas-batasin kalau soal teman. Tapi aku tak akan mencintai cewek lain selain kamu selama kita masih pacaran. Aku tak akan membagi cinta-ku ketika kamu masih pantas untuk ku cintai. Aku juga punya keyakinan kamu gak akan mengotori hubungan kita. Meski kamu sudah mulai menggoyahkan keyakinan itu. Sekarang aku hanya akan menjalani, mengikuti cara-mu. Dan harapan-ku bisa melihat kamu bahagia.

Senin, 24 Agustus 2015

nona-ku, always.

“maaf, aku belum bisa bersikap dewasa.” - traveliya

Mengambil sebuah keputusan adalah hal yang amat sulit bagi sebagian remaja, termasuk aku. Tak jarang keputusan yang diambil keliru yang berujung penyesalan. Atau bisa juga (kebetulan) tepat.

Dulu, awal tahun 2015 aku punya e-resolusi. Aku harus memulai semua hal dengan suasana baru. Pembaharuan dalam sikap, perubahan dalam rutinitas, termasuk rutinitas tentang kedekatan-ku dengan seseorang.

Dia memang dekat dengan-ku. Aku pun merasa dekat dengan-nya. Tapi aku sudah memutuskan, bulat.

Aku ingin melupakan dia. Jauh dari kehidupan dia. Dia yang bernama Paramita Wulandari atau nona-ku. Tak habis pikir, aku sudah sangat yakin dengan tekad itu. Padahal, aku hanya mementingkan ego-ku saja. ego yang menginginkan aku untuk mencari seorang nona baru karena nona sekarang sudah kadaluarsa.

Sekarang, aku menyesal. Sungguh menyesal. Tapi dibarengi senyum bahagia. Bahagia karena aku sudah menyadari langkah yang ku ambil keliru, tak mungkin bisa dilanjutkan karena tak sesuai dengan hati nurani. Jauhkan ego dalam mengambil keputusan.

Tak semua keputusan buruk berakhr dengan buruk. Banyak sekali pelajaran yang dapat ku ambil dari ini semua, semoga aku bisa menjaga dan mengontrol ego. Aku harus banyak belajar dan membaca lagi.

Hai nona, kau tau, kamu hanya satu. Nona ya cuma nona. Seberapa pun jauh jarak yang ku tempuh, sebanyak apa pun cewek yang ketemui, tak akan ada yang bisa menggantikan kau, nona. Tak ada nona yang lain, tak ada nona yang baru, hanya kamu nona.

Goresan cerita kita akan tetap ada, dan semoga akan terus berjalan.

Sampai kapan pun kamu adalah nona-ku. Bagian dari kisahku.

Minggu, 16 Agustus 2015

Grandma, What’s Up!!!!!

“wanita tua yang mengasuhku, wanita tua yang membacakan dongen sebelum tidur, wanita tua yang memberikan uang jajan. Dia nenek-ku, salah satu malaikat-ku ketika kecil.”- traveliya

Sabtu, 15 agustus 2015, aku mendapat telpon dari adik-ku yang mengabarkan nenek-ku sedang sakit parah. Beliau tak sadarkan diri.

Malam hari-nya aku membeli tiket pesawat setelah bulat memutuskan untuk pulang kerumah. Namun, tiket untuk jadwal penerbangan malam sudah sold out. Refleks, aku memutuskan untuk membeli tiket besok pagi. Dan untung masih tersedia.

Dengan packing singkat aku berangkat dengan dijemput travel jam 5 pagi hari. Hanya butuh waktu satu setengah jam aku tiba di bandara juanda. Ketika itu aku tak sendirian. Aku bersama pacar-ku, melis. Dia yang mengantarkan dan menemani-ku selama menunggu waktu check-in.

Rasa sedih juga, ini pertama kali ada orang yang mengantarkan-ku ke bandara. Apalagi dia pacar-ku. Aku pun berpisah dengan-nya untuk check in ke dalam bandara.

Saat aku berjalan menuju meja petugas, seperti ada yang mengikuti langkah kaki-ku dibelakang. Ku palingkan tatapan kebelakang, ada seorang lelaki berpakaian rapi. Dia menawarkan-ku untuk bertukar tiket, karena clien­-nya masih dalam perjalanan.

Aku sih oke-oke aja, tak salahnya membantu orang. Apalagi menguntungkan bagi-ku juga. Namun, aku merasa aneh, sehingga aku tetap siaga dan berhati-hati.

Akhirnya, pertukaran jadwal berjalan lancer, dan aku tiba di Banjarmasin lebih cepat dari jadwal semula.

Perjalanan ku lanjutkan dengan naik taksi antar-kota. Butuh waktu 4 jam untuk sampai ke rumah.

Pukul 5.00 WITA aku sampai dirumah. Spontan ku lepas sepatu, besalaman dengan ayah dan ibu-ku sambil menari dimana nenek-ku.

Nenek-ku menangis melihat cucu kesayangan-nya datang. Lama sekali beliau menangis. Hal itu membuat aku terharu.

Ku lihat, ingin sekali beliau berdiri dan memeluk-ku. Tapi tak mampu, untuk membuka mata pun beliau sangat sulit.

Ku peluk nenek-ku, ku kecup kening-nya. Terasa sangat panas tubuh beliau. Pasti sangat sakit.

Sekali lagi beliau menangis, seperti menandakan kalau beliau ingin sekali berdiri, memeluk-ku, dan memandangi-ku. Namun keadaan tidak sedang berpihak dengan beliau. Alhasil, hanya air mata bisa menggantikan itu semua.

Hari ini, sudah memasuki hari ketiga semenjak beliau sakit. Sakitnya tidak terlalu parah. Tekanan darah beliau rendah, sangat rendah. Hal itu yang menyebabkan sampai sekarang tak bisa berdiri sendiri, analisku.

Nenek-ku mencurahkan hatinya kalau beliau ingin sekali berdiri, berjalan, dan beraktivitas seperti biasa. Tapi ketika sudah berdiri, dunia seperti berputar, tak mengijinkan untuk berdiri.

Tak ada yang bisa ku lakukan, selain menemani nenek-ku, mengantarkan ketika mau ketoilet, dan membuatkan minum ketika beliau haus.

Tubuhnya semakin kurus, tapi aku selalu memegang teguh, kalau semua akan kembali ke Maha Kuasa. Tapi setidaknya aku bisa menjaga beliau seperti apa yang nenek-ku lakukan ketika ku kecil dulu.

sekarang, aku tak tau kapan balik ke malang. selama tak ada hal yang terlalu mendadak, aku disini, untuk nenek-ku.

Minggu, 02 Agustus 2015

Melis–telepon pertama-

Tadi malam pukul 00.00 terjadi perbincangan yang cukup panjang via telepon. Kejadian yang tidak direncanakan sama sekali. Awalnya hanya sms-an, kemudian aku telat memerikan balasan. Aku cukup sibuk karena ada kerjaan bersih-bersih. Dia pun nge-sms sampai 3x, rupanya dia menyangka aku sedang marah.

Aku yang cuek ini bisa marah? Tanyaku pada diri sendiri.

Setelah sms yang ke-3 gak aku balas, muncul-lah inisiatif-nya untuk menelpon. Paniknya membuat aku terkejut. Sebegitu penting-nya kah aku dimata Melis? Well, liat saja.

Obrolan kami dimulai dengan hal-hal ringan saja. Namun, semakin malam, semakin mengarah dewasa. Melis juga meladeni dengan baik.

Tak tau kenapa, aku suka perhatian-nya.

Tak tahu kenapa, aku tahan telepon-an sampai satu jam.

Tak tahu kenapa, aku mau di ajak telepon, yang menurut-ku kaya anak ABG aja.

Suara-nya, ketawa-nya, owh… ist so sexy.

Melis lagi kangen kepada-ku. Setidaknya itu yang dia ucapkan saat menelepon-ku. Aku hanya bisa memberikan ketenangan dengan suara malam itu, bukan dengan kehadiran disamping-nya. Aku juga sering minta maaf kalau tak bisa selalu hadir menemani-nya. Dan perlu digarisbawahi, aku tak pernah berhasil menjalin hubungan jarak jauh. Suka pun tidak, sekarang? Pengecualian.

Aku mimiliki perasaan yang sangat dalam kepada Melis. Sayang, cinta, atau suka, apa pun itu, aku hanya ingin membahagiakan-nya.

Ternyata dia mencintai-ku sudah lama. Sejak empat tahun yang lalu. Tapi dia takut atau masih belum membedakan apakah itu perasaan suka, cinta, atau sayang. Bagi-nya aku adalah teman dan sahabat terbaik-nya. Dia bercerita lepas malam itu.

Aku tak pernah menyangka akan hal itu. Meski aku juga berpikiran yang sama tapi taka da niatan untuk menjalin hubungan dengan-nya empat tahun yang lalu.

Kalau hubungan ini terjadi empat tahun yang lalu. Arrgghh.. pasti sudah hancur. Aku masih ke kanak-kanak-an. emosi-ku masih rentan. Tak mungkin bisa mengimbangi Melis yang dari dulu sudah keliatan dewasa.

Da sekarang? Aku pun tak tahu, apa ini waktu yang tepat untuk kami menjalin hubungan.

Sabtu, 01 Agustus 2015

Melis -tentang logika dan perasaan-

Hari-hari berikutnya aku makin merasakan perhatian Melis yang mengebu-gebu. Tak pernah ku sangak dia sangat detail memperhatikan pacarnya. Bisa ku tebak, mantan-mantanNya dulu juga diperlakukan begitu oleh Melis. Sungguh beruntung sekali kalian, tapi lebih beruntung lagi aku.

Seiring berjalannya waktu, aku mulai nyaman, yakin dan mencoba menceritakan Melis kepada teman-teman akrab-ku. Mereka menyarankan jangan mengulangi kesalahan masa lalu, jaga Dia, serius, jangan main-main lagi. Mereka serius menginginkanKu lebih dewasa dengan hubungan sekarang ini.

Dia selalu memulai nge-sms tiap pagi. Sedangkan aku sering ketiduran ketika lag isms-an pada malam hari.

Sebenarnya aku males sms-an terus. Males mikir kalau yang dibahas sudah gak ada lagi. Tapi Melis beda, dia selalu memulai, membawa suatu bahasan yang menjadikan keadaan tak lagi membosankan. Aku suka itu.

Apalagi harus nge-sms duluan, paling males. Aku selalu merasa, pacar harus nge-sms duluan, memberi kabar duluan, ngasih perhatian duluan, dan setelah itu baru aku balas berkali-kali lipat untuk dia. Sejak kapan ego-ku seperti ini? Ku juga sudah lupa.

Teman-teman-ku banyak yang ga setuju dengan ego seperti itu. Sudah lama mereka menyarankan untuk mengubah kebiasaan seperti itu.

Slalu ku coba tapi aku merasa belum menemukan wanita yang harus diperhatikan seperti itu.

Dan sekarang, mulai terpikir kalau orang itu Melis, mungkin.

Belum pernah aku menemukan wanita seperti dia.

Dulu, aku mengira dia wanita yang cuek. Ternyata dia wanita idaman. Aku takjub denganNya. Dan sekarang mulai tergila-gila.

Tapi ada satu hal yang masih membayang-bayangi isi kepala-ku. Aku masih berpikiran dia masih sakit hati karena baru-baru aja diputusin pacarnya. Seminggu sebelum kami jadian Melis baru diputusin pacarnya. Tapi beberapa hari kemudian, mantannya tetap menelpon sambil memanggil sayang. Aku tau itu setelah mendengar cerita dari Melis. Dia bercerita dengan nada kesal.

Logika-ku, dia mungkin sedang melampiaskan rasa sakit hati dan rasa kecewaNya kepada-ku. Tapi aku bukanNya tidak nyaman dengan keadaan sekarang. Sebaliknya, aku merasa dimanjakan oleh perhatianNya. Aku hanya berjaga-jaga. Tidak menjadi cowok yang polos.

Perasaan-ku, dia mungkin saja memang begitu. Seorang wanita yang perhatian. Yang mudah sekali move on. Tak begitu mempersoalkan masa lalu. Fokusnya hanya apa yang dia jalani sekarang ini.

Dua hal ini, baik logika dan perasaan, harus tetap ada pada setiap lelaki. Dan aku lebih suka logika dan perasaan dapat berjalan berdampingan selama menjalin hubungan dengan Melis.

Rabu, 29 Juli 2015

Melis *

--

Hari selanjutnya ku beranikan diri untuk mengajaknya kencan. Sore hari kami agendakan untuk berdua, pertama kali sejak awal pacaran.

Ketika menuju rumahnya, jantung berdetak tak seperti biasanya. Selain takut canggung, aku juga masih belum siap ketemu ayahnya, seorang intel tentara.

Sesampai dirumahnya, tak keliatan ayahnya, ibu melis pun terlihat sangat sibuk jadi kami putuskan untuk langsung saja.

--

Sesampai di alun-alun kota, kami duduk sambil melihat orang yang sedang asik bermain bola. Sesekali kami mencoba untuk mengobrol. Tak ada kesulitan yang terjadi, kami selalu punya sesuatu untuk dibahas bersama.

Indah, sungguh indah, kau cantik hari ini dan seterusnya.

SenyumNya, ketawaNya, dan sopanNya dia setelah menjadi pacar sungguh membuat ku hanya bisa slalu bersyukur.

--

Besok adalah hari rabu. Hari rabu adalah hari terkahir untuk bisa bertemu sebelum kami berpisah.

Sudah tiba waktuKu untuk kembali menjadi anak perantauan. Hari kamis aku putuskan untuk ke Malang, meninggalkan orang yang ku sayang.

Siang hari aku memintaNya untuk datang kerumahku. Tapi dia sedang sibuk. Sore hari gentian dia yang mengajak untuk jalan, tapi aku sibuk. Disini kami mulai cemas, takut tak bisa bertemu, melepas kangen yang sudah menjadi-jadi.

Akhirnya malam hari kami bisa meluangkan waktu untuk menikmati kebersamaan. Sebenarnya sudah sering kami jalan berdua tapi dengan status pacar, sungguh dia sangat berbeda. Dia selalu menonjolkan kasih sayangNya yang belum pernah diperlihatkan ketika masih berteman.

Malam hari sekali kami mengelilingi kota Barabai. Melewati jalan perkotaan, lanjut ke alun-alun, dan lewat depan SMA kami dulu yang penuh dengan kenangan.

Jam 10.00 pm dia mengantarku sampai depan rumah. Dia sedikit malu ketemu orangrua. Aku paham itu, aku juga mengalaminya. Ku persilakan dia langsung pulang tanpa mampir. Dia mencium tanganku layak isteri ke suami. Ku suka. Dikeheningan malam, jalan depan rumahku sudah sepi, ingin sekali memelukNya malam itu. Tapi tak mungkin ku paksakan

Senin, 27 Juli 2015

Melis

Hari kedua pacaran masih berlalu dengan rasa sedikit canggung. Dia sudah memanggilku sayang, dan menggunakan bahasa sopan ketika sms-an. Asik dan romantis, hanya itu yang kurasakan saat berstatus pacaran dengan dia meski aku merasa canggung dengan sebutan sayang.

Belum ada pertemuan antara kami berdua sejak hari special itu. Aku atau dia masih mencari-cari alasan untuk bertemu. Hasrat kami untuk bertemu memang sudah tak tertahan lagi.

Rasa sayang mulai tumbuh dari dalam hatiku. Ingin sekali menyalurkannya. Ingin sekali mengobrol mesra. Ku ingin dia, saat ini juga hadir di depanku.

Tapi ada rasa ketakutan yang masih membayangi-ku. Apa yang harus ku lakukan ketika bertemu dengan dia?

Canggung? Mungkin saja.

Saling tatap doang? Hmm…

Diam-diaman? -_-

Saling balas senyum? Indah juga.

Ketawa-ketiwi? Ya, kurasa ini.

Apapun yang terjadi nanti semua masih menjadi tanda tanya. Ingin segera ku bertemu denganNya. Semoga saja.

Minggu, 26 Juli 2015

#Edisi Khusus

jangan terjebak dengan nama rasa nyaman. Berevousi-lah. Meski belum tau itu akan berdampak positif atau negatif, jalani saja dengan penuh harapan.” - #traveliya

Sebuah edisi khusus tentang penulis yang akan bercerita tentang seseorang wanita. Namanya Melis, usianya kurang lebih denganku. Tanggal 27 juli 2015 aku memproklamasikan kisah asmara denganNya. Dia hanya merespon dengan senyum sambil mengangguk tanda setuju dengan hari yang bersejarah ini.

Kisah kami lumayan panjang. Pertemanan kami sudah memasuki tahun keenam sejak pertama kali kenal.

Kali pertama kenal ketika masa putih abu-abu, kelas 2 SMA. Dua tahun kami menempati kelas yang sama untuk mengejar cita-cita. Pertemanan kami pun semakin akrab, dan lebih akrab lagi.

Dulu jalan cinta kami berbeda, sejak kelas dua dia tahu aku pacaran dengan cewek yang juga sekelas dengan kami. Dia juga tahu kalau akhirnya aku juga putus.

Melis, setahu-ku juga diantar pacarnya tiap mau sekolah, bahkan dijemput juga. Wajarlah, anak muda. Kisah cintaNya, romantic.

Kelas 3, aku punya pacar lagi. Melis juga kenal dengan pacarku ini meski ga sekelas saat kelas 3 tapi sekelas saat kelas 2.

Melis, sudah putus dengan pacar yang sering mengantar-jemputnya. Dia jadian lagi dengan cowok, temanku, sekelas lagi. Tapi hanya berumur tiga bulan.

Saat awal perkuliahan, aku putus dengan pacarku. Dan kami dipertemukan lagi dengan sebutan yang lebih dewasa, mahasiswa.

Melis, melanjutkan studi disurabaya, bertetanggaan dengan tempat studi-ku, Malang. kalau ada waktu luang, kami sempatkan untuk saling menengok. Melis yang paling sering main ke Malang, 3x dia main ketempat kos-ku. Sedangkan aku hanya 1x main ketempat dia. Padahal aku beberapa kali disurabaya, tapi karena aku berdua sama cewek, jadi gak enak hati untuk mampir.

Jarang ada kontak antara kami karena kami memang hanya teman biasa. Tapi ya tetap, gak pernah kami lost contact. Kalau ganti nomer, pasti ngasih tahu. Kenapa ya? Mungkin sama-sama perlu.

Kalau liburan pun kami sempatkan untuk ngumpul, saat kami balik ke kempung halaman masing-masing. Rumah kami satu kabupaten, meski lumayan jauh. Butuh waktu 15 menit untuk sampai di depan rumahnya.

Selama melanjutkan studi di jawa timur, kami (mungkin) saling tahu satu sama lain kalau sering gonta-ganti pasangan. Berhubung kami berteman di media social yang dijadikan tempat untuk berbagi kemesraan dengan pasangan dalam bentuk foto.

Meski begitu, pertemanan kami selalu berjalan seperti yang dulu. Tapi perlu digarisbawahi bahwa taka da suatu pertemanan yang mulus begitu saja. pertemanan kami pun naik turun, marah-marahan, saling menjauh, dan banyak hal lagi.

Akhir-akhiri ini, aku sering menghabiskan waktu bersamanya. Selang hari, ketemu. Selang beberapa hari, bertemu lagi. (mungkin) karena kebiasaan berdua terus menerus membuat hati kami menginginkan status yang lebih. Sebuah hubungan yang dapat menyalurkan kemesraan dan kasih sayang. Yaitu pacaran.

Melis memang sudah dikenal sama orangtua-ku. Begitu seringnya Dia main kerumahku, tak terhitung sudah. Kadang membantu saat ada hajatan.

Aku, baru akhir-akhir ini main kerumahnya. Meski dulu pernah sekali untuk menemani-ku kesebuah acara maulid-an temanku, yang ternyata teman melis juga. Cuma dengan bapaknya yang belum ku kenal. Akhir-akhir ini, Melis sering bercerita tentang-ku. Hal itu menyadarkan-ku terlalu sering ngajak jalan dia. Ternyata melis gak pernah dijemput cowok untuk diajak jalan-jalan sebelumnya. Dari situ mungkin orangtuaNya penasaran, lalu melis jadi banyak dicerca pertanyaan. Ku rasa melis dapat menjelaskan semuanya.

Hubungan kami semakin dekat, apalagi baru putus sama pasangan masing-masing. Awalnya, baik aku mapupun melis ragu menuju jenjang pacaran. Yup, kami sudah terbiasa berteman, dan ngomong seadanya saat lagi bersama.

Akhirnya, kami pun setuju untuk berpacaran. Semoga saja tidak terjadi kecanggungan, tetap nggak ja’im, dan apa adanya dalam menjalin hubungan ini.

Sungguh, aku mencintainya, sangat mencintainya. Sekarang ku hanya berharap dia juga begitu.

Kamis, 23 Juli 2015

#2.5

rindu adalah semangat untuk tetap memiliki sebuah harapan.” – traveliya

Kami bergerak menuju Genteng, sebuah kota yang berdiri tegak di atas gunung. Tak perlu mendaki untuk ke sana. Cukup dengan menaiki kereta gantung yang tak semahal di Singapore.

Tujuan kami adalah sebuah bangunan mirip istana kerajaan yang berdiri tegap di atas gunung. Dalam perjalanan, pemandangan hutan yang dipenuhi monyet-monyet akan terlihat sangat dekat. Kami habiskan waktu perjalanan untuk berfoto di dalam kereta gantung. Untuk keselamatannya sudah sagat standart. Jadi, santai dan nikmati perjalanan anda.

Kulit kami merinding menyesuaikan dengan suhu dingin Genteng tatkala baru menginjakkan kaki disana. Ketika menengok ke atas, terlihat separuh bangunan tertutup awan.

Yang terkenal ditempat ini adalah judi legal disamping permainan yang sangat lengkap. Tak terhitung berapa jauh sudah kami berjalan kaki mengelilingi bangunan ini. Seperti tak berujung, sangat luas sekali.

Tak lupa untuk mengabadikan momen selama di genteng. Meski sangat dingin, tempatnya tak pernah sepi pengunjung.

Kami tertarik dengan aroma gorengan tadi sebuah tempat yang baru kami lewati. Kami sempatkan untunk singgah dan membeli beberapa gorengan. Yang paling ku suka kala itu adalah gorengan duren, yang lumayan cukup untuk memanaskan badan.

Setelah puas menikmati wisata meski kami hanya melihat-lhat saja. perjalanan pulang dimulai, tujuan selanjutnya adalah KL, tween tower.

Malaysia juga tak mau kalah soal transportasi. Mereka juga memiliki MRT, yang menghubungkan tempat-tempat yang ramai dikunjungi, seperti merjid, mall, hotel, pusat oleh-oleh, pusat tempat makan, dan lain-lain.

Beda dengan Jakarta, meski belum pernah kesana, sering ku dengar berita tantang kemacetan. Di Negara tetangga, kita tak perlu lagi bermacet-macetan. Cukup dengan naik MRT, tak perlu ada kontak kaki dengan aspal. Kita seperti punya kota sendiri di atas. Its very amazing!

Langkah kami sudah tak sabar untuk memasui tween tower. Tiba-tiba kami menghentikan langkah untuk berfoto ria sebentar di depan bangunan pencakar langit tersebut.

Setiba di dalam tween tower, kami dibuat takjub. Ternyata di dalamnya persis seperti mall. Berbagai macam merk jam tangan dan clothing terkenal berjejer rapi.

Setiap langkah kami terlihat sangat gagah dengan memikul tas carier yang beratnya 20 kg lebih. Mungkin sedikit terlihat aneh, tapi kami layak disebut backpacker tersesat di mall.

Seharian penuh kami habiskan mengelilingi Malaysia dengan biaya yang lumayan murah. Tak ada tujuan wisata lagi, kami hanya menghabiskan uang sembari menunggu keberangkatan pesawat.

Mulai dari kuliner, oleh-oleh, berfoto, berjejelan di MRT, dan sampai ketemu seorang penjual nasi kuning asal sumatera. Beliau terlihat sudah cukup tua, kulitnya keriput. Hanya di warung ibu ini kami selalu membeli makanan. Disamping murah, rasanya juga mirip dengan masakan Indonesia.

Matahari mulai bergerak tinggi menandakan untuk segera menuju bandara dan meniggalkan Malaysia. Dalam perjalanan menuju bandara, kami melewati sepang, sebuah sirkuit yang terkenal di Moto GP. Hasratku pengen mampir tapi apa daya bus yang kami tumpangi tidak berhenti di sepang melainkan di depan terminal udara.

Perjalanan panjang kami berakhir ketika kami kembali menginjakkan kaki di bandara juanda, Surabaya. Lalu kembali ke malang berbantuan travel. Dan sampai di kos. Lalu semua tertidur lelap. Minggu yang indah, seperti mimpi. Gnite.

Rabu, 22 Juli 2015

#2.4

aku sadar satu hal, aku tak bisa terus-terusan bergantung pada seseorang.” #traveliya

Pagi hari, tgl 26 januari 2012 kami menuju Singapore menggunakan bus. Setibanya di sana, kami disambut bangunan khas ala Eropa. Sebenarnya di Indonesia juga banyak bangunan seperti ini bekas peninggalan belanda. Namun di Singapore semua tersusun rapi, dengan tata kelola kota yang baik. Selama di Singapore kami banyak menghabiskan tempat wisata dengan berjalan kaki. Karena taksi sangat mahal. Pernah kami mencoba nego dengan salah satu taksi yang kami temui di jalan, tapi sang supir menjelaskan mereka akan disanki karena telah melanggar peraturan.

Sangat disiplin, itulah rakyat Singapore bahkan para wisatawan harus mengikuti peraturan mereka. Orang yang tidak teratur akan menjadi atau terpaksa disiplin selama di sini.

Kami berempat tak begitu menemui kesulitan untuk mengikuti peraturan mereka terkecuali merokok. Kasian sekali teman-temanku ketika mau merokok harus menengok kanan kiri terlebih dahulu untuk mencari label tempat merokok. Bahkan pernah mengelilingi kota hanya untuk mencari tempat yang ada labelnya.

Menikmati kota ala eropa dengan berjalanan kaki membuat perut lapar. Yes, kami menemukan rumah makan padang. Sudah sangat kangen dengan masakan Indonesia yang khas rempah-rempahnya.

Kami keluar dari rumah makan dengan wajah kurang puas. Sungguh, rasanya tidak enak. Bisa dibilang itu bukan rending. Gak pedas samasekali, ga ada paduan rempah-rempah dikuahnya. Sebenarnya tak masalah dengan rasanya karena di Indonesia juga banyak menjual rendang murah dengan rasa dibawah standart. Tapi rasanya tidak sesuai dengan harga yang satu porsi 5 dollar Singapore atau 40ribu.

Kami melanjutkan perjalanan dengan tujuan marina bay atau lebih dikenal patung singa. Disana kita juga dapat melihat kapal nabi nuh yang menyangkut tinggi di atas bangunan pencakar langit.

Kami berubah selama disingapore. Yang biasa menyeberang sembarangan, sekarang kami harus mencari zebra cross terlebih dahulu. Yang dulu buang sampah sembarangan, sekarang masukin saku, yang dulu jomblo, sekarang ya tetap, ha ha.

Singapore juga lebih maju dari Indonesia dalam hal transportasi. Kemana-mana kami dimanjakan dengan MRT, tidak berbeda jauh seperti di tailand. Tapi Singapore menggunakan MRT lebih tanah, lebih keren. Tapi aku mengeartikannya, karena lahan di Singapore sangat terbatas, kemudian dengan kepintaran orang-orang yang ada disana maka dibangunglah MRT bawah tanah. Mall, pasar, atau apa pun itu, semua menggunakan tata kota bawah tanah. Its very amazing!

Dengan berjalan kaki, kami melanjutkan perjalanan dari station. Indah sekali Singapore. Dalam hati aku sempat berkata “ indahnya Singapore karena dibuat-buat, beda dengan Indonesia yang indah karena alamnya” aku melanjutkan dengan senyuman.

Sesampai di marina bay, kami sempatkan untuk foto-foto lalu dilanjutkan menikmati bay atau teluk yang dikelilingi bangunan pencakar langit. Tidak lupa untuk menikmati kapal nabi nuh, dan keindahan lainnya.

Setelah puas, kami memutuskan untuk makan siang. Sekarang dengan sedikit hari-hari. Sudah diputuskan untuk pergi ke KFC sebuah gedung bertingkat yang kami lihat dari kejauhan.

Sesampai disana, agak sedikit minder sih, rata-rata yang makan disana orang-orang berdasi. Ya biarin lah, kan sama-sama bayar. Kami pun makan denga lahap. Yummy….

Sehabis makan aku memandang takjut tata kota disini. Tiap gedung dihubungkan dan pasti terhubung dengan rumah makan. Ketika mau makan tak perlu panas-panasan untuk keluar membeli makan. Cukup melintasi jalan berupa terowongan untuk pergi ke rumah makan. Its very amazing.m

Setelah itu kami istirahat disebuah masjid setelah mengitari rusunawa dengan puluhan lantai. Dimesjid aku sedikit teringat dengan debat kami untuk berangkat ke universal studio. Aku dan zay setuju bernagkat, sedangkan sebaliknya dengan dua lainnya. Memang lumayan mahal hanya untuk menuju pulau sentosa, menyeberang dengan kereta gantung dengan biaya 50 dollar atau 400ribu.

Memang kehidupan di Singapore sangat beda jauh. Sore hari kami putuskan untuk pulang karena tak mungkin kami bertahan lebih lama lagi dengan kehidupan sngat glamour.

Kami pulang menggunakan bus. Dan jelas, harganya jauh sekali lebih mahal dari bus yang kami tumpangi di Malaysia. Sebelum pulang, kami sudah menghabiskan uang dollar untuk membeli cindera mata khas Singapore yang menurutku biasa sekali.

Sudah bulat tekat kami untuk menghabiskan sisa liburan di Malaysia.

*next, kami akan liburan di tempat selatan Malaysia. Sebuah tempat yang di desain sebagai parawisata Malaysia. :)

Senin, 20 Juli 2015

#2.3

Perjalanan malam di mulai. Kota Bangkok juga sangat bersahabat dengan pelancong dengan uang pas-pasan. Hanya bermodal MRT dan jalan kaki, tak begitu banyak menghabiskan uang untuk keluyuran. Bebas macet pula, sungguh memanjakan.

Hal yang kurang mengenakkan dari Bangkok adalah susahnya mencari makanan halalan toyibah. Bagi seorang muslim seperti kami berempat, pasti sangat menghindari makanan paling populer diBangkok yaitu daging babi. Kami selalu makan di McD atau KFC. Bukan sombong tapi hanya main aman karena kami tak tau makanan itu terkandug daging babi atau nggak.

Kami berempat semua cewek-cewek Bangkok itu cantik, putih, tapi hati-hati terjebak dengan jenis kelamin mereka yang tak menentu, hi hi hi. Jangan menyangka yang cantik itu berjenis kelamin cewek, ada cowoknya juga lho.

Mengitari Bangkok di malam hari lumayan mengasikan dan melelahkan. Mencicipi makanan tradisional yang dijajakan pedagang kaki lima. Melangkahkan kaki dijalan yang nggak pernah dilewati. Menguji ingatan ketika balik ke hotel, meski kadang tersesat dulu. Memotret keindahan gedung pencakar langit dengan cewek cantik yang mondar-mandir.

Sudah hampir tengah malam, kami pun pulang, istirahat, tidur, dan terlelap sampai pagi.

Jam 8 pagi dengan wajah yang masih capek, kami keluar menikmati pagi Bangkok dipagi hari. Jalanan masih terlihat sepi. Hanya beberapa pedagag kaki lima yang menghiasi trotoar. Meski kota metropolitan, udaranya cukup sejuk saat tahun 2012.

Kaki kami semakin berat untuk dilangkahkan. Kami pun mencoba mencari sesuatu yang dapat dibeli untuk mengisi tenaga yang mulai kehabisan bensin. Rasa takut masih menghantui, kami tetap berhati-hati dalam membeli makanan.

Keluar dari komplek hotel, lanjut mengitari jalan raya yang hampir mirip dengan kota di Indonesia, yakni banyak pedagang kaki lima. Tiba-tiba Iki bertanya kepada salah satu penjual. Dia memberi kode kalau untuk membeli makanan disitu.kami pun membeli beberapa daging dan tak lupa beberapak bungkus nasi.

Diperjalanan Iki menceritakan bahwa sebelum membeli sudah bertanya itu daging apa, dan mendapat penjelasan halal dari penjual. Kami pun melahap makanan tanpa rasa takut.

Matahari mulai menjelang akhir. Kami pun memutuskan untuk kembali ke hotel. Capek, keren, dan banyak hal yang tak bisa tergambarkan. Mulai naik kapal mengitari wisata sungai dengan pemandangan rumah-rumah warga pinggir sungai. Ketemu pelancong asal Jakarta, cewek Bangkok yang cantik jelita, dan ikut ritual ketika masuk patung budha tidur, semoga aja kami tidak murtad, hehe. Dan tak ketinggalan tersesat, tatkala gak tau memilih kapal yang mana untuk kembali pulang.

----

Besok pagi-pagi kamu harus kembali ke station. Selesai sudah perjalanan di Bangkok, selamat tinggal Bangkok, terima kasih Hatyai, kami akan kembali lagi, Thailand.

Kereta api menjadi pilihan kami untuk kembali ke Malaysia. Tentu dengan alasan murah, dompet kami lumayan terkuras selama di Bangkok. Perjalanan ditempuh selama duabelas jam. Kami memilih tempat yang bisa untuk tidur, wow, fasilitas keretanya lumayan mengagumkan.

Pulang pun kami tak mudah dengan hanya bermodal duduk manis saja. diperjalanan kami bersebalahan dengan bencong. Idih, dia menggoda-goda kami terus. Kalau aku mengingat ini, jijik sekali. Apalagi temanku cerita, bencong itu selalu mengikutinya ketika buang air kecil ke toilet.

Menunggu duabelas jam juga sangat membosankan. Untung kami sudah mempersiapkan kartu remi, selama perjalanan banyak kami habis kan bermain kartu remi. Sampai akhirnya ngantuk menghampiri, dan kami bubar untuk kembali ketempat masing-masing. Tempatnya pun bukan tempat duduk biasa, 90% sama persin seperti ranjang tempat tidur, dilengkapi kasur, dengan tirai penutupnya.

Pukul 3 pagi waktu Malaysia kami tiba di station, itu bukan station utama yang kami temui beberapa hari yang lalu. Hanya sebuah station kecil yang terlihat sepi dan tak menyediakan transportasi.

Sulitnya mencari transportasi membuat kami tidur dipinggir jalan beberapa saat. Takut kena razia, kami pun menyewa taksi untuk mengantarkan kami ke warung makan terdekat.

Di dalam mobil taksi kami hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala, karena hampir saja kami nyasar ke Utara Malaysia. Ceritanya gini, ketika kami di station kereta api Bangkok, kami menaiki kereta yang keliru dengna tujuan yang berbeda jauh. Kami sudah duduk dengna barang tersusun rapi di dalam kereta yang kami rasa menuju Kuala Lumpur. Tiba-tiba Iki dan Yandra minta ijin keluar sebentar. Sebagai ahli hisap, selalu terasa kurang kalau tidak merokok. Mereka keluar untuk menghabiskan sebatang rokok. Terlihat dari dalam kereta, mereka pun mulai mnegobrol dengan khas canda tawa. Tiba-tiba mereka berlari menuju kami dan memberitahukan agar segera keluar dari kerete tersebut. aku pun keluar dengan beberapa pertanyaan yang mau diungkapkan di kepala. Sesampai diluar Iku bercerita, kalau dia sempat iseng nanya ke petugas gerbong kereta tentang tujuan mereka. Ternyata kereta yang kami naiki keliru. Piuuuh,, hampir saja. kami pun hanya tertawa setelah memasuki kereta yang ditunjukan petugar gerbong.

Dan kami sudah melupakan itu, biarlah mencari cerita masa lalu untuk dibagikan. Sekarang kami berada di Malaysia. Tujuan kami lebih dulu ke Singapore, baru balik lagi ke Malaysia. Menurutku itu merupakan rencana cerdas karya Iki agar meminimalkan pengeluaran. Perlu diketahui, Iki merupakan sarjana akuntansi.

*sudah ah, mau makan dulu. To be cont…

Minggu, 19 Juli 2015

#2.2

Sesampai di sana, hanya ada sisa jejak ban dari bus. Tatapan kami kosong sambil tengok kiri-kanan.

“pak, bus yang tadi kami tumpangi tadi kemana?” tanya iki sambil sesaat menghela nafas kecapekan.

“oh, lagi di cuci.” Jawabnya dengan santai.

“kamera kami ketinggalan pak, tolong ditelponin.”

Bapak penjaga travel menjawab dengan anggukan sambil mulai menelpon seseorang. Terjadi perbincangan panjang yang tak kami pahami karena menggunakan bahasa Thailand.

“ada kameranya, tunggu selesai di cuci dulu ya bus-nya.” Kata pak travel beberapa saat setelah mengakhiri telpon.

Kami hanya menunggu tapi masih deg-degan. Rasa tak karuan campur aduk menjadi satu.

Satu jam kemudian, bus tadi kembali. Tiba-tiba supir bus keluar membawa sesuatu yang mengeluarkan cahaya emas, iya, sebuah kamera yang sedang ditunggu oleh empat sahabat.

Kami kembali ke station untuk melanjutkan pembelian tiket yang tertunda. Langkah kaki dibarengi tawa lepas yang dari tadi belum bisa dikeluarkan, pecah. Canda-tawa menemani sampai kembli di station.

Ini merupakan kali pertama aku naik kereta. Diluar negeri lagi. Perjalanan kami lanjut ke Bangkok dibarengi updatei status di BBM.

Jam 5 pagi waktu Bangkok kami tiba di-station Bangkok. Iki menunjukkan kepemimpinannya, kami hanya bisa mengikuti dari belakang. Dia memesan taxi menuju hotel yang belum kami ketahui tempatnya. Bermodal selembar kertas hasil prin-prinan yang diberikan hotel tersebut.

Kami langsung menuju meja resepsionis ketika baru-baru aja menginjakkan kaki dhotel. Badan kami sudah tak sabar untuk dibaringkan dikasur empuk ala khas hotel.

Masalah hobi sekali menghampiri kami. Penjaga resepsionis menjelaskan kepada kami kalau kamar yang kami pesan sudah ditempati tamu lain. Iki, sekali lagi orang yang paling depan menjelaskan bahwa kami sudah memesan via online. Iki memang lebih unggul dalam hal komunikasi dan negoisasi disbanding lainnya, termasuk aku.

Iki menghampiri kami sambil menjelaskan apa yang sedang terjadi. Pihak hotel sudah meminta maaf dan berjanji menganti dengan level satu tinggat di atas yang kami pesan sebelumnya.

Dan benar, baru memasuki kamar, fasilitasnya sangat lengkap. Ada AC, TV, dan kamar mandi bath up.

“kita besok aja jalannya. Sekarang istirahat dulu. Kayaknya ada kolam renang di lantai dua.” Kata iki sambil membongkar pakaiannya.

“kemana besok ki? Mending ntra malam kita jalan-jalan aja”

“besok kita naik kapal, melihat indahnya kota Bangkok dari sungai. Trus ke patung budha tidur, ke candi. Rame lah pokoknya.”

Setelah mendengar rencana perjalanan panjang untuk besok, semuanya langsung mengistirahatkan badan. Karena ini juga mengiyakan untuk jalan-jalan menikmati suasana malam kota Bangkok. Tujuan kami ke hard rock cafei, dank e mall tongkrongan anak muda yang dilengkapi museum lilin yang hanya ada beberapa di dunia.

*bersambung

Jumat, 17 Juli 2015

#2.1

1

-menelusuri tiga Negara tetangga-

Sebuah hal yang mustahil. Perjalanan yang tidak pernah terpikirkan. Keanehkan yang tak terbayangkan. Menginjakkan kaki diluar negeri. Kencing ditanah jiran. Mencicipi kuliner khas orang. Its very amazing!

Perkuliahan telah selesai. Para mahasiswa beranjak meninggalkan kelas untuk pulang ke kos masing-masing.

Kring kring

Sebuah nada telepon masuk terdengar dari saku celana-ku.

“hallo, assalamualaikum.”

“Au, kamu mau ikut liburan keluar negeri nggak?”

“hah, maksudnya apa ki?” aku masih bingung dengan ajakan temanku ini.

“gini Au, aku tadi iseng ngecek tiket sby-malaysia. Trus, aku nemu tiket promo, 570rb PP. gimana, ikut gak?”

“hmmm…gimana ya ki. Aku bingung dengan persiapannya. Belum siap.”

“gak usah dipikirin kalau soal itu, nanti aku bantu. Ikut kan? Jarang-jarang ada promo kayak gini.”

“ii..iy..iya deh ki. Aku ikut. Tapi bantuin ya nanti.” Kataku sambil menganngguk.

Tanpa sadar aku takluk dengan ajakan teman-ku. Mungkin adrenalin-ku yang merespon ajakan temanku tadi.

Memang, banyak hal yang harus dipersiapkan. Paspor, uang, ijin orangtua, dan mental. Tapi adrenalin membuat melupakan itu semua. Keren.

enam bulan kemudian

Sebelumnya perlu diketahui tiket promo yang dibeli berjarak enam bulan lebih sejak temanku,iki, menelponku ketika itu. Dalam enam bulan, aku mempersiapkan semuanya. Dari membuat paspor di Malang dengan bantuan calo. Dengan harga awal 225rb menjadi 350rb.

Kemudian, menabung untuk sangu selama disana. Ternyata menabung cukup sulit. Uang selalu memiliki alasan untuk dihabiskan. Selama enam buan, uangku hanya terkumpul 3 juta. Itupun aku sering berpuasa untuk berhemat.

Lalu ijin orangtua. Ijin orangtua menurutku sangat penting. Untuk mendapatkan restu atau ijin orangtua harus dapat membaca keadaan. Saat mood orangtua tidak baik, jangan sekali-kali meminta ijin. Bersabarlah, tunggu saat yang tapet. Untung, dengan dijinkannya aku untuk ikut dibarengi dengan pemberian tunjangan 500rb dari Ayah, dan 500rb dari mama.

Dan terakhir mental. Mental ku semakin mantap ketika semua persiapan kurasa sudah matang. Uang saku yang cukup tebal sebanyak 4juta. Tak ada yang kurang, aku siap untuk berangkat.

22 januari 2012

Kami berangkat dengan personil yang tidak lengkap. Hanya 4 dari 5 orang yang berangkat. Aku, Iki, Zae, dan Yandra menginjakkan kaki untuk pertama kali (kecuali Iki) di Negara Malaysia. Perjalanan ditempuh selama 3 jam dari Surabaya. Sesampai disana, hujan menyambut kedatangan kami.

Saat tiba dibandara jam 22.00 waktu Malaysia, membuat kami bingung mau kemana jam segini. Apa ada taksi jam segini, pasti sudah sepi.

Ternyata tidak, negeri jiran memiliki menajemen transportasi yang baik. Tiap jam selalu ada bus yang akan mengantarkan ke station pusat. Keren.

Kepanikan kami seketika memudar. Kami tinggal membayar 10 RM untuk menuju station. Kata Iki, dari sana kita akan menggunakan kereta atau bus menuju Bangkok.

Hah, Bangkok?

Iya, tujuan wisata pertama kami sebenarnya Bangkok. Karena kami sudah booking salah satu hotel tanggal 24 januari 2015 di Bangkok. Sebuah hotel yang sampai saat itu belum kami ketahui dimana tempatnya.

Pukul 01.00 lebih kami tiba di station pusat. Tempatnya sangat besar, sangat pantas disebut sebagai pusat. Namun setiba disana, tampatnya sepi. Berapa kali sudah kami mengelilingi station , bisa dihitung berapa kepala orang yang dijumpai.

Seorang satpam memberitahukan kami kalau station sudah tutup, dan baru buka jam 7 pagi waktu Malaysia. What?? Ku kira semua 24 jam non-stop di Malaysia, ternyta tidak. Sampai sekarang aku masih belum mendapatkan penjelasan mengenai hal ini.

Wajah kami semakin berat tak kuat menahan kantuk. Mata sudah mulai menuju ambang batasnya. Tibalah kami disebuah tempat makan yang membiarkan meja dan kursi bergelatakkan. Dengan pelan semua badan tergeletak ditempat makan itu. Tak butuh lama, mata kami sudah terlelap beberapa saat setelah menemukan kasur besi dari susunan kursi.

Jam 8 pagi kami sudah ikut mengantri di loket pembelian tiket.

“tiket ke Bangkok sudah tak tersisa.” Kata penjaga loket dengan logat melayu

Disusul wajah lemas dari ke empat sahabat sambil membalikkan wajah dari loket tadi. Sebenarnya tak masalah tak ke Bangkok dulu. Kami bisa langsung berlibur di Malaysia. Namun kami sudah terlanjur booking hotel dengan arti sudah membayar sewa untuk dua kamar.

Tak mau rugi, Iki terus mengusahakan agar tetap berangkat ke Bangkok hari ini. Sampai akhirnya kami menemukan jawaban. Kami disarankan oleh penjaga loket untuk menuju Hatyai (salah satu kota di Negara Thailand). Setelah itu baru menuju Bangkok. Agak sedikit membuat perjalanan kami semakin jauh sih, tapi karena kami backpacker, hal seperti ini tak akan memberi pengaruh apapun terhadap kami.

Sesampai di Hatyai menggunakan bus memakan waktu 12 jam lebih. Kemudian kami lanjutkan dengan berjalan kami menuju station karena hanya berjarak 2 km saja.

Kami selalu mengandalkan Iki. Dia pinter berkomunikasi menggunakan bahasa inggris. Meski kami punya Zai, yagn seorang dosen mata kuliah bahasa inggris. Tapi tak terlalu pinter dalam hal komunikasi.

Iki langsung menuju loket tiket. Dari kejauhan terlihat dia melakukan beberapa pembicaraan dengan penjaga loket yang kadang ada tawa diantara mereka.

Iki kembali ke kami yang menunggu agak sedikit jauh dari antrian loket. Dia tiba dengan wajah keherenan.

“kamera siapa yang bawa?”

Semua tercengang, melihat kanan-kiri tangan teman. Dan tak ada satu pun yang memegang kamera DSLR.

“aduuuhh…”

Berbarengan semua menepuk jidak dilanjutkan dengan berlari keluar. Semuanya terdasar kalau karema tertinggal di bus yang kami tumpangi tadi.

“ampun dah, itu kamera punya orang lagi.”

“semoga aja masih ada.”

“ayok, cepat. Lebih cepat lagi larinya.”

Semua berlari menuju tempat perbentian terakhir bus tadi.

*udah dulu, udah ngantuk. Nanti disambung.

#2

Ada 3 hal yang dapat membuatku melupakan tekanan hidup. Pertama, ketika punya uang dan rajin maka travelling-lah. Kedua, ketika tidak punya uang tapi masih rajin maka menulislah. Dan yang terakhir, ketika tidak punya uang dan malas maka tidurlah. My sleep my Adventure. – #Traveliya

Beranjak ke episode kedua, aku ingin bercerita mengenai perjalanan yang mengesankan. Sebagian orang pasti menyukai jalan-jalan. Karena di dalam sebuah perjalan, tersimpan sebuah petualangan. Petualangan setidaknya dapat memberikan kejutan tiap episode-nya. Entah itu kemana, yang jelas keluar dari titik nyamannya.

Tidak semua orang menyukai petualangan. Ada sebagian kecil manusia yang tidak suka jalan-jalan, ku rasa mereka sedang terjebak atau tidak mau beranjak dari titik nyaman-nya.

Sebenarnya banyak hal yang hanya ditemui saat travelling. Pertama, Sikap manusia yang biasa kita lihat dikehidupan sehari-hari dapat berubah atau bisa dibilang kelihatan sifat aslinya saat traveling. Jangan terkejut tatkala menemui hal tersebut.

Kedua, adrenalin akan bangun dari tidur panjangnya. Adrenalin tidak akan bangun kalau posisi kita tidak sedang tertekan. Adrenalin akan melakukan sesuatu hal diluar alam bawah sadar. Atau bisa disebut gerak refleks sebagai respon terhadap suatu hal yang datang pada diri dan membutuhkan penanganan yang cepat.

Ketiga, mempertajam insting. Hal ini didapatkan ketika nyasar dalam perjalanan. Bisa dihadapkan disebuah persimpangan. Bisa juga ketika sedang menulusuri sebuah jalan, ada suatu hal aneh yang mengganjal pikiran. Insting akan mencium keanehan tersebut dan memberitahukan kalau jalan yang sedang ditelusuri keliru.

Dan banyak hal lagi yang tidak mungkin kamu dapatkan hanya dengan berdiam diri dikamar sambil memainkan Smartphone.

Berikut diantaranya perjalanan yang masih melekat diingatanku

*berlanjut ke posting #2.1

Senin, 13 Juli 2015

#1.1

3

Mundur 4 tahun ke belakang daritahun aku pacaran dengan Anis. Setelah bercerita tentang percintaan waktu SMA, tiba-tiba pikiranku tertuju oleh kejadian waktu SMP dulu.

Wah, itulah pacar pertamaku. Cewek yang pertama mengisi hati ini secara formal. Hari pertama aku menyatakan cinta kepada seorang cewek, meski hanya lewat SMS. Kau boleh panggil dia Ami, Amelia.

Memasuki hari pertama kelas 2 SMP, aku dipertemukan dengan seorang cewek disebuah kelas 2A. Tatkala itu kami belum saling mengenal satu sama lain. Hanya beberapa yang ku kenal, terutama yang berasal dari kelas 1E.

Setelah pembagian tempat duduk, aku duduk paling depan bersama teman sekelasku dulu, namanya dayat. Meski duduk di depan, aku selalu sekolah dengan penuh semangat. Apalagi kalau saat pelajaran aku butuh sesuatu yang tak ku punya. Aku tinggal menengok ke belakang untuk bilang “boleh aku minjam sesuatu?”.

Kebetulan ada dua orang cewek yang berada di belakangku. Mungkin nasib mereka berdua sedang apes, karena selalu dan selalu perlengkapan tulis dipinjam olehku. Tapi, tak tau mengapa, peralatan tulis cewek itu ribet dan perfeksionis. Semuanya pasti ada, paling gak 90%-an lah mereka punya. Beda sama cowok, yang hanya punya satu bulpen, itu doang.

Rutinitas itu selalu terulang tiap harinya. Sampai akhirnya kami saling kenal, yang satu bernama Vidya, disebelahnya biasa dipanggil Ami. Disinilah perasaan suka itu muncul, tapi bukan ke Ami, tapi malah ke Vidya.

Kala itu, Vidya terlihat lebih cantik dan putih ketimbang Ami. He he.

Aku memutuskan untuk pedekate ala anak SMP ke Vidya. Mengingat kejadian itu, aku hanya bisa tersenyum ditempatku menulis sekarang.

Ujung-ujungnya aku lebih dekat sama Ami ketimbang Vidya. Aku lebih sering SMS-an sama Ami karena Vidya tidak punya HP waktu itu.

Namun Ami orangnya pengertian, dia tau kalau aku sedang naksir ke Vidya. Mungkin dia menyadarinya dari tingkah laku aku sewaktu dikelas.

Ami menawariku agar menjadi mak comblang ke Vidya. Gila, kalau ku ingat, aku tau arti mak comblang gara-gara suka liat FTV remaja, yang kala itu bertema lemon tea, asam manis cinta. Untung waktu itu aku bisa dibilang, kekinian.

Dari situlah aku sering SMS-an sama Ami. Nanyain kabar Vidya, makanan kesukaan Vidya, dan tak lupa Kriteria cowok idaman Vidya. Hehe. Aku yakin, dulu pas kalian masih SMP juga seperti itu, ada yang namanya kriteria pacar idaman. Aahhhh…. Indahnya waktu kecil dulu.

Hari demi hari, Vidya tetap tak merespon, dan cenderung memberikan kode untuk tidak lagi mendekatinya. Hal itu membuat aku putus asa. Disisi lain, Ami selalu menyemangatiku. Sejak awal aku bilang pengen ke Vidya, Ami orang pertama yang mendukung dan menyemangati-ku.

Aku semakin terpuruk ketika ku paksakan untuk menembak Vidya, iya nembaknya lewat Ami, trus disampaikan ke Vidya. Saat itulah Vidya benar-benar membuat perasaan seorang bocah kelas 2 SMP hancur. Aku ditolak, tak mengerti juga apa itu cinta ditolak, tapi yang jelas aku merasa sudah ditolak.

Ami hadir seperti biasa, selalu memotivasiku. Semua tak ada yang berubah, Aku masih SMS-an sama Ami, kecuali tak menanyakan Vidya lagi.

Keseringan SMS-an, hal itu membuat kami berdua salah paham, mungkin yang salah paham itu Aku, bisa juga Ami. Sampai sekarang, aku tak tau siapa yang salah paham lebih dulu.

Salah paham menjadi cinta, cinta berujung pacaran. Pacaran dengan Ami membuat aku tersadar. Ternyata yang ku cari itu cewek yang seperti Ami. Bicaranya berbalut lembut nan sopan, pakaiannya muslimah, senyumnya manis ( kusadari setelah resmi menjadi pacar Ami.)

Kelas menjadi gempor gara-gara berita jadian Aku dengan Ami menjadi headline kala itu. Tak tau mengapa, tapi ku rasa, perempuan emang suka curhat.

Aku jadi malu, sangat malu. Aku belum siap dengan konferensi pers dari Ami itu. Seharusnya Ami jangan menceritakan itu lebih dahulu. Ini merupakan pacaran pertamaku. Bagaimana caranya pacaran pun aku tak tau. Pengalaman pacaran pun tak punya, meski punya pengalaman sering nonton ftv yang ada adegan pacarannya.

Aku tak bisa mengimbangi Ami. Dia begitu sudah mengerti seperti apa pacaran itu. Dia memperlakukanku begitu istimewa. Sedangkan aku? Biasa saja.

Meski baru kelas 2 SMP, hubungan kami sering diterpa berita miring tentang perselingkuhan diantara kami berdua. Namun kami bisa melewati badai besar yang selalu berusaha untuk membuat kami berpisah.

Hubungan kami berlanjut ke kelas 3. Status pacaran kami masih aktif meski tidak sekelas lagi. Tapi kelas kami cukup dekat, Ami kelas 3H sedangkan aku kelas 3G.

Masih ingat dimemori kepalaku, ketika Ami memberikan hadiah ulang tahun, sebuah jam weeker. Hadiah itu dia berikan agar aku tidak telat bangun dan bersekolah pagi-pagi biar bisa cepat ketemu disekolah.

Bertambahnya usia membuat aku sedikit beranjak dari satu titik menuju titik selanjutnya. Aku sudah mulai berani mengajak Ami ngobrol disekolah. Mengantarkan Ami pulang sekolah, meski tak aku bonceng. Tapi itu merupakan kemajuan yang sangat pesat dari tahun sebelumnya.

Aku pernah bertanya-tanya, kenapa gak dari kelas 2 aku seperti ini. Kan enak sekelas, gampang kalau mau ketemu.

Tak apalah, terpenting aku sudah bisa mengimbangi Ami. Momen itu sering ku sebut momen emas ketika pacaran sama Ami.

Momen emas berlalu sangat cepat. Hal itu dikarenakan Ami mulai tergoda dengan seorang cowok, namanya Beni. Yang katanya hanya teman biasa.

Kami putus. Awalnya kami putus baik-baik. Tak ada dendam. Alasan Ami bisa ku terima.

Namun, seiring berjalan waktu semuanya terbongkar. Dia jadian dengan Beni. Aku kecewa setelah mengetahui fakta sebenarnya.

Sampai hari ini, aku belum tahu alasan sebenarnya kenapa Ami memohon-mohon putus di tahun 2007?

Sampai hari ini, aku masih bertanya-tanya, apakah Ami selingkuh di tahun 2007?

Sampai hari ini, apakah benar mi, kamu terpengaruh dengan teman-temanmu untuk mengakhiri hubungan yang terjalin sejak tahun 2006?

Sampai hari ini, apakah Ami tahu kalau aku sulit menerima kenyataan ditahun 2007?

Kau curang Mi. Setelah putus sudah mendapat pengganti.

#1

Episode pertama aku akan bercerita tentang masa-masa pacaran. Tak sulit untuk mengingat-ingat hal tersebut. Apalagi aku sedang berada disebuah tempat favorit-ku untuk menulis. Baiklah.

1

Pacar?

Hal pertama kali yang terbesit dari kata itu adalah pacar pertama-ku jaman putih abu-abu. Dia punya nama Yanti. Kami jadian ketika tak lama mengenakan pakaian putih abu-abu, kiranya 2 bulan pertama masuk SMA. Dulu aku sekolah di SMA yang terletak di jl.Merdeka dan menjadi SMA unggulan di Kota Barabai, Kalimantan Selatan.

Yanti? cewek yang satu ini biasa-biasa aja disekolah. Berkerudung dan berkacamata. Tingginya standart, tidak lebih tinggi dari aku waktu SMA dulu. Kurus, tapi ya sama, aku juga kurus dulu.

Kelas ku dengan kelas Yanti bersebalahan. Yanti kelas X5 dan disebelahnya kelasku X6. Meski kelas kami sangat dekat tapi bertolak belakang dengan kedekatan kami saat disekolah. Alias malu-malu kucing.

Tak begitu banyak yang mengetahui hubungan kami kecuali teman-teman dekat dan teman sekelas. Disekolah kami jarang ngobrol, jangan makan bareng, dan jarang jalan berdua. Meski begitu, kami bisa dibilang romantis saat diluar atau sepulang sekolah.

Quallity Time, mungkin bisa disebut begitu jaman sekarang. Pulang selalu aku antar sampai depan rumah. Meski mengharuskan Yanti untuk melangkahkan kakinya 200 meter lagi.

jangan nganter sampai rumah, nanti ibu-ku liat. Apalagi ada kakak-ku. Mending sampai sini aja deh.” Ungkap Yanti dengan nada yang begitu menakutkan.

Seumur pacaran, tak pernah aku masuk rumah Yanti dan berkenalan dengan orangtuanya berserta kakak-kakaknya.

Sehabis pulang, aku sering jemput dia untuk jalan-jalan. Sekedar mengelilingi jalan-jalan yang ada di Barabai. Namun dia sedikit berbeda ketika sepulang sekolah. Kacamata dilepas, menggunakan baju kaos, dengan rambut terurai. Sungguh elok sekali nak kau pandang.

Sekarang, Yanti sudah menikah. Dia menikah tatkala aku meneruskan studi di Kota Malang. Aku mendapat kabar baik itu ketika baru tahun pertama kuliah. Sekarang dia sudah mempunyai seorang anak. Sering aku melihatnya, karena kami masih berteman di facebook. Yanti sangat hobi meng-upload foto bayi cantiknya itu.

2

Pacar begitu penting ketika waktu SMA. Hal itu mengharuskan aku mencari pacar lagi setelah putus dengan Yanti. Kulabuhkan hati ini ke seorang cewek kelas XII IPS 5. Namanya Anis. Dia bukan kakak kelasku. Waktu itu aku sudah kelas XII IPS 3. Tapi kelas kami luamayan jauh, karena susunan kelas begitu acak kala itu.

Cewek yang satu ini sedikit tempramen, pencemburu, pengatur, dan baik sekali. Dia selalu protes jika sewaktu istirahat aku tak datang menemui ke kelasnya. Hal itu membuat aku jarang jajan dan ngumpul bareng teman-teman ketika jam istirahat. Apa pun itu, cinta memang dapat membuatku kenyang.

Masuk ke kelasnya pun, tak semudah masuk kamar mandi. Di kelas XII IPS 5 ada satu cowok yang pengen ke Anis. Dan cowok itu selalu memasang wajah yang gak enak sekali dilihat ketika aku menghampiri pacarku ini. Aku tau hal itu dari Anis, dia cerita begitu kepada-ku.

Aku selalu mencoba mengajaknya keluar dari kelas, tapi kata Anis gak papa, cowok itu ga punya hak untuk mengusir kita pacaran dikelas ini.

Mantan anis juga sering mengajak ketemuan, karena cowok itu juga alumni SMA sini. Aku selalu mencoba melarangnya meski itu tak bisa menahannya. Aku tau, Anis masih begitu mencintai mantan-nya itu. Aku juga tau, Anis mulai mencintai-ku. Dia hanya masih belum bisa melepas rasa cinta-nya kepada mantan. Itulah tugasku, yang harus menghapus perasaan anis kepada mantan-nya.

Lalu Anis pernah bilang, dia sama sekali ga suka liat aku dekat cewek mana pun disekolah. Arti dekat disini juga sangat aneh. Aku dilarang ngobrol atau duduk disamping cewek, meski itu teman akrab-ku atau teman sekelas-ku.

Terlebih aku sekelas dengan mantanku, Yanti. Hal itu membuat aku dan Yanti terlihat saling mengyombongkan diri. Tak ada saling sapa walau kadang ingin sekali untuk menyapa-nya. Namun selalu ku urungkan niatan itu. Karena ku tau, di kelas-ku XII IPS 3, ada seorang cowok yang sedang pedekate dengan Yanti. Rasa gak enak juga sama cowok ini, temanku sendiri.

Tapi hal tersebut malah memunculkan sebuah ide. Ketika dia ulang tahun yang ke-18, aku sengaja lupa dengan hari special itu. Hanya sekedar pura-pura.

Disekolah pun, aku tak menemuinya. tak mengucapkan apapun ke anis. Semua itu sesuai dengan rencana yang sudah kususun semalam sebelumnya.

Bukan sampai disitu, rencana puncak atau rencana sebenarnya masih belum tersentuh hari itu.

Aku meminta teman sekelas-ku, cewek, untuk menemani-ku beli jajan. Benar, ku sengaja lewat kelas XII IPS 5, dengan harapan Anis mempergoki aku yang sedang jalan berdua dengan cewek, teman sekelasku.

Rencana berjalan sesuai harapan, selepas lewat kelas Anis, teman-temannya langsung memberitahukan bahwa pacar kamu sedang jalan dengan cewek, berani-beraninya dia kata  teman-teman Anis.

Sepulang sekolah, aku jemput anis ke kelas. Kau tau, wajahnya sangat cemberut. Sepeti sedang menahan-nahan untuk mencakar-cakar wajah-ku. Namun aku tetap ga peduli dengan tak menghiraukan hal itu. Aku tetap tenang, seolah aku tak melakukan kesalahan sekecil apa pun hari ini.

Aku antar dia sampai rumah, sepanjang perjalanan aku hanya melihat wajah cemberutnya. Sesampai dirumah, aku hanya tersenyum tatkala rencana-ku berhasil. Anis begitu terkejut dengan rencana surprise-ku. Apalagi pas dijalan Dia selalu bertanya-tanya dengan ekspresi yang sampai sekarang kalau ku ingat, sangat lucu. Haha. Sebuah ekspresi sebel namun tak berani dia ungkapkan. teringat, anis seperti seorang polwan yang hobi bertanya terus sepanjang perjalanan pulang.

“Au, kamu tau hari ini hari apa?”

“iya, hari rabu. Tau lah.”

”kamu beneran lupa hari ini hari apa?”

“gak mungkin lupa, hari rabu kan?”

Aku menjawab semua pertanyaan Anis dengan menahan tawa yang kadang tak bisa ku tahan lagi.

“iiihhhhhhhhhhhhhhhhhhh…..bukan itu maksudku aaaaaaauu!”

Anis begitu sebel, hampir marah, tapi semua itu sirna. Tatkala kami berdua hampir sampai di depan rumah Anis. Inilah saatnya, kata hatiku.

Aku mengambil sesuatu didalam tas-ku. Sebuah hadiah yang sudah dibelut kertas kado. Aku kasihkan ke Anis sambil berkata.

“selamat ulang tahun sayang, aku gak bakal lupa koq dengan hari special kamu ini.”

Aku pergi selepas berkata dan memberikan hadiah. Wuih, kalau ku ingat, itu seperti kayak di film aja.

Sesampai dirumah, anis mengucapkan terima kasih. Lalu aku ceritakan semuanya, bahwa semua hal yang membuat kamu menyebalkan jangan disimpan dihati. Itu hanya serangkaian rencana yang ku buat untuk-mu.

Anis mengerti, namun semenjak hari itu, teman-teman Anis menganggap aku cowok gak baik, karena sudah lupa dengan ulang tahun pacarnya sendiri, dan jalan sama cewek lain. Ini kudengar dari Anis, yang bercerita beberapa hari berikutnya.

Setelah mendengar cerita itu dari Anis, aku langsung ingin bertemu mereka untuk menjelaskan hal tersebut. kata Anis, biar dia aja yang menjelaskan. Namun, aku tak sependapat, mereka harus mendengar penjelasan dari mulutku sendiri.

Ketika aku main kekelas Anis, ku sempatkan bertemu teman-temannya. Kujelaskan duduk persoallan yang sebenarnya. Mereka langsung mengerti, mungkin Anis sudah terlebih dahulu memberi penjelasan kepada teman-temannya.

Aku tak mau hubunganku rusak dengan teman-temannya Anis. Mereka sangat berjasa ketika aku sedang pedekate ke Anis sampai akhirnya jadian.

Sekarang Anis juga menikah. Temannya Anis, namanya Echie, mengirim foto pernikahan Anis dengan seorang cowok, yang katanya kerja di perusahaan Batu Bara. Kejadian itu ketika aku memasuki tahun kedua kuliah di Malang.

*to be cont…

Minggu, 12 Juli 2015

curahan hati penulis

sekarang jarang nulis ya? Hehe

mungkin bisa ditebak, aku sedang sibuk?

Sibuk dengan projek?

Projek juta-an rupiah?

Ha ha, ini projek masa depan, namanya skripsi. Tapi jangan dibaca krispi meski sedang berpuasa.

Nanti saja lah bercerita tentang skripsi-ku, sangat panjang perjuangannya. Banyak drama bertabur konflik yang menghadirkan banyak dampak dalam kehidupan sang skripsiter (orang yang sedang menulis skripsi). Tak akan selesai diceritakan dalam satu postingan.

Sebenarnya banyak ide-ide yang sudah mulai ku tulis. Namun semua ga ada yang selesai. Alias mandek. Mood-ku juga kadang naik-turun. Ini nih aku kasih liat cerita yang belum selesai. Mungkin hampir kadaluarsa.

new

Mulai hari ini, ku mencoba menghindari cerita yang cukup panjang. Cerita yang menghabiskan waktu berminggu-minggu untuk menyelesaikannya.

Hari ini muncul ide untuk membuat cerita yang pendek saja. mumpung lagi dirumah, kampong halaman. Tapi halaman berapa ya rumahku ini? He he

Cerita ini akan terlihat gampang untuk diselesaikan. Aku Cuma menentukan tema lalu mengingat-ingat cerita yang pernah dialami, dengan syarat berhubungan dengan tema tersebut. alhasil, sudah ku putuskan 1 syawal jatuh pada tanggal 17 juli 2015. Mohon maaf lahir dan batin.

Heh????

Maksudnya sudah kuputuskan, untuk mencoba hal baru ini. Karena bagi-ku yang terpenting sekarang adalah mengembangkan gaya menulis. Dan itu butuh jam terbang labih banyak. Semoga bermanfaat.

Sabtu, 04 April 2015

nona, WHAT’S UP!!!

 

LIES Hey nona, pernah kah kamu mendengar “sudah saatnya berpindah dari zona nyaman.” . sepertinya telinga nona tak asing mendengar celoteh seperti itu.

Namun, bukan, bukan itu celoteh-ku. Sekarang “sudah saatnya berpindah dari zona tidak nyaman.” . namun, bukan, bukan ini yang ku-mau.

Tak tau kenapa, ketika bersama nona tak lagi membuat hati ceria. Tak lagi membuat hati bersemangat ketika mau berjumpa. Dan tak lagi membuat-ku melupakan kelelahan hati dan pikiran. Bahkan, aku merasa sendiri saat berada didekat-mu.

Ini kah cinta, cinta yang kadaluarsa nona? Cinta yang dulu kita paksakan, kini hancur sudah.

Mungkin ini jalan kita, jangan kau merasa kecewa. Begitu juga dengan aku.

Sudahlah, kita tinggal saling melupakan saja dan tak saling mengganggu, kenapa? Karena kita anak baik dan tetap baik meski saling melupakan.

Nona, mari kita cari jawaban, dimana cinta sejati?

Kemudian, yang bagaimana cinta sejati?

Nona bisa membuat hati tenang, bisa membuat tertawa, mengenalkan arti pengorbanan, dan banyak lain hal yang ku kagumi.

Dan, sekarang menghilang.

Kini ku terbiasa melewati hari tanpa dirimu, tanpa kasihmu.

Lihatlah, banyak diluar sana ,lelaki yang siap mengikuti drama Nona.

Begitu juga aku, dari sekian banyak wanita, aku pasti memeluk salah satu hati dari mereka. Dan inilah saat yang tepat untuk berpindah dari zona tidak nyaman.

Itulah seharusnya, berpindah dari zona nyaman, karena apa? Karena tanpa ku sadari, untuk bercerita tentang-mu saja, malam ini, aku kehabisan pembendaharaan kata, bingung mau menulis apa.

Imajinasi-ku untuk menggambarkan nona sudah habis , karena hati ini bukan untuk Nona (lagi).

Sabtu, 14 Maret 2015

5. Truth

1. Rindu

Pernahkah kamu merasa rindu? Rindu kepada seorang teman dekat atau pacar kalau ada. Aku rasa, rindu datang ketika kita sendiri yang mengundangnya. Tanpa basa-basi rindu akan merubah mood seseorang.

Aku, misalnya. Selama disini, di rumah, mood ku sering sekali berubah-rubah.

“Apa aku sedang merindukan seorang wanita?”

Melihat kebiasaan pikiranku beberapa hari ini, aku jadi lebih sering memikirkan seorang wanita. Paramita Wulandari, wanita paruh baya yang baru saja menginjak usia 21 tahun. Dia lah wanita itu.

Sejak tahun 2014, masing-masing dari kami mempunyai panggilan kesayangan?. Nona, begitu aku memanggilnya. Benarkah aku sedang rindu kamu, Nona?. Sebuah pertanyaan yang akan terjawab dengan sendirinya.

Aku punya cerita untuk Nona. Tentang rasa yang akan membuat mu mengetahui kebenaran dari pernyataan rinduku ini. Kamu harus melihatnya, lihatlah Nona!

Gimana bisa gak di bilang rindu? Lihatlah Nona!

Saat aku memejamkan mata terlintas jelas sebuah bayangan hitam. Kamu mungkin menebak-nebak bayang itu adalah dirimu. Iya, benar sekali, orang yang kurindukan juga berkulit hitam, itulah kenapa bayang hitam itu ku anggap dirimu, hai, Nonaku.

Bayangan hitam itu bisa membuat aku terlelap, bisa membuat aku bermimpi, atau bisa juga menghasilkan bongkahan tai mata.

Nona bisa membuat aku tak ingin lepas dari pelukanmu, bisa membuat jelas masa depan yang ku impikan, atau bisa juga membuat ku tak ada habisnya jika menulis segala tentang Nona.

Selain itu, aku juga sering mendengar suara-suara sayup yang terngiang di-sekitaran telinga. Mungkinkah ini suaramu, Nona? Iya, suara asli Nona memang terdengar false atau persis seperti sayup-sayup yang sedang ku dengarkan saat ini.

Tak salah memang, aku yakin sedang rindu kepadanya.

Nona, pernahkah kamu merasa dirindukan? Dirindukan oleh seorang? Seorang yang sampai sekarang akan tetap mengingat nama-mu, meski sudah mulai kehilangan rasa. Namun Rasa apa itu?

Bukan, bukan kehilangan rasa. Tapi hanya tergantikan oleh rasa yang baru. Rasa pupus.

2. Pupus

Pernahkah kamu merasa bimbang? Bimbang terhadap suatu hubungan tanpa status. Aku rasa, bimbang hadir ketika menginginkan sesuatu yang lebih pasti. Tanpa basa-basi akan membuat niatan untuk menjauh.

Aku, misalnya. Banyak hal yang tidak seharusnya ku ketahui, banyak kejadian yang seharusnya tidak dilihat mata ini. Namun aku sudah terlanjur sadar.

Melihat rasa kebimbangan-ku beberapa hari ini, membuat-ku memikirkan untuk membuang jauh-jauh perasaan ini. Perasaan yang sudah mulai kadaluarsa.

Sejak awal 2015, perasaan-ku terasa tercabik-cabik. Beban perasaan yang dari dulu dipendam mulai meluap. Luapan yang menggambarkan sekian lamanya beban itu dipendam. Ku terpuruk, karena tak bisa lagi memendamnya. Sungguh mengerikan.

Sebenarnya aku lebih suka menyebutnya dengan istilah pupus. Satu kata yang menggambarkan kehilangan harapan yang mematahkan isi hati.

Nona tahukah engkau, tak mudah untuk patah hati.

Sebelum benar-benar merasakan apa itu patah hati, ku harus menjauh. Sudah waktunya berpindah dari zona nyaman.

3. Proses melupakan-Mu

Tak salah memang, aku menjauh dan mengalir begitu saja. Sudah 2 bulan lebih aku tak menghubungi Nona. Begitu pula sebaliknya.

Nona, sekarang dimana kau dimana?

Apa kita sudah saling melupakan?

Kalau iya? Seperti tak ada hambatan yang berarti, ya, Nona. :)

4. Labil

Tepat tengah malam di tanggal 25 februari kamu merencanakan sebuah kejutan. Mungkin kamu sudah hafal tanggal lahir-ku. Ah, tapi kamu itu pelupa. Atau mungkin kamu sudah menyetting alarm sebagai pengingat tanggal lahir-ku. Ah, kamu tak mungkin melakukan hal yang tak penting seperti itu. Mungkin kamu hanya mengira-ngira seperti biasanya.

Nona mengira itu tanggal lahirku? Bukan, perkiraan-Mu salah, aku lahir tanggal 24.

Tapi kejutan tak berjalan seperti rencana yang kamu inginkan, bukan?

Aku tidur nyenyak malam itu. Dan aku baru membuka kejutan itu ketika mentari pagi sudah bersinar. Sebuah voice note, iya kamu mengirim itu. Dalam voice note, kamu mendoakan, kamu menyanyi, dan…

… dan kamu meminta-ku untuk tidak melupakan-Mu?

Apa sih, gak penting amat. Lupakan tentang permintaan konyol itu, Nona.

Tapi, mungkin hanya kata itu yang ku ingat sampai sekarang. Permintaan yang jelas-jelas bertentangan dengan 3.

Apakah kan ku-ulangi untuk merusak niatan-ku?

5. Truth

Perjalanan panjang, pasang surut perasaan, dan lika-liku cinta. Mulai lagi terpikir tentang hal seperti itu. Mulai lagi mempertimbangkan hal seperti itu. Tak mudah melupakan itu semua.

Oh, Tuhan, ini untuk terakhir kali-nya. Tuhan tolong biarkan aku mencobanya untuk terakhir kali.

Maafkan aku Tuhan, ku langgar itu semua. Aku tak ingin melupakan-Nya.

Hari demi hari, aku memikirkan bagaimana untuk memulai. Tak seperti biasa-nya, sangat kaku. Aku mulai mengajak-mu jalan, ngopi, makan, dan hal itu hanya alasan saja agar bisa bersama kamu.

Namun, kamu semakin susah diajak. Ketidakjelasan antara iya atau tidak, lalu penolakan demi penolakan, semua itu akhirnya ku dapati.

Apakah ini teguran dari Tuhan? Sebelum aku benar-benar merasakan patah hati atau mungkin kali ini lebih mengerikan.

Sebelum membunuh-ku, sudah seharusnya semua ini harus segera diakhiri. Dan hidup selayaknya.

Aku siap ntuk lupakan ego Nona. Akan ku perjuangkan wanita yang pantas untuk diperjuangkan.

Kamis, 26 Februari 2015

metamorph

Ada cerita seru nih ketika Dirgahayu-ku tanggal 24 februari. Layaknya metamorphosis, usia 22 berarti lanjut ke tahap selanjutnya. Secara teori, bukan evolusi terakhir yang terjadi dalam diri-ku. Baik secara sikap, etika, maupun cara pandang. Ini baru tahap ketiga dalam metamorphosis sempurna. Bisa dikatakan baru menyerupai kepompong.

Telur merupakan tahap pertama dalam metamorphosis, dan itu terjadi sejak kecil sampai kelas 3 SMP. Lugu, culun, dan polos mudah ditemui pada tahap ini.

Setelah itu ber-metamorphosis tahap kedua menjadi ulat. Ini ku-rasakan saat SMA sampai memasuki perkuliahan bahkan sampai hari ini (27 februari 2015). Kehidupan menjadi berbeda dan tak semulus ketika masih berwujud telur. Aku memiliki cara pandang yang berbeda, pikiran liar tak terkendali, dan mulai menyukai lawan jenis. Kebebasan adalah mutlak bagi ulat dan aku pun merasa rawan pada tahap ini.

Dan di usia 22, aku merasakan dampak peralihan dari ulat menjadi kepompong. Wujud kepompong memberikan waktu luang yang lumayan banyak. Aku baru tau tujuannya untuk refleksi diri dan ternyata banyak dampak yang tetap melekat dan susah di ubah.

Hal yang wajar dilakukan ulat menjadi tak wajar bahkan memalukan kalau masih dilakukan kepompong. Tak mudah menghilangkan kebiasaan buruk, menguranginya pun masih belum sanggup. Namun, selama ini citra negatif sedikit tersamarkan oleh hal positif meski tak menyeluruh. Itu membuat-ku sedikit mudah menjadi kehidupan saat berwujud ulat karena sebagian tidak mengenal keburukan-ku. Atau mereka sudah bisa menerima keburukan-ku bahkan sudah terbiasa dengan semua hal itu.

Di usia 22 harapan untuk memperbaiki diri datang. Begitu peralihan dari ulat ke kepompong sudah di depan mata, inilah kesempatan.

Memang, aku tak pernah mengharapkan apa pun dari orang lain. Sebenarnya tak perlu perayaan, hadiah, ataupun sejenisnya. Tapi ini sudah menjadi budaya. So, hargai mereka dan ucapkan Thanks!.

Dan ini cerita serunya, ketika aku baru menginjakkan kaki dengan wujud kepompong secara tidak langsung dikenalkan dengan sebuah lagu. Belum tau liriknya, aku sudah tertarik sejak melihat judulnya, terlalu lama sendiri.

Kunto Aji - Terlalu lama sendiri

Sudah terlalu lama sendiri

Sudah terlalu lama aku asyik sendiri

Lama tak ada yang menemani rasanya

Tak harus memikirkan pasangan, tak ada cemburu ataupun dicemburui. Serius, lirik ini membuat aku berpikiran “setahun lagi, jomblo-ku perlu diwisuda”.

Pagi ke malam hari tak pernah terlintas di hati

Bahkan di saat sendiri aku tak pernah merasa sepi

Ruang kosong di hati membuat hari-hari berjalan cepat. Sering aku bertanya pada diri sendiri ”koq udah senin lagi”. Sebenarnya merasa sepi pasti ada tapi mayoritas tak pernah merasa sepi. Mungkin karena teman-teman kos-ku, teman kuliah, dan kesibukan ditempat kerja.

Sampai akhirnya kusadari aku tak bisa terus begini

Aku harus berusaha tapi mulai darimana

“Langkah 1000 selalu diawali oleh langkap pertama”. Pribahasa itu sangat pas, ketika sudah menyadari semua harus ada perbaikan dan saat mau memulai aku tak tahu harus dari mana?

Teman-temanku berkata yang kau cari seperti apa

Ku hanya bisa tertawa nanti pasti ada waktunya

Walau jauh dilubuk hati aku tak ingin terus begini

Aku harus berusaha tapi mulai dari mana

Orang-orang yang care pasti menanyakan kamu mau cewek yang seperti apa? Tinggal pilih. Aku tak akan berkata simple atau belum nemu yang cocok. Hanya bisa memberikan senyum saja kepada kalian, Thanks!

Sabtu, 24 Januari 2015

tanda tanya

tandatanya Di tahun 2015 ini jarang sekali ada cerita tentang-mu. Seakan kita sedang terdiam. Apa aku sedang mencari kamu yang lain? Tentu iya. Tapi bukan mencari dalam artian sebenarnya. Melainkan membiarkan semuanya mengalir sampai ditempat perhentian.

Ku ingin nona tahu, sampai saat ini belum kutemukan seseorang yang dapat memberikan tawa dalam hari-hari-ku.

Ku ingin nona tahu, silakan berbangga karena aku pernah merasakan nyaman saat disamping-mu, meskipun itu dulu.

Ku ingin nona tahu, tak usah malu mengeluarkan sifat sombong-mu karena orang yang seperti-mu hanya ada satu di dunia ini.

ku ingin nona tahu, aku lebih suka orang yang menyombongkan diri daripada orang yang tidak mau untuk menyombongkan diri.

Ku ingin nona tahu, orang yang tak mau menyombongkan diri terlihat lebih sombong dimata-ku. Bayangkan saja untuk sombong saja nggak mau, oh betapa sombongnya.

Ku ingin nona tahu, aku terlalu bodoh, sampai sekarang sulit untuk memahami kenapa kamu tak memilih.

Ku ingin nona tahu, perasaan jangan diperlakukan seperti ini. Tak elok.

Ku ingin nona tahu, betapa pun jelek dandanan-mu, oh mengapa tetap terlihat cantik dimata-ku.

Ku ingin nona tahu, apa guna-nya memaksakan, fokuslah.

Ku ingin nona tahu, masing-masing dari kita punya cerita atau masalah masa lalu yang belum selesai.

Ku ingin nona tahu, pilih-lah maka kamu ada.

Ku ingin nona tahu, aku sedih ketika memutuskan mencari kamu yang lain.

Ku ingin nona tahu, dinding hati-mu itu sekeras tembok china.

Ku ingin nona tahu, aku tak berubah, lihatlah aku dari sisi yang belum pernah nona lihat.

Ku ingin nona tahu, ku berharap mendapat kesempatan untuk memiliki-mu.

Ku ingin nona tahu, harapan ini saja bisa membuat aku bahagia, bagaimana nanti kalau bisa menjadi kenyataan.

Ku ingin nona tahu, aku selalu mengamati semua hal tentang-mu.

Jumat, 23 Januari 2015

surga seharusnya rumah-ku

myheart Jam setengah empat sore aku sampai dirumah tercinta. Dalam langkah pertama-ku mneginjakkan kaki dirumah, nenek-ku sudah menyambut dengan genangan air mata. Dia menangis. Sebuah rasa ungkapan rasa kangen dengan cucu-nya tercinta ini.

Sebelum pulang aku menginap di kos teman-ku, dekat dengan bandara. Aku tiba dibandara jam setengah Sembilan malam, taksi kearah rumah-ku sudah kosong. Primitive banget. Namun teman-ku tak primitive. Mereka bersedia menjemput-ku dan menampung di kamar mereka. Selain itu, aku selalu dibelikan makanan oleh mereka.

Beda cerita kalau dirumah. Saat dirumah, ketika aku mau makan, tinggal duduk rapi saja. ayah, ibu dan nenek-ku bahu-membahu menyiapkan, mengantarkan, dan merapikan semuanya. Aku merasa seperti raja. Orangtua-ku paling bisa membuat aku nyaman dengan suasana rumah. Minum pun mereka tuangkan, padahal aku sudah terbiasa melakukan itu semua sendiri. Namun tak apalah, saat dirumah bermanja-manja seperti ini.

Aku pun menentukan menu untuk makan pagi, siang, dan malam. Aku sangat suka masakan ibu-ku. Aku Cuma punya dua penilaian terhadap masakan ibu, enak dan enak sekali.

Dirumah memang tempat yang pas untuk bermalas-malasan. Apapun terasa sulit untuk dilakukan, kecuali membaca dan menulis.

Disini, dikampung kelahiran-ku, tentu akan bertemu dan berkumpul kembali dengan teman sepermain sewaktu kecil. Meraka sudah mempunyai pekerjaan. Jadi agak sedikit berbeda bahasannya :). Aku hanya mengikuti dan mencoba memahami dunia mereka. Aku selalu iri, mereka sudah bisa mencari uang sendiri tanpa meminta uang lagi ke orangtua.

Soal kepulangan, tentu yang paling suka adalah adik-ku. Dia selalu meminta oleh-oleh. Tak ada alasan untuk tidak mengiyakannya. Aku suka adik-ku bahagia dan tersenyum. Teruslah begitu dik.

Aku juga berharap bisa bertemu teman-teman sekolah-ku. Tapi mereka juga sedang sibuk. Banyak juga yang sudah bekerja. Tentu mereka pantas mendapatkan itu, karena kalian sangat pintar sewaktu dikelas. Namun aku selalu mendapat rangking 1, ha ha ha.

Thank You for the Venom

Pagi-pagi aku sudah diajak membuat rekor oleh salah satu penyedia travel. Dalam waktu 5 menit, aku mandi, siap-siap, dan packing terus berangkat keluar sambil berlari.

Bukan tanpa alasan rekor ini berhasil mengkudeta rekor terdahulu. Masih ingat dibenak-ku, saat itu pukul 5.50 pagi ketika sedang asik-asiknya menonton bola copa del rey antara Barcelona VS Atletico Madrid, seseorang tanpa nama menelpon-ku lebih dari 5x.

aku sedikit bingung, lalu mengirim pesan

tadi mandi, ini travel kah?

Padahal disini masih leyeh-leyeh dikasur dengan wajah menghadap TV. Aku mencoba menebak-nebak itu dari travel karena kemarin memesannya.

Malam itu aku menelpon call center dari sebuah travel. Diakhir percakapan

Saya ulangi mas. Pemesanan travel dari Malang-Juanda atas nama bapak Aulia Rahman. Penjemputan jam 7 pagi tapi jam 6 sudah siap-siap. Ada yang bisa saya bantu lagi?

Call center yang bersuara perempuan itu memberitahu dengan sekali nafas tanpa jeda.

Itu lah alasanku menebak telpon itu dari travel.

Tiba-tiba pesan balasan masuk.

iya, saya sudah di depan. Cepat mas.

Hah! Are you kidding?

Spontan, aku meloncat dan lari kaki seribu untuk mandi, siap-siap, dan packing. Sebelumnya aku membalas dengan meminta tunggu 5 menit lagi.

Hush,!! Terciptalah rekor baru. Aku selesaikan dalam waktu 5 menit.

Dengan tali sepatu yang belum di ikat, aku berlari cepat ke arah travel. OMG!! Baju juga belum terkancing rapi.

Sial!! Padahal aku bangun jam 4 pagi. Ukuran yang sangat rajin bagi seseorang dengan janji jam 6 pagi. Itu gara-gara alarm yang super menyebalkan. Kesalahan-ku juga mengatur alarm jam 4 pagi. Buat apa coba? Penjemputannya kan jam 6 pagi. Ini karena ada jadwal pertandingan bola, he he.

Sambutan dari sopir travel pun tak bersahabat. Wajahnya sinis. Kadang aku mendapat beberapa kata yang tersirat memerahi keterlambatan tadi.

penumpang lain sudah siap ini mas, sekarang pesawat tidak bisa telat sedikitpun.”

Kebetulan aku duduk disebelahnya, alhasil selama perjalanan mendapat nasihat dari orang yang berlagak menghargai waktu.

“tadi hamper saja saya tinggalin mas. Waktu mas nge-sms saya sudah dijalan untuk menjemput penumpang lain.”

Ups, hamper saja.

Tapi memang kurang menguntungkan dijemput jam 7 (apalagi ini jam 6) karena malang-juanda bisa ditempuh dalam 2 jam. Jelas, akan membuat menunggu sekitar 2,5 jam dibandara.

Dalam perjalanan hanya aku yang menemani sopir ngobrol. Setelah ngobrol panjang lebar ternyata sopir berasal dari kandangan (kota yang berjarak 30 menit dari rumah-ku).

Pukul 9 pagi sampailah di juanda. Semua penumpang turun dan membayar biaya travel. Aku pergi ke information center melihat jadwal penerbangan.

Aku mengirim pesan ke teman-ku yang tinggal tidak jauh dari juanda. Dalam 15 menit dia sampai dijuanda lalu mengajak makan. Ikutlah aku karena masih lama juga penerbangannya.

Aku meminta jangan jauh-jauh, cari tempat makan yang terdekat saja. Akhirnya dia berhenti di Mc Donald yang berjarak 15 menit dari juanda.

Kami makan sambil cerita-cerita tentang masa lalu dan mulai bergosip. Aku kaget, jam sudah menunjukkan pukul 11 siang. Dengan tergesa-gesa kami keluar dan kembali ke juanda.

Selang 10 menit kami tiba di juanda. Aku pun berlari-lari menuju tempat antrian check in. tiba giliran saya

“maaf mas, untuk tujuan Banjarmasin check in sudah ditutup.”

Aku kaget, “terus giman mas?”.

“silakan ke bagian tiket citilink dipojok sana.” Petugas memberitahukan sambil menunjukkan arahnya.

Aku pun menuju tempat tesebut.

“mbak, tadi saya mau check in tapi nggak bisa.” Ucapku sambil menyerahkan tiket

“iya, batas check in 30 menit sebelum keberangkatan.”

Aku keluar dengan wajah lemas. Apalagi tadi mbak yang jaga bilang

“tiketnya sudah hangus. Mas bisa beli tiket baru. Untuk citilink hanya ada besok dengan jam yang sama.”

Di luarr aku menenangkan diri untuk mencoba berpikir guna menyusun apa yang harus dilakukan berikutnya.

Hush!! Dalam hitungan detik, sebuah rencana tersusun di otak-ku.

Langkah 1 – cari penerbangan terdekat dari maskapai penerbangan lain.

Aku bertemu beberapa calo tiket yang menawarkan tiket seharga 650rb dengan tujuan Banjarmasin/Balikpapan.

Wah lumayan, harapan-ku mulai tumbuh kembali. Aku pergi tanpa menghiraukan calo tadi. Mata-ku mencari-cari stand lion air. Aha, itu dia. Aku menanyakan penerbangan terdekat ke penjaga stand itu.

“ada jam 11.30, 15.20, dan 17.50 mas.”

“wah, jam 11.30 sudah penuh.” Katanya

“15.20 juga sold out.” Tambahnya jeda 2 menit

“sisa jam 17.50 seharga 550rb mas, mau?”

aku mengambil dompet dan mengeluarkan KTP beserta kartu debit untuk pembayaran.

“ini saya carikan yang paling murah, 420rb mas, gimana?.”

Aku pun hanya bisa merespon dengan mengangguk-anggukkan kepala.

Finally!! Aku membeli tiket baru lagi. Untungnya uang-ku masih cukup, ya untuk biaya setelah ini nggak usah dipikirkan dulu.

Langkah 2-mencari tempat menginap sementara.

Hal ini mulai terpikir dibenak-ku setelah mendapat penerbangan jam 6 sore. Perjalanan udara dari Surabaya-banjarmasin ditempuh selama 1 jam dan aku tiba pukul 7 malam disana. Ditambah lagi, penerbangan ini melewati time zone maka ada penambahan waktu +1 jam disini. So, jam 8 malam dimana taksi antar kabupaten sudah tidak ada.

Aku menghubungi teman-teman-ku yang kos di dekat bandara. Husss!! Aku sudah mendapatkan 3 orang teman di banjarbaru (15 menit dari bandara) dan 1 teman di Banjarmasin (45 menit dari bandara). Syukurlah mereka available untuk menjemput dibandara nanti.

Langkah 3- menelpon mama-ku.

Ya, jelas ini tidak boleh ketinggalan. Aku pun menceritakan semuanya dari 0 sampai hal sedang dialami sekarang. Intinya pulang tertunda, jangan ditunggu, mungkin besok baru nyampe rumah.

Untung mama-ku mengerti. Dia mendoakan yang terbaik dan tetap meminta untuk berhati-hati dengan barang bawaan.

Langkah 4- meminta pertanggungjawaban.

Persiapan pulang sudah beres, sekarang saatnya membicarakan mengenai menunggu. Kurang lebih 5 jam lagi baru check in, membosankan untuk ditunggu.

Aku berinisiatif memanggil kembali teman-ku. Saat ditelpon, orangnya belum jauh dari bandara. Dia kembali 30 menit kemudian.

Haruslah, dia harus bertanggungjawab menemani-ku sembari menunggu jam 6 sore. Tak banyak pinta-ku, ajak jalan-jalan untuk menyingkat waktu sekarang ini. Setelah berdebat cukup panjang, kami putuskan untuk kepelabuhan perak. Katanya disana ada museum angakatan laut.

Dalam 30 menit kami tiba di depan pintu masuk pelabuhan perak. What!! Mobil pengangkut barang sudah berjejer panjang. Teman-ku mencoba bercerita tentang kemacetan pelabuhan, maksudnya agar aku tak begitu kecewa.

Lalu dia menawarkan ke sebuah pantai. Wow!! Tapi pantai di Surabaya tak seindah pantai malang katanya. Pantai kenjeran namanya, butuh 60 menit untuk tiba di pantai ini.

Cuma 30 menit disini, memang pantai-nya kurang bersahabat. Kalau kamu pernah ke pantai yang terletak di Malang, aku sarankan jangan kesini. Sumpah.

Aku mengajak balik, trauma ketinggalan pesawat masih melekat dikepala. Jam 4 kami tiba di bandara. Aku pamitan dengan mengucapkan terima kasih. Aku tersenyum, senyam-senyum sepanjang jalan. Aku teringat ketika dalam perjalanan pulang di ajak makan oleh teman-ku. Aku minta makanan khas sini. Kami berhenti disebuah warung pinggir jalan, dia memesankan kupang dan sate kerang. Kalian tau, aku sangat enek (jijik) ngeliat kupang. Singkat cerita, si penjual geleng-geleng kepala ketika melihat kupang buatan-nya tak aku sentuh sedikitpun.

Jam 6 para penumpang antri masuk pesawat. Diluar sedang dilanda hujan. Cuacanya lumayan buruk. Namun pemandangan seperti orang yang sedang foto-foto di landasan atau samping pesawat selalu ada.

Ini pengalaman pertama ke Banjarmasin dengan penerbangan malam hari. Rasa lelah-ku terbayar oleh pemandangan indah kota metropolitan Surabaya di malam hari. Terang, kelap-kelip, luar biasa indahnya.

Tak hanya indah, malam hari juga mengerikan. Kilat beterbangan sangat jelas di kejauhan. Saya berharap agar dia tak berminat untuk mendekat. dari atas awan hitam pun terlihat sangat jelas bergerak. Aku bisa menebak, awan itu membawa air hujan dan mengguyuri tempat yang dilewatinya.

Jam setengah Sembilan malam aku tiba dan dijemput di banjarbaru. Sesampai di kos teman-ku, kami mengobrol dan bernyanyi ria lalu makan malam bareng dan terakhir tidur.

Setidaknya ini menjadi bencana yang elegan. Pernah ketinggalan pesawat. #A.R

Abah penah ketinggalan pesawat nak. Kamu tau nak, tiba-tiba pesawat abah diculik alien dan penerbangan dibatalkan. Alien tak mau mengembalikan pesawat. Abah pun mengambil tiket pesawat dan membuat pesawat-pesawatan. Abah pas TK paling jago bikin pesawat. Abah ajak alien buat tukeran pesawat. Sebuah pemikiran jenuis yang luput dari banyak orang nak. Setelah bertukar pesawat, alien pergi dengan pesawat bikinan abah. Semua orang dengan gembira naik pesawat. Dari kejauhan mereka berteriak terima kasih ke abah. Abah terharu, meneteskan air mata. Bukan karena ucapannya mereka tapi abah tak bisa naik pesawat karena tak punya tikek nak. #Abah